Kamis, 12 Juli 2012

KESAKSIAN : "JOSE ROBERTO JUNIOR DA SILVA - ZE ROBERTO" Filed under: KESAKSIAN PARA PEMAIN SEPAKBOLA by: SETANGKAI BUNGA KEHIDUPAN Zé Roberto, bernama asli José Roberto da Silva Júnior, (lahir di Ipiranga, Brasil , 6 July 1974; umur 37 tahun) adalah gelandang tim nasional brasil yang bertinggi badan 172 cm dan 78 kali memperkuat negaranya dan mencetak 5 gol (data 11 Juni 2006). Dia memperkuat Bayern München dari tahun 2002 hingga 30 Juni 2006. Ia memperkuat tim nasional brasil pada Piala Dunia 1998 dan Piala Dunia 2006. Allah mengijinkan banyak hal terjadi dalam hidup kita, terkadang untuk menguji kita dan untuk memperkuat iman kita. Kita harus dipersiapkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari Firman yang keluar dari mulut Allah. Hidup tidak hanya dipenuhi dengan kegembiraan saja, tetapi ada juga tantangan. Saya berasal dari keluarga miskin yang tidak pernah memiliki sesuatu. Terkadang kami harus berjuang keras untuk mendapatkan apa yang kami butuhkan, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari kami sangat kekurangan. Sekarang saya dapat melihat perubahan dalam hidup saya -- saat dimana saya tidak memiliki sesuatu, dan saat ini saya dapat memiliki segalanya. Segala sesuatu yang saya maksudkan di sini bukanlah uang ataupun kepopuleran, tetapi sukacita atas hidup yang saya miliki. Hal ini berawal saat ibu saya menerima Yesus secara pribadi dan setia dalam doa-doanya. Dia tidak pernah memaksa kami -- saya dan kakak-kakak laki saya -- untuk pergi ke gereja. Namun, suatu hari Roh Kudus menjamah hati saya dan saya menyerahkan diri kepada Yesus sama seperti yang dilakukan ibu saya. Semenjak saat itu, Yesus mengubah hidup saya. KARIER CLUB Portuguesa (1994–Maret 1997) Real Madrid (Maret–Desember 1997) Flamengo (Januari–Juni 1998) Bayer 04 Leverkusen(1998–2002) Bayern München (2002–2006) Santos (2006–2007) Bayern Munich (2007-)

Selasa, 10 Juli 2012

~ KESAKSIAN ERNI JOHAN: "PERTOLONGAN TUHAN DALAM KESULITAN" ~ Menghitung kebaikan Tuhan memang tidak pernah ada habisnya. Erni Johan pernah merasakannya. Lulus Diploma 1 Akuntansi di Solo, tahun 2001 aku ke Jakarta. Kerja apa sajalah, pikirku. Asal rajin, kerja keras, nggak gengsi, pasti bisa hidup. Begitulah kata orang tentang Jakarta. Tiba di Jakarta, aku langsung ke kost-an kakakku, Catur. Dia melayani di persekutuan doa, di Cipinang dan gereja di Bekasi. Aku anak ketujuh dari delapan bersaudara. Dari kecil kami terbiasa hidup sederhana. Bapak meninggal selagi kami masih kecil. Ibulah yang banting tulang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Berjualan nasi soto, pecel, sambal goreng, dan beberapa makanan. Aku bisa kuliah atas kebaikan kakakku, Mas Harso. Dialah yang menopang biaya selama satu tahun kuliah. MENJADI PENJAGA TOKO “Er, ada lowongan jaga toko buku rohani, mau?” tanya Mbak Catur ketika kami ngobrol berdua di kamar. Mendengar info itu aku senang sekali. Karena sudah tiga bulan di Jakarta tanpa pekerjaan. Bosan dan mulai stres.Pada hari yang ditentukan aku datang ke toko buku rohani di Kebon Jeruk, Jakarta Barat untuk wawancara. Gaji yang ditawarkan Rp350 ribu. Dalam hatiku berapa sajalah yang penting dapat pekerjaan. Aku setuju. Tiga hari kemudian mulai kerja. Terima kasih Tuhan, doaku dikabulkan. Sepanjang perjalanan pulang, aku mulai menghitung-hitung pengeluaran sebulan. Kalau pulang pergi dari kost Mbak Catur, selain jauhnya nggak kira-kira, gajiku habis untuk ongkos. Kost? Aku dengar di Kebon Jeruk tak kurang dari Rp250 ribu. Lalu dari mana aku makan? DITOLONG TEMAN Hari pertama kerja, aku bertemu dengan Ci Lily. Pekerja gereja yang juga akan bersamaku mengelola toko buku itu. “Erni, mau tinggal sama aku?” tanya Ci Lily membuyarkan lamunanku. Ku-pandang wajah Ci Lily yang tersenyum padaku. Ia sedang tidak basa-basi. “Nggakngerepotin, Ci?” tanyaku meyakinkan tawarannya. “Nggak Erni, ngerepotin apa? Sudahlah, nggak usah kamu pikirin. Kita bisa sama-sama,” katanya. Kuucapkan terima kasih padanya. Dua bulan aku menumpang di rumah Ci Lily. Semakin mengenalnya, aku melihat ketulusan hatinya. Ia baik pada setiap orang. Aku ingin mandiri, nggak enak terus-terusan numpang. Tapi kalau kost, uangku tak cukup. Aku tetap berdoa menyampaikan kerinduanku pada Tuhan. Tak lama, aku berkenalan dengan Erni Claudia, bekerja di gereja. Dia menawarkan kost yang sangat murah hanya Rp75 ribu saja. Aku menempati kamar seharga Rp250 ribu. Puji Tuhan! Selalu saja ada pertolongan, itu yang aku rasakan ketika kesulitan datang. Begitu juga dengan keperluan sehari-hari, aku mencoba mencukupkan diri dengan apa yang ada. Mengucap syukur dalam segala perkara. Kalau dirasa uang kurang, aku belajar untuk tidak berpikir ngutang. KEBAIKAN TUHAN Oleh gereja aku dipindah ke pelayanan orang tua asuh, namanya Kota Daud. Memberi bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Salah satu pengurusnya Ibu Meijanti Wijaja, aku memanggilnya Ci Mei.“Er, sini…”, kata Ci Mei satu siang. Aku datang mendekat. Wah… jangan-jangan aku melakukan kesalahan. Kuterka-terka dan kuingat apa yang kulakukan di waktu lalu. “Ini ada berkat untukmu, semoga pas dan kamu senang….” Ci Mei mengulurkan tas. Aku masih terdiam. “Pakaian…” kupandang wajah Ci Mei, kuterima tas itu dan mengucapkan terima kasih padanya. Air mataku jatuh ketika mencoba satu per satu lima potong pakaian itu. Selama ini mana terpikir membeli pakaian. Bisa makan tiap hari saja sudah sangat bersyukur. Kebaikan Ci Mei tidak hanya itu saja. Setiap kali dia pergi ke luar kota atau ke luar negeri selalu membawa oleh-oleh untukku dan beberapa teman pelayanan. Aku terharu dengan perhatiannya, sempat-sempatnya orang sesibuk dia masih mikirin oleh-oleh untuk kami. Satu kali Ci Mei memberiku kalung. Kali lain, ia memberi cincin emas. Dan setiap ulang tahun, dia selalu memerhatikanku. Tuhan juga mengirimkan kebaikannya melalui Bu Hartati, salah satu jemaat gereja yang memberiku amplop berisi Rp100 ribu per bulan selama setahun. Padahal waktu itu Bu Hartati dalam keadaan susah. Suaminya telah dipanggil Tuhan saat usaha yang dijalankannya bangkrut sehingga Bu Hartati harus berurusan dengan banyak pihak. Aku tak dapat menghitung kebaikan Tuhan yang memeliharaku di waktu lalu, kini, dan selamanya. Terima kasih… TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Erni Johan ]
~ KESAKSIAN WAHYUDI: "MENAKLUKKAN SANG MAUT" ~ Pukul 07.00, sebuah sepeda motor seperti merangkak dari Laweyan di barat daya kota Solo. Begitu perlahan sehingga beberapa kendaraan melewatinya dengan membunyikan klakson. Sisa hujan semalam masih tampak pada bekas genangan air di sisi-sisi jalan. Apakah si pengendara enggan meninggalkan pagi yang basah, ataukah motor tuanya yang tidak bisa lagi diajak ngebut? Entahlah. “Jam berapa ya nanti sampai Jogja?” gumam Wahyudi (40), si pengendara, seorang diri. Motor itu bermerk Honda, bikinan tahun 1980-an, jadi masih bisa diajak ngebut 50-60 km/jam sebenarnya. Tetapi dengan kecepatan seperti itu sudah serasa terbang bagi Wahyudi. Dia hanya berani memacu 20-30 km/jam. “Setelah makan pagi di Gondang Klaten, saya coba lari 40. Tetapi rasanya sudah seperti pembalap, he-he-he,” ujarnya terkekeh di ruang tamu Divisi Marketing Majalah Bahana. Wahyudi butuh waktu 3 jam untuk bisa sampai ke Yogyakarta. “Mukjizat, saya sampai dengan selamat ke sini. Doakan juga bisa kembali dengan selamat,” cetusnya. Suara Wahyudi sengau, tak jelas intonasinya. Mirip orang menyeracau. DITABRAK BUS Setiap detik dalam kehidupan orang percaya adalah mukjizat. Demikian Wahyudi menghayati kehidupannya sekarang. Bisa bangun pagi bertemu istri dan anaknya adalah mukjizat. Dapat mengedarkan Majalah Bahana dan buku-buku rohani ke seantero kota Solo juga mukjizat. Masih bisa bernafas, apalagi. “Saya mendapat mukjizat luar biasa dari Tuhan. Ia sudah memberi saya banyak sekali.” Suara Wahyudi parau. Ia menengadah, menatap langit-langit kantor. Tahun 1987 hingga 1989, Wahyudi bekerja sebagai tenaga administrasi di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Saat koran Yogya Pos terbit di kota yang sama, Wahyudi pindah sebagai kepala staf composing di sana. Tetapi “nafas” Yogya Pos kelewat pendek. Wahyudi ber-tahan sampai tahun 1991 sebelum koran ini benar-benar mati. Tahun 1992, alumnus SMEAN II Yogyakarta itu mengadu untung ke ibukota. “Saya ke Jakarta coba kerja di (majalah) Tempo. Tetapi baru dua bulan saya dapat kecelakaan,” terang anggota Full Gospel Bussines Men’s Felowship International Solo, Chapter Manahan itu. Sebuah bus PPD menabrak motor yang dikendarai Wahyudi hingga remuk, pada 18 Agustus 1992. Tangan kiri patah, tempurung lutut kiri remuk. Wahyudi mengalami gegar otak berat yang menyebabkan dia koma. “Dokter bilang saya tidak ada harapan lagi. Gegar otak saya sangat parah, sehingga orangtua menyediakan peti mati dan bus untuk membawa mayat saya ke Yogya,” kata Wahyudi. Dalam keadaan koma Wahyudi dibawa keluarganya. Tetapi Tuhan berkeinginan lain. Setelah koma tiga bulan, Wahyudi yang kini tinggal di Gang Markisah I No.13 D, Karangasem RT 01/VIII, Laweyan, Solo itu berangsur sembuh. “Ini benar-benar mukjizat Tuhan,” kata Wahyudi. DEPRESI BERAT Begitu “bangkit” dari kematian, persoalan Wahyudi belum selesai. Ia teramat depresi dengan cacat permanen yang diperolehnya. Tempurung lutut yang remuk membuat kaki kirinya lebih pendek tujuh centimeter. Tangan kiri lumpuh dan tidak bisa digunakan. Suaranya menjadi sengau seperti baru terkena stroke berat. “Tangan kiri tidak berfungsi sama sekali. Kaki bisa, tapi untuk jongkok tidak bisa. Saya depresi berat. Saya pikir Tuhan terlalu berat mencobai saya. Tetapi berkat doa banyak orang, saya bisa keluar dari depresi itu,” kata Wahyudi sambil mengutip Mazmur 118:18 – 19. Mukjizat paling besar bagi Wahyudi adalah dirinya masih diizinkan hidup oleh Tuhan.Di Pleret Bantul Yogyakarta, di rumah orangtuanya, Wahyudi mengisi hari-hari dengan menulis. Rasa galau, namun juga keinginan untuk hidup sebagaimana orang normal lainnya ia tuangkan dalam tulisan-tulisan itu. “Habis mau bikin apa lagi. Dalam keadaan seperti itu saya hanya bisa menulis,” kata Wahyudi. Beberapa tulisan Wahyudi dimuat oleh majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang yang terbit di Yogyakarta. “Honor pertama saya Rp15 ribu. Senangnya bukan main,” kenangnya. TIADA YANG MUSTAHIL Mustahil untuk manusia, tidak bagi Allah. Dalam kondisi tubuhnya yang serba terbatas, sebenarnya mustahil bagi Wahyudi mendapatkan jodoh. Tetapi jalan Tuhan susah ditebak. Seorang gadis membaca tulisannya. Mereka berkorespondensi. Suatu saat sang gadis minta ketemu. Gayung bersambut. Tiga bulan pacaran, mereka sepakat menikah. Maka Dra. Febe Tri Wuryan Taruni, dosen Bahasa Indonesia dan Kepala Administrasi ABA STIE Pignatelli Surakarta resmi menjadi istri Wahyudi pada 11 Februari 1998. Mereka diberkati di GBIS Nusukan, Solo. Perihal motor yang kini didesain khusus dengan dua roda di belakangnya? “Saya dikasih Megawati waktu dia masih jadi presiden. Saya senang sekali karena dengan motor ini saya bisa ke mana-mana mengantarkan Majalah Bahana dan renungan harian untuk pelanggan,” kata Wahyudi yang salah satu pelanggan-nya adalah wakil walikota Solo. Wahyudi menjadi Star Agent, program penjualan dengan bonus memikat, untuk menjual majalah Bahana, Renungan Malam, dan buku-buku rohani.Setelah empat tahun merindukan kehadiran seorang anak, tahun 1992 lahir Theofillus Dian Gegana. Saat melahirkan, Wahyudi memangku istrinya. “Saya melihat sendiri proses kelahirannya. Begitu kepalanya keluar, saya deg-deg-an. Saya bersyukur sekali. Puji Tuhan, satu lagi mukjizat bagi kami,” kata jemaat GKJ Kerten, pepathan Ka-rangasem, Solo itu yang selalu berdoa puasa setiap Selasa dan Kamis itu. Melihat Wahyudi berjalan, beringsut langkah demi langkah, barangkali kita segera dihinggapi rasa belas-kasihan. Ia seperti menyeret bagian tubuh sebelah kirinya. Tetapi Wahyudi juga seperti menempelak kita. Dalam keadaannya yang cacat, ia bekerja keras untuk menghidupi istri dan anaknya. Sejak tahun 1995, Wahyudi terus menu-lis untuk majalah Djaka Lodang dan mengirim beragam buku rohani, majalah rohani, renungan harian ke berbagai persekutuan di Solo. “Saya senang, walaupun dalam keadaan begini, saya bisa bertemu banyak orang,” kata Wahyudi. BELAJAR DARI WAHYUDI Hari menjelang siang. Wahyudi pamit. Berdiri di samping motor roda tiganya, ia menginjak starter beberapa kali. Sesungguhnya bukan menginjak. Berat badan ditumpukan pada kaki kanan, lalu “ditekan”. Tiga jam lagi ia baru sampai ke Solo, hanya dengan sebelah tangan memegang setir. Mungkin kita berpikir Wahyudi pantas bersyukur atas setiap detik dalam hidupnya. Bukankah ia telah diberi Tuhan berbagai mukjizat? Tetapi ketidakpekaan dan kekeraskepalaan kita jualah yang membuat Allah mengirimkan seseorang seperti dia, lengkap dengan rasa tak berdaya, putus asa, minder, kepingin cepat-cepat lenyap dari bumi, tetapi juga kegigihan, pantang menyerah, dan rasa syukur atas apa yang ia dapatkan hari ini. Wahyudi telah keluar dari peristiwa tak terhindarkan, maka kita patut belajar padanya. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ bahana-magazine.com ]
~ KESAKSIAN ERLAN BATUBARA: "KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN" ~ Tuhan bisa hadir di mana saja, termasuk melalui teman dan tetangga. Erland Batubara pernah merasakan. Kupegang pinggulku. Kupijat perlahan. Dengan harapan nyeri yang kurasa hilang. Ah, paling cuma salah tidur atau salah gerak. Bentar lagi juga lenyap, pikirku. Sebentar-sebentar memang sakit itu hilang. Tapi bisa dengan tiba-tiba muncul lagi. Bahkan lebih parah. Tulang belakang seperti dipukul-pukul pakai benda keras. Saking sakitnya kubayangkan tulangku dipukul pakai martil. Aku berusaha menahan sakit. Waktu itu aku tinggal bersama 4 temanku yang mengontrak rumah sederhana. Maka ketika sakit itu, aku berusaha sedapat mungkin tidak membuat repot mereka yang juga hidup pas-pasan. Syukur-syukur dapat tumpangan. Pekerjaan mereka sopir dan kondektur bis. Aku sendiri sudah beberapa bulan nganggur dari pekerjaanku sebagai ‘kondektur layang’ bis PPD. Maksudnya semacam kondektur serep saja. Kalau dibutuhkan, baru diminta kerja. TAK ADA UANG Di Jakarta, aku tak punya saudara. Betul-betul merasa sendirian. Seminggu, sakit tulang belakangku makin parah. Ampun sakitnya. Saking nggak tahan lagi, aku menangis meraung-raung.Kesedihanku kian mendalam. Tidak ada uang sedikit pun untuk ke dokter. Kalau menahan lapar sih sudah biasa. Tapi sakit seperti ini, oh… tersiksa sekali. ”Tuhan… Tuhan… tolong aku,” teriakku dalam hati. Kalau teman-temanku serumah ‘diam’ saja, aku tahu betul mereka pun juga sedang tak punya uang. Aku sangat maklum. Karena tak tahan lagi, aku bermaksud keluar rumah. Jalan ke mana saja. Kalau mati di jalan, matilah! Terlintas untuk bunuh diri saja karena sakit yang nggak tertahankan. Sore itu aku keluar rumah. Pergi tanpa tujuan. Di jalan aku ketemu seorang kenalan marga Panjaitan. Ia melihatku dan langsung mengajak untuk kembali ke rumah. Apalagi waktu dia tahu kepergianku nggak jelas. ”Ayolah …. pulang,” ia sedikit menarikku berbalik arah. MENDAPAT PERTOLONGAN Tak lama di rumah. Tiba-tiba berkumpullah lima pria tetangga kami. Salah satunya Bp. Rindu, pemilik rumah kontrakan. Dia asli Palembang, seorang muslim. Mereka bermaksud membawaku ke dokter. Panjaitanlah yang memberitahukan mereka. ”Nggak usah dipikirkan….. Pokoknya berangkat saja” kata salah satu diantara mereka. Oh, Tuhan, ini pertolongan-Mu! Terimakasih ya….. Terbayanglah telah lama tidak pergi ke gereja. Tak pernah berdoa. Aku sudah meninggalkan Tuhan. Bahkan ‘kerjaanku’ ngutip uang judi istilah kami leng atau marbento Seringkali rumah kontrakan menjadi tempat berjudi. Nah, aku ambil Rp 500,- sampai Rp 1.000,- dari yang menang. Istilahnya uang ‘rantang’ yang menjadi hakku. Kupakai uang itu untuk makan atau beli rokok. ”Berangkat sekarang, Bang….” kata mereka membuyarkan lamunanku. Sore itu, aku diantar ke klinik oleh rombongan dengan mobil Bp. Rindu.Dokter menyuntikku. Biaya pengobatan kalau tak salah dengar Rp 40.000,-. Mereka patungan atau saweran untukku. Setelah ke dokter, tulang punggungku berangsur-angsur membaik. Bahkan sampai saat ini tak pernah kambuh. KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN Namun setengah tahun kemudian aku kembali jatuh sakit. Paru-paru yang menyesakkan dada. Bapak dan ibu Rindu memerhatikanku. Memberiku uang dan sekaleng susu. Mereka menyuruh pembantunya untuk memberiku makan. Peristiwa 10 tahun lalu itu adalah bukti pertolongan Tuhan meskipun kala itu cara hidupku tak berkenan di hadapan-Nya. Tuhan Yesus selalu saja memperlihatkan kasih-Nya. Melalui proses yang panjang dan berliku aku telah kembali ke jalan Tuhan. Dalam segala keterbatasanku aku belajar memerhatikan orang lain. Belajar dari peristiwa-peristiwa yang kualami. Begitu banyak persoalan yang menghimpit. Tapi aku selalu melihat kebaikan Tuhan. Teman-teman yang memberi tumpangan saat aku ngang-gur, sahabatku Panjaitan yang ‘memaksaku’ ke kontrakan supaya aku mendapat pertolongan, tetangga dan bapak ibu Rindu yang peduli padaku. Semua itu bukti cinta-Nya TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu...
~ KESAKSIAN MARIA BEATRIX: "WANITA CACAT SPEKTAKULER" ~ Namaku Maria Beatrix. Aku lahir tahun 1980, aku waktu itu sehat sekali dan aku baik-baik aja, sebagai bayi atau anak kecil yang sehat. Lalu pada umur 5 aku mulai terkena satu penyakit yang menyerang sistem kekebalan yang terkena pada otot dan kulitku. Aku dah mulai susah jongkok, mulai jatuh melulu kalau jalan, terus muka aku merah-merah dan aku gampang lesu banget. Orang tuaku bawa ke dokter disini dulu, terus bawa ke pokter di luar negeri, cek ini itu, dan ternyata ditemukan pernyakit itu dan yang nggak enaknya banget penyakit itu ternyata belum ada obatnya. Ibunda Maria: “Saya mempunyai semangat luar biasa. Saya ingin anak saya sembuh. Saya akan melakukan apapun juga sekuat tenaga saya” Setelah itu aku masih coba sekolah dalam satu tahun, tapi semua itu terus nggak bisa dilanjutin lagi. Dramatis banget. Aku sudah mulai nggak bisa jalan dan dokter juga bilang kalo aku nggak boleh kena matahari karena itu bisa jadi pemicu parah banget. Jadinya aku berhenti sekolah. Aku umur 8 atau 9, kulit aku kayak borok tapi satu badan. Sampai kulit kepalaku juga merah dan mengelupas setiap hari. Berdarah dan asli, perih banget. Diri aku buruk rupa dulu. Aku ngelihat di kaca, aku sendiri sampai merinding. Aku nggak mau lihat diri aku di kaca karena sangat menakutkan dan menyedihkan. Setiap kali orang lihat aku juga mereka melihat terus habis itu mereka membuang muka karena mereka tahu itu mengerikan dan mereka bilang ih jangan deket-deket nanti nular lho. Kadang aku marah ama Tuhan, aku nggak mau doa. Empat tahun atau lima tahun aku pikir omong kosonglah berdoa, ngapain berdoa, berdoapun nggak didengar. Nangispun nggak didengar. Orang membenci aku. Diriku terus terang waktu itu, maaf, bau. Sakit bukan main. Aku mau mati aja, aku nggak mau hidup. Maria Beatrix hadir di studio SOLUSI dalam kondisi yang jauh berbeda dari kisahnya diatas…..Apa yang mengubah Maria? Host: “Maria, kamu kan sempat mengalami putus asa. Sekarang kamu terlihat berbeda, ada semangat dan sukacita. Kok bisa begitu?” Tuhan Yesus yang memberikan semuanya. Dia yang merubahkan, Dia yang menambahkan dan yang memberi segala yang baik untuk aku. Dulu aku nggak ada pengertian, hanya ada ketakutan, putus asa. Sekarang digantikan dengan pengharapan, janji yang indah dan terpenuhi dan kesehatan yang dikembalikan. Walau aku tidak berjalan. Tapi pikiran aku dan hati aku berjalan dengan keinginanNya. Itu yang terpenting. Host: “Tadi kamu cerita sempat 5 tahun kecewa sama Tuhan. Boleh kita tahu siapa orang-orang yang mendorong kamu sampai kamu jadi bangkit?” Orang-orang banyak. Mama, saudara, semua. Tapi aku menemukan pengertian itu lalu aku baik sama Tuhan. Tapi kemudian ada banyak pencobaan lagi. Tapi terakhir ini Tuhan memberikan orang yang bisa menyayangi aku yang tadinya aku pikir nggak mungkin ada orang menyayangi aku. Tapi dia mau care, dia mau datang, dia mau angkat aku dan menerima aku apa adanya. Dan itu sebuah anugerah yang wow, yang luar biasa. Host: “Kalau perubahan yang dialami Maria sendiri, Maria kan sempat tidak bisa apa-apa, tidak bisa keluar rumah dan sakit kena matahari. Sekarang merasa perubahan nggak?” Oh banyak banget, mangkanya sekarang happy banget. Satu bisa kena matahari, dua bisa berenang…. Host: “Oh ya?” Iya. Justru karena ketemu Michael, dia mendorong aku untuk berenang, dia mengajari aku berenang. Habis berenang aku sudah bisa kena matahari. Dulu semua yang tidak mungkin sekarang mungkin karena Tuhan menunjuk orang yang tepat, orang yang tepat itu mengurus aku, dan aku punya keberanian dan semangat yang Tuhan tanamkan dan percaya diri juga. Dan kulit aku sekarang, walau banyak bulu, it’s okay. Kalau kita bahagia dengan diri kita, bahagia dengan Tuhan Yesus, kita bahagia dengan semua orang, maka Tuhan Yesus akan memberikan yang terbaik untuk semuanya. Host: “Kamu sekarang suka bikin karya seni sendiri ya?” Iya. Saya suka bikin kristik, kerajinan tangan, bikin sarung bantal. Dulu kan sempat putus asa karena nggak bisa kerja dan nggak bisa ngerjain sesuatu. Tapi balik lagi, dalam proses itu Tuhan Yesus membuat aku punya taste dan bisa menikmati. Dan itu yang terpenting. Orang bisa melihat bahwa Tuhan Yesus membuahkan yang terbaik. Kalau kita bekerja terlalu keras tanpa menikmatinya Tuhan dan orag-orang juga nggak suka. Tuhan Yesus yang bekerja dalam saya, murni. Dalam percakapan ini, Michael, kekasih Maria yang merupakan warga negara Inggris dihubungi SOLUSI lewat telepon untuk ikut berbincang bersama Maria dan host. Host: “Michael, bisakah bercerita kepada kami tentang hubungan anda dengan Maria?” Michael: “Ya tentu saja. Saya menemukannya di internet. Saya menulis kepada dia awalnya untuk menjadi teman biasa. Kemudian dia membalas, dan begitu selanjutnya sampai 6 bulan. Lalu ketika Maria ulang tahun, saya memutuskan untuk datang ke Jakarta. Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya pergi ke gereja bersamanya untuk pertama kali. Untuk orang yang memiliki banyak keterbatasan seperti dia, saya melihatnya sebagai orang yang begitu bahagia dan penuh iman. Saya tidak bisa untuk tidak sangat menyukainya. Saya kemudian pulang pergi ke Jakarta sebanyak 5 kali dan kami sering ke gereja bersama termasuk waktu di Bali. Bersamanya membuat saya tenang. Dia juga cantik. Kurang lebih begitulah pertemuan kami. Host: “Jadi sekarang apa hubungan anda dengan Maria?” Michael: “saya benar-benar mencintainya sekarang. Saya sebelumnya tidak sadar itu. Bahkan saya pernah menduduki kakinya suatu kali, saya tau itu pasti menyakitkan dia, dan lebih menyakitkan saya. Lalu kemudian saya sadar bahwa saya mencintainya sekarang. Host: “Sungguhkah?” Michael: “Iya” Host: “Apakah anda punya rencana masa depan dengan Maria?” Michael: “Ya, saya punya. Tergantung pihak yang berwenang di Jakarta. Saya akan terus mengunjungi Jakarta. Di waktu yang dekat ini, saya akan datang Januari, dan itu kembali tepat saat ulang tahun Maria. Saya punya rumah disini yang disewa oleh sebuah keluarga muda dengan anak kecil. Saya berjanji tidak akan menjual rumah itu sampai anak-anak tersebut bisa tumbuh besar. Tapi kalau mereka sudah besar, saya bisa menjual rumah itu, mengambil uangnya dan pergi menetap di Jakarta. Host: “Ini giiran kamu Maria. Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu pada Michael?” Michael akhirnya… apa kabar? Michael: “Baik sekali, senang mendengar suaramu. Saya senang kamu baik-baik saja. Saya mendoakanmu di gereja kemaren. Terimakasih, doamu sudah bekerja tampaknya dan saya ada disini sekarang tanpa rasa sakit dan saya bahagia dan tak sabar menunggu sampai Januari. Dan saya bahagia bisa bicara dengan kamu. Dan terimakasih sudah membuat semua ceria dan kamu mengasihiku. Michael: “Dengan senang hati…” Kamu juga sudah kemari lima kali, dan mau mengasihi orang seperti aku… itu tidak mudah untuk sebagian orang, tapi kamu menunjukkannya tanpa ada keraguan. Kamupun percaya padaku dan pada Yesus dan itu bagus sekali, terimkasih. Michael:”Kamulah yang membuat imanku makin kuat” Oh, itu manis sekali Michael: “Kamu adalah teladan yang baik”. Ya, kamu juga… Host: “Maria, terimakasih sudah hadir di SOLUSI. Apa Maria punya pesan yang ingin disampaikan kepada orang tua yang memiliki anak yang cacat fisiknya atau kepada orang-orang yang secara fisik emang sudah cacat? Ya, ada. Jangan malu. Tuhan menciptakan kita indah, dan kita semua special, dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Ada orang yang cantik tapi dia tidak bahagia, ada orang yang tidak cantik tapi tidak bahagia, ada orang yang berjuang tapi dia bahagia, ada orang yag kalah tapi tahu dia akan menang. Orang tua jangan pernah malu kalau anaknya sakit, dan anak juga jangan malu keluar kalau dia sakit, tapi keluarlah, karena Tuhan yang membuat kita indah, dan gunakan juga talenta kita. Itu akan menjadi baik buat kita semua. Yesaya 43:4a “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau…” TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Maria Beatrix ]
~ KESAKSIAN PAULUS DAN LENA: "KISAH CINTA SEJATI" ~ Pada perjumpaan pertama, saya sebenarnya kurang tertarik dengan isteri saya karena postur tubuhnya yang pendek. Akan tetapi ada hal lain yang menjadi kelebihan isteri saya dan berhasil memikat hati saya, yaitu sorotan matanya. Tepat satu tahun sejak perkenalan, kami memutuskan untuk menikah. Sampai saat ini, setiap kali saya melihat isteri saya, saya selalu terkenang akan masa-masa indah bersamanya. Paulus dan Lena memasuki perkawinan yang bahagia. Mereka dikaruniai empat orang anak. Mereka menjalani kehidupan berkeluarga dengan saling mengasihi dan sangat bahagia. Namun masa-masa indah itu harus diguncang dengan ujian yang berat. Putera kedua mereka yang bernama Sigit menjadi korban tabrak lari dan meninggal dunia. Paulus: "Sebelumnya kejadian tersebut kehidupan rumah tangga saya begitu bahagia. Saya juga mengalami masa-masa paling indah bersama isteri saya. Seperti ada link yang putus, ada sesuatu yang hilang kehidupan keluarga kami." Lena : "Saya sangat kehilangan akan kepergian Sigit yang begitu tiba-tiba. Saya amat bersedih karena saya sangat mencintai anak saya. Kejadian ini membuat Lena larut dalam kesedihan yang mendalam. Jiwanya tertekan dan berakibat buruk pada kesehatannya. Lena terserang stroke. Hari demi hari saya menemani Lena yang terbaring lemah dan tidak bisa diajak bicara. Tim dokter yang menangani mengatakan bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Menurut mereka sudah 90 persen jiwa isteri saya tidak terselamatkan lagi. Kalaupun Lena hidup maka keadaanya tidak akan membaik. Ia akan tetap terbaring di tempat tidur, tidak bisa berjalan dan berbicara lagi. Saat itu saya sangat sedih karena saya belum siap jika harus ditinggalkan oleh orang yang saya cintai. Dengan setia dan penuh kasih Paulus menjaga dan merawat Lena. Ia juga tidak pernah berhenti berdoa untuk kesembuhan Lena. Paulus dengan sabar melayani isterinya." Lena : "Saya sangat terharu dengan apa yang dilakukan suami saya. Saaat itu saya benar-benar merasakan betapa besar kasih sayang yang diberikan olehnya." MUKJIZAT TERJADI. Secara tiba-tiba keadaan Lena berangsur-angsur pulih dengan mengagumkan. Kaki dan tangannya sudah mulai bisa digerakkan. Segala diagnosa dokter yang pernah diberikan dipatahkan oleh kasih sayang dan perhatian dari Paulus terhadap isterinya. Doa Paulus dijawab oleh Tuhan. Lena sembuh total, pulih seperti sediakala. Paulus : "Saya sungguh takjub dengan bukti keagungan Tuhan. Betapa Tuhan sangat mengasihi dan perduli atas kehidupan saya dan isteri saya. Satu permintaan saya kepada Tuhan supaya saya diberi kesempatan untuk mencurahkan kasih sayang saya kepada isteri saya sampai masa tua. Supaya saya juga bisa membahagiakannya sampai Tuhan memanggil." “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”(Matius 19:6) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber Kesaksian: Paulus & Lena ]
~ KESAKSIAN TUTIK MARSUDI: "DOA DALAM KESESAKAN" ~ Pada waktu saya berangkat kerja, saya tidak berada dalam keadaan sakit. Tapi saat saya sampai di kantor, saat melakukan kegiatan seperti biasa, tahu-tahu saya merasa sakit secara mendadak. Ibu Tutik Marsudi merasakan kesakitan yang sangat di bagian perutnya. Saat itu juga ia dibawa pulang ke rumah oleh seorang temannya. Sampai di rumah saya muntah-muntah, terus masih sakit lagi dan badan saya juga panas tinggi. Saya dan suami lalu pergi ke UGD. Karena panas yang tinggi dokter curiga saya mengalami gejala typus. Dokter memberi surat pengantar saya periksa ke laboratorium. Hasilnya sangat tidak baik untuk saya. Dokter mendiagnosa adanya masalah di ginjal ibu Tutik. Merasa tidak puas saya kembali ke dokter lain di tempat saya bekerja. Melihat hasil laboratorium, dokter ini mengatakan bahwa ginjal saya mengalami kerusakan. Secara manusia saya “down”, saya merasa selama ini telah melayani Tuhan secara maksimal. Saya pikir tidak akan ada lagi hal-hal yang seperti ini. Dokter itu juga mengatakan hal-hal yang menakutkan, saya harus segera masuk rumah sakit, dan itu tidak bisa ditunda-tunda. Suatu malam ibu Tutik terbangun. Ada suara yang mendorong ibu Tutik untuk datang kepada Tuhan dan berdoa memohon kesembuhan. Sekitar jam 2 malam itu saya terbangun dan saya pikir ‘saya harus berdoa’. Saya harus melawan semua ini karena saya tahu penyakit ini datangnya dari kuasa gelap dan saya bangkit. Dengan susah payah saya bangkit dan saya duduk. Saya merasakan badan saya panas tinggi dan saya berdoa. Saya katakana : “Tuhan, kalau Tuhan mau mengambil nyawa saya “silakan Tuhan” karena hidupku ada di dalam cengkraman tanganMu. Tapi Tuhan, aku tahu Yesusku luar biasa yang sanggup menyembuhkan. Aku tahu Engkau sanggup menyembuhkan. Jika Engkau sanggup menyembuhkan orang lain, Tuhan juga sanggup menyembuhkan saya. Marsudi, suami Tutik juga dilanda kecemasan. Kami juga sempat cemas dan takut karena kami juga manusia biasa. Saya dengan anak-anak sepakat untuk berdoa memohon mujizat dari Tuhan supaya istri saya lekas disembuhkan. Ternyata Tuhan menjawab doa-doa saya dan anak-anak, istri saya makin hari makin baik keadaannnya. Tutik tahu dengan pasti kepada siapa dia harus berharap ketika dia sakit. Tutik percaya Yesus yang sudah mati di kayu salib sanggup menyembuhkan segala penyakit. Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu, ibu Tutik menjalani hari-harinya dengan ucapan syukur. Dia kembali memeriksakan diri ke dokter. Puji Tuhan, haleluya Tuhan itu luar biasa. Besoknya saya ke laboratorium dan periksa darah lengkap, luar biasa hasilnya : “tidak ada satupun penyakit”. Saya bersyukur memiliki anak-anak dan suami yang setia. Mereka mendukung saya, ketika saya down mereka membangkitkan iman saya. Dalam masa-masa kesukaran dan kesulitan hidup kita harus ingat bahwa pengharapan hanya ada dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah." (Roma 5:5-6) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu...