Selasa, 10 Juli 2012

~ KESAKSIAN KENJI MICHITAKASAGO: "BOCAH PENUH PENDERITAAN" ~ Awalnya Kenji Michitakasago cukup bangga memiliki seorang papa yang asli Jepang. Setahun dua tahun, ia bersama keluarganya merasakan kebahagiaan, kasih sayang dari orang tua, dan bahagia sekali. Tapi sejak kehadiran orang ketiga, sikap papa Kenji menjadi berbeda sekali. Bahkan penyiksaan-penyiksaan yang tidak mereka sangka, itu bisa terjadi. Bujuk rayu dari wanita selingkuhan itu membutakan hati ayah Kenji. Ia tega melakukan perbuatan yang kejam kepada Kenji dan Akira, adik Kenji. Pernah ketika Kenji dan Akira mengganggu ayah Kenji bersama wanita selingkuhannya, ayah Kenji mengikat Kenji dan Akira lalu menggelindingkan mereka dengan tangga dari lantai atas ke bawah. “Waktu itu saya berpikir hidup saya hanya sampai disini. Sepanjang saya ditendang bergelinding saya hanya bisa menangis,” kisah Kenji. Kenji tak menduga bahwa perlakuan sadis papanya belum berakhir. Hingga satu malam peristiwa tak terduga mengejutkannya. Ketika ia beserta adiknya dan mamanya sedang tidur, papanya melemparkan kaleng susu yang terbuka yang berisikan kelabang-kelabang. “Saya terbangun ketika ibu saya berteriak minta tolong. Ayah saya melemparkan kaleng berisi kelabang itu bermaksud seandainya saja kami bisa dibunuh, jadi orang akan mengira kami mati karena ini. Tapi ternyata sewaktu itu saya merasakan bahwa Tuhan itu menjaga kami. Dan papa dengan santainya mengambil baju lalu pergi tidak terjadi apa-apa. Jadi kami seperti dianggap seakan-akan kami palingan akan mati. Ia tidak merasakan apa-apa jika istri dan anak-anaknya mati. Ia tidak meninggalkan uang atau apa-apa, setelah itu ia hanya mengangkut baju lalu pergi,” kisah Kenji. TINGGAL BERSAMA PAPA TIRI. Dikarenakan tak sanggup menanggung beban yang menindih hidupnya, Kenji bersama mama dan adiknya merantau ke Jakarta dan mencoba hidup yang baru. Di Jakarta Kenji dikenalkan dengan seorang pria yang akan menjadi ayah tirinya. Kenji MichitakasagoKenji berkisah, “Hubungan papa tiri dengan saya dari awal sudah tidak baik semenjak bertemu. Suatu ketika ketika subuh saya dibangunkan untuk menyiapkan makanan untuk dia, dan saya tidak bangun. Kemudian dia tendang saya, dia menyeret saya keluar dari kamar dan saya diikat. Mama saya tidak bisa menolong, dan hanya bisa diam saja. Dan ia hanya bisa menangis. Saya cuma merasa ketakutan sekali. Saya memikirkan ayah saya dan berpikir, ‘Kalau boleh papa saya tuh mati.’ Perihnya pukulan dan aniaya dari ayah tirinya membuat Kenji memutuskan untuk meninggalkan rumahnya. “Waktu saya di jalan, saya tidurnya di kolong jembatan, di stasiun rel kereta api, di pinggir jalan… Itu menjadi tempat tidur saya,” kisah Kenji. Kenji ingin bekerja dengan keringatnya, dengan halal, meskipun ia harus menyemir sepatu di jalan. “Dan waktu itu saya tidak berpikiran dengan uang yang berkelimpahan. Saya hanya berpikir saya mau merasakan tidak ada lagi orang yang menyiksa saya. Dan saya juga bisa bermain game, di tempat mainan ding-dong, dengan uang mainan saya sendiri tanpa penyiksaan dari ayah tiri saya. Itu yang saya cari di jalan.” Di jalanan saya mulai berani menawarkan diri untuk menyemir sepatu orang. Itu yang Kenji lakukan hari demi hari. Hingga suatu ketika Kenji bertemu dengan seorang pelanggan dimana ketika ia membayar tetapi Kenji tidak memiliki kembalian karena orang itu adalah pelanggan pertamanya di hari itu. Lagi-lagi Kenji menemukan siksaan. Pelanggan itu menganggap Kenji berbohong lalu mengusir Kenji dengan menendangnya. “Akhirnya saya jalan tanpa hasil uang yang seharusnya saya dapat. Selagi jalan saya merenungi nasib saya – “Kenapa kok penyiksaan ini datang lagi?” Di sepanjang jalan saya menangis. Saya bilang hidup saya itu seperti tidak ada artinya,” kisah Kenji. Penderitaan yang dialami Kenji seakan tak akan pernah berakhir. Ditinggalkan oleh ayah kandungnya. Disiksa oleh ayah tirinya. Hingga membuatnya memilih tinggal di jalan. Kenji merasakan bahwa hidupnya seakan tidak ada artinya lagi. “Ketika berjalan di pinggir jalan tuh ingin bunuh diri. Saya merasa kaki saya berat sekali untuk melangkah ke tengah jalan itu. Saya tidak tahu kenapa…” kisah Kenji tentang percobaan bunuh dirinya yang ia ingin lakukan ketika berusia 9 tahun. Tinggal bersama tante, apakah kehidupanku akan berubah? Selepas dari percobaan bunuh diri itu, Kenji diajak tinggal bersama dengan tantenya. Namun ia tak pernah menyangka akan apa yang harus ia hadapi di sana. Kenji Michitakasago“Waktu itu kebetulan tante saya pergi ke luar kota selama 3 hari. Dan waktu itu, anak-anak tante saya itu menyiksa saya. Mereka menyuruh saya menyeterika seragam sekolah mereka. Jika saya tidak lakukan apa yang mereka suruh, mereka akan menyeterika tangan saya. Setelah saya diseterika, mereka memperlakukan saya seperti binatang juga. Saya dimasukin di kandang anjing herder dan saya disuruh tidur disana bersama dengan adik saya. Disitu saya merasakan seperti binatang. Saya dijadikan satu dengan anjing, tidur disana, makannya disana, dan buang air juga disana,” kisah Kenji menceritakan bagaimana ia mendapati siksaan juga di tempat tinggalnya yang baru. Saudara-saudaranya melakukan itu semua dikarenakan sirik dengan perlakuan tantenya. Jadi saudaranya melakukan itu agar Kenji dan adiknya tidak betah di rumah. Terus siksaan itu Kenji alami dan mereka juga mengancam Kenji agar tidak menceritakan hal tersebut kepada mami mereka atau tante dari Kenji. TERKATUNG-KATUNG MENJADI ANAK JALANAN. “Suatu ketika akhirnya saya tidak tahan dan saya ngomong ama tante. Akhirnya tante emosi dan menghajar anak-anaknya. Setelah tante itu menghajar anak-anaknya, saya kabur, dan kembali lagi ke jalan,” kisah Kenji. Saat kembali ke jalanan, Akira, adik Kenji, memutuskan untuk berpisah dengan Kenji. Kenji tak bisa berbuat apa-apa. “Saya sempat sedih juga… Kenapa saya harus berpisah dengan adik saya padahal saya sudah berpisah dengan papa. Kenapa Tuhan itu jahat? Kenapa Tuhan itu tidak ada ketika saya mengalami penyiksaan begitu luar biasa, Tuhan itu tidak menolong saya… Hanya diam. Kenapa Tuhan seperti itu? Tidak ada Tuhan. Saya tidak bisa merasakan yang namanya Tuhan.” Hingga suatu hari Kenji belum makan selama dua hari karena belum mendapatkan pelanggan. Ia berdiri di depan rumah makan cepat saji dan memandangi sebuah keluarga yang begitu harmonis memakan makanan bersama. Kenji merasakan kerinduan menginginkan keluarga seperti yang ia lihat. Kenji hanya termenung saja dan terdiam. Setelah keluarga keluar sehabis makan, Kenji masuk dan memunguti tulang-tulang sisa makanan mereka. Ketika Kenji mengambil sisa makanan itu, ia dikejar sekuriti. “Waktu saya dikejar sekuriti saya lari dan berpikir saya mungkin akan ditangkap dan dipukuli lagi. Saya coba terus lari dan membawa tulang ayam yang saya dapatkan. Sampai di tempat yang aman, saya melanjutkan memakan makanan itu. Di situ saya merasa hancur. Kenapa penderitaan ini rasanya terus terjadi lagi tak habis-habis. Saya harus memakan makanan sisa orang. Saya hanya bingung dan saya menikmati makanan tulang ayam itu selayaknya orang makan,” Kenji berkisah sambil menitikkan air mata. Kehidupan di jalanan yang keras harus ia jalani selama bertahun-tahun. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupnya. Aon SantosoSeorang pria bernama Aon Santoso yang sedang dalam perjalanan menuju pelayanan. Ia melihat Kenji dan hanya berpikir mungkin Kenji hanya seorang anak nakal yang ingin bermain di jalan sampai malam dan belum pulang. “Setelah satu minggu saya telusuri dia, dia bercerita. Dua hari… satu malam… anak sembilan tahun untuk mengisi perut dengan tulang-tulang ayam bekas orang. Sebagai pelayan Tuhan saya bergumul dan akhirnya saya putuskan untuk membawa dia pulang,” kisah Aon Santoso mengenai terbebannya hatinya melihat keadaan Kenji. PERUBAHAN HIDUP MENGENAL TUHAN. Kenji pun berkisah mengenai perubahan hidupnya semenjak mengenal Ko Aon, “Perlahan-lahan kehidupan baik luka batin saya dan segala sesuatu yang saya alami semenjak masa kecil saya… Itu dipulihkan. Saya sepenuhnya mengampuni mama saya, papa tiri saya bahkan papa kandung begitu juga dengan saudara-saudara yang pernah menyiksa saya. Mulailah saya mengenal Tuhan yang sesungguhnya, bahwa Tuhan itu ada. Dan Tuhan itu tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan apapun.” Suatu ketika Kenji memainkan kibord di rumah ko Aon dan ternyata Kenji memiliki bakat untuk bermain kibord. “Sewaktu itu Kenji tidak mempunyai kepercayaan diri,” kata Aon. Tetapi karena Kenji ingin untuk belajar memainkan kibord, meskipun biaya belajar alat musik kibord cukup mahal… Kenji akhirnya pun giat belajar memainkan kibord. Dengan talenta yang dimilikinya, Kenji mengalami kemajuan pesat. Kasih karunia Tuhan menyertai Kenji hingga ia dapat menyelesaikan album pertamanya. “Saya berjumpa dengan Tuhan, saya bisa berubah drastis, karena saya diberikan kedamaian di hati. Suatu sukacita. Saya juga bisa melayani orang-orang yang membutuhkan kasih sayang. Di situ saya merasakan bahwa hidup saya berarti dan saya bisa menjadi berkat buat orang,” kisah Kenji mengenai perubahan hidupnya yang drastis setelah mengenal Tuhan. Kehidupan Kenji pun diubahkan saat ia menemukan kasih sejati dari Tuhan Yesus. “Perbedaan hidup saya dahulu itu… gelap dan kelam. Tetapi setelah saya mengenal Tuhan dan mencari jalan keselamatan, hidup saya itu cerah… ceria… dan senang sekali.” TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Kenji Michitakasago ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar