Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pada tanggal 15 Februari 2007, Jorwil sedang mengendarai sepeda motornya. Waktu itu pukul 3 sore dan ia pulang kerja melewati jalan Cibadak. Namun mendekati perempatan, ia merasa agak kurang nyaman. Perempatan yang akan ia lalui tampaknya rawan karena hanya lampu kuning saja yang menyala dan tidak ada cahaya dari arah kiri. Namun entah bagaimana, tiba-tiba dari arah kiri itulah melintas sebuah mobil. Jorwil tak melihat mobil itu datang dan ia tak sempat menghindar sehingga tabrakan pun tak terelakkan. Menurut saksi mata yang berada di tempat kejadian, Jorwil langsung ‘mental’ begitu ditabrak. Setelah itu, ia sekali lagi terlindas oleh ban mobil dan kemudian tubuh Jorwil masih terseret hingga 9 sampai 10 meter.
Ketika Ana, istri Jorwil, mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan dan tengah berada di UGD, ia mengira kecelakaan itu hanya tabrakan biasa. Namun sesampainya di rumah sakit, ia sangat terkejut. Rasa sedih, kuatir dan ngeri menjadi satu karena melihat kondisi sang suami yang ternyata sangat parah: kaki terlindas dan tempurung sebelah kiri lepas.
Sementara itu, Ana yang shock merasa bahwa harapan untuk suaminya bisa bertahan hidup sudah tidak ada. Pada saat itu, perasaannya yang paling dalam pada sang suami meliputi dirinya. Di dalam hatinya yang paling dalam, Ana bisa merasakan betapa ia sangat menyayangi dan mencintai Jorwil dengan tulus, apa pun keadaannya. Namun kepada Ana dokter telah menyatakan bahwa mereka tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan saja. Kesedihan meliputi hati Ana. Di dalam benaknya terus terbersit apakah suaminya akan normal kembali. Saat itu tidak ada yang dapat dilakukan Ana kecuali berdoa kepada Tuhan. “Setiap hari saya berdoa dan itu membuat saya merasa dekat dengan Tuhan dan saya merasa Tuhan menguatkan hati saya. Saya percaya, Tuhan Yesus pasti memberi mukjizat buat keluarga kami sehingga suami saya bisa bangun dari koma karena saya sangat percaya, Tuhan itu ada di hati saya dan mendengar doa saya,” ujar Ana berharap. Dan benar, selang 3 hari lamanya Jorwil berhasil melewati masa kritisnya. Namun akankah sang suami bisa pulih dan normal kembali?
Masa-masa kritis akhirnya berlalu dan Jorwil kini melewati masa-masa terapi untuk melatih anggota-anggota tubuhnya yang sudah lama terbujur kaku sampai akhirnya Jorwil dapat melakukan semua kegiatannya seperti semula. “Yang membuat saya benar-benar terkesima, Tuhan benar-benar memulihkan Koko AW step by step sampai Koko AW bisa beraktivitas dan mengendarai mobil secara manual,” ujar Veronika takjub melihat kenyataan yang terjadi pada diri sang kakak. Begitu pula dengan Jorwil. Ucapan syukur terus terucap dari bibirnya: “Rasanya seperti hidup kembali. Padahal waktu tabrakan maut itu terjadi saya merasa seperti mau meninggal. Buat saya, Tuhan Yesus luar biasa.” (Kisah ini sudah ditayangkan 14 Juli 2008 dalam acara Solusi di SCTV)
Sumber kesaksian:
Jorwil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar