Senin, 28 November 2011

Samuel Mulia terlepas dari Kehidupan Seks Bebas

KOMPAS.com – Samuel Mulia, brand consultant untuk media dan penulis bidang lifestyle di surat kabar dan majalah, mengaku dirinya gay.  Akunya pula, ia sempat menjalani seks bebas dengan banyak lelaki.
Pria berumur 46 tahun ini memang memiliki penampilan yang berbeda dengan kebanyakan laki-laki. Ia berani mengenakan rompi dengan detail bunga-bunga. Cara berjalan dan berbicaranya pun tidak seperti umumnya lelaki.
Hal itu tak jarang membuat orang-orang menoleh kepada pria yang dipanggil akrab Sam ini. “Biarin aja pada mau ngeliatin. Emangnya kenapa? Saya emang ngondek (keperempuan-perempuanan). Tapi, kan saya enggak pakai baju perempuan atau make-up,” kata Sam enteng ketika ditemui di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Dengan santai ia menuturkan bahwa dirinya pencinta sesama jenis atau gay. “Yes, I’m gay. Kenapa harus malu mengakui itu? Kalau ‘sakit’, kenapa harus ditutupi?” katanya lagi.
Sejak SMU
Sejak kecil, Sam merasa berbeda dengan anak lelaki lainnya. Ia tidak bisa memainkan permainan anak laki-laki, seperti sepakbola, layang-layang atau kelereng. Ia juga merasa lebih nyaman bergaul dengan anak perempuan. “Dulu, waktu SMP, ada pelajaran prakarya, saya disuruh gergaji tripleks, tapi  enggak bisa. Main bola juga enggak bisa, tapi lucunya dulu teman-teman saya kalau mau main bola pasti ngajak saya,” kenang lulusan Universitas Udayana ini.
Gaya yang berbeda dengan anak laki-laki lainnya menjadikannya bahan ejekan teman-temannya. Tapi, ia tidak pernah ambil pusing.
Ia baru menyadari bahwa ia benar-benar berbeda sewaktu duduk di bangku SMU. “Agak telat sih.  Tapi, pas SMU itu, pertama kalinya saya suka kepada pria. Dia itu tinggi putih, mukanya ganteng banget. Enggak pernah bosan saya, kalau lihat dia,” ceritanya sambil tersenyum. Namun, Sam hanya memendam perasaan tersebut dan berdoa agar perasaan itu hilang.
Selama kuliah, di fakultas kedokteran, ia makin menyukai laki-laki. Tapi, lagi-lagi, ia hanya mampu menyimpan perasaan tersebut. Setelah lulus kuliah, ia mencoba peruntungannya di Perancis. Selama beberapa tahun di sana, ia bertahan tanpa pasangan. “Pulang dari Perancis saya masih jomblo, dicium saja belum pernah,” kenangnya lagi.
Terjerumus ke seks bebas
Lima tahun bekerja di sebuah media di Jakarta, Sam merasa kesepian. Atas saran seorang teman, ia mencoba untuk chatting. “Tadinya, saya merasa sendiri. Setelah ketemu dengan teman-teman baru dari internet, saya merasa lebih hidup,” ujarnya.
Dengan bergaul di internet, Sam juga berubah menjadi orang yang berani menyatakan perasaannya kepada sesama jenis dan, bahkan, menjalani seks bebas dengan banyak pria. “Saya enggak peduli dengan siapa saya melakukan itu. Kalau saya lagi mau, ya siapa aja ayo,” kisahnya sambil terkekeh. Ketika berhubungan seks, ia berperan sebagai perempuan.
Sam lebih menyukai lelaki Asia atau pria kulit hitam. Di matanya, mereka lebih seksi. “Saya kurang suka bule,” tegasnya. “Dulu pacar-pacar saya juga ada yang punya istri. Enggak tahu kenapa, mereka takluk oleh saya,” imbuhnya.
Sam berkecimpung di dunia hitam itu seakan tanpa beban. Setelah ia membuat pengakuan kepada ayahnya mengenai kelainan orientasi seksualnya tersebut, langkahnya makin ringan dan rasa berdosanya hanya muncul sekilas. “Reaksi ayah saya, tidak marah. Ia hanya mengatakan, kalau saya senang,  ayah saya juga senang,” kisahnya.
Tinggalkan seks bebas
Namun, Sam masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Awal 2005 ia mengalami gagal ginjal. Setelah beberapa bulan menjalani cuci darah di Jakarta, ia mendapat cangkok ginjal di salah satu rumah sakit di Goang Cho, China.
Sejak itu, ia bertobat, tidak lagi menjalani seks bebas, meskipun tetap gay. “Memang, kalau ada cowok ganteng, saya masih suka ngeliatin. Tapi, setelah itu, ya udah, biasa lagi. Kalau dulu, ada laki-laki yang saya suka, pasti akan saya kejar sampai dapat, enggak peduli siapa dia,” tuturnya.
“Saya sangat beruntung tidak terkena penyakit apapun (HIV/AIDS), padahal saya tidak pernah menggunakan pengaman saat berhubungan seks. Sekarang sudah lima tahun saya enggak pernah berhubungan badan lagi. Saya enggak mau, tiba-tiba pas lagi berhubungan, Tuhan mencabut nyawa saya,” tambah Sam, yang banyak beribadah serta siap dan pasrah menghadapi kematian. (RDI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar