Jumat, 08 Juni 2012

TUHAN YESUS MENYELAMATKAN ANAK KAMI 
(Sebuah Kesaksian)

Sekitar bulan Juli 2000, istri saya muntah-muntah dan sudah dua
minggu tidak juga membaik. Kami kira hanya sakit maag biasa, sampai
akhirnya kami membawanya ke dokter internis. Dokter menyatakan
positif hamil dan kabar itu kami sambut dengan penuh suka cita
karena sejak mengalami kelainan ginjal ia sulit mengandung dan
beberapa kali mengalami keguguran.

Selama kehamilan, kami rajin kontrol ke dokter dan rajin berdoa agar
ibu dan janinnya senantiasa dalam keadaan sehat. Sejak hamil tujuh
minggu, istri saya dianjurkan dokter untuk tidak terlalu lelah dan
dianjurkan untuk menerima suntikan penguat kandungan seminggu sekali
selama empat bulan pertama kehamilan.

Suatu hari pada saat kerja, istri saya merasakan kontraksi rahim dan
setelah istirahat sore harinya kontraksi itu sedikit hilang. Tanggal
15 Februari, sejak bangun pagi istri saya juga merasakan kontraksi
di rahimnya, tetapi ia tetap bersikeras pergi ke kantor. Sampai di
kantor, ia kembali merasakan sakit yang semakin hebat dan ia segera
menghubungi dokter. Ia segera disarankan untuk istirahat lebih
banyak.

Malam hari kontraksi itu kembali menyerang sampai membuatnya sulit
untuk tidur. Setelah kami berdoa bersama, akhirnya ia dapat tidur
walaupun dengan gelisah. Keesokan harinya kami ke rumah sakit karena
kontraksinya semakin hebat. Istri saya langsung dimasukkan ke kamar
bersalin oleh suster. Setelah dokter memeriksa grafik jantung janin,
akhirnya diputuskan untuk segera operasi caesar walaupun usia
kandungannya baru 32 minggu (delapan bulan).

Tepat pukul 8:30 pagi, 16 Februari 2001, bayi laki-laki kami lahir
dengan berat 2,2 kg dan panjang 45 cm. Kami menamainya Jonathan
Immanuel karena kami percaya bayi itu adalah anugerah Tuhan yang
akan selalu disertai-Nya. Namun, kebahagiaan kami terusik dengan
pernyataan dokter bahwa anak kami mengalami sesak nafas dan
mengalami pembesaran kelenjar timus sehingga harus segera dirawat di
ruang ICU. Karena kurang lengkapnya peralatan kedokteran yang ada,
bayi kami disarankan untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih
lengkap peralatannya.

Setelah berembuk dengan semua keluarga, akhirnya Jonathan kami
pindahkan ke rumah sakit lain. Di sana ia dirawat oleh tim ahli yang
terdiri dari tujuh dokter. Ia harus diinfus dan diberi tambahan
darah dan selama beberapa hari tidak diperbolehkan untuk minum susu
(dipuasakan). Setiap hari darahnya harus diambil untuk diperiksa
kadar oksigen, infeksi, dan lain sebagainya. Dokter tidak
memperkenankan pihak keluarga meninggalkannya karena dia dalam
keadaan kritis.

Setelah seminggu dirawat, kami diberi kabar bahwa Jonathan menderita
hernia dan harus segera dioperasi. Seluruh tubuhnya membengkak
karena dia tidak bisa buang air kecil. Kami langsung menghubungi
pendeta untuk minta bantuan doa dan dukungan moral bagi kami.
Sepanjang hari kami terus berdoa dan selalu ada tim besuk yang
datang untuk mendoakan Jonathan. Puji Tuhan, akhirnya Jonathan
dinyatakan tidak perlu dioperasi dan hanya perlu sedikit diurut.

Kondisi Jonathan mulai membaik, tapi masih harus diberi pertolongan
pernafasan dengan pompa. Tuhan ternyata belum berhenti memberikan
ujian bagi kami. Kami kembali dikejutkan dengan pembekuan darah di
kepala serta pendarahan lambung. Tentu saja kami sangat sedih.
Tetapi kami masih bersyukur karena tim besuk dan pendeta masih setia
mendoakan dan memberikan dukungan moral kepada kami. Hampir setiap
jam besuk kami melantunkan pujian "Darah Tuhan Berkuasa".

Pada awal Maret, pembekuan darah di kepala Jonathan dinyatakan sudah
menghilang dan sedikit demi sedikit ia boleh diberi ASI. Namun, kami
masih merasa khawatir karena infeksi di tubuh Jonathan masih ada dan
harus terus diberi obat agar dapat melawan infeksi itu. Kami terus
berdoa untuk kesembuhannya dan sungguh ajaib, kondisi Jonathan
semakin membaik. Tepat di usia empat puluh hari, Jonathan sudah
tidak menggunakan bantuan pernafasan dan pemberian susu melalui
pipet mulai dicoba.

Hari Minggu, 8 April 2001, Jonathan diperbolehkan pulang dari rumah
sakit, tetapi masih harus tetap mendapat pengawasan dokter dan
dikontrol tiap seminggu sekali. Saat dikontrol, Jonathan dinyatakan
mengalami pembengkakan hati hingga tubuhnya menguning dan tidak
kunjung hilang walaupun sudah dijemur. Kami terus memohon agar
dipertemukan dengan dokter yang dapat menangani penyakit Jonathan.
Dan dengan terus berdoa, akhirnya Jonathan menunjukkan tanda-tanda
kesembuhan.

Pada tanggal 16 Juni 2001, Jonathan kembali harus dirawat setelah
mengalami sesak nafas karena banyaknya slem dalam saluran
pernafasan. Di tengah kebingungan, seorang saudara seiman
menyarankan kami mencoba pergi ke seorang dokter. Kami meminta
petunjuk Tuhan sebelum mengunjungi dokter tersebut. Hasil
pemeriksaan menyebutkan kalau Jonathan hanya mengalami alergi debu,
bulu, dan karpet serta dianjurkan untuk selalu minum susu kedelai.

Puji Tuhan, sejak saat itu hingga sekarang Jonathan tumbuh menjadi
anak yang sehat dan lincah. Kami terus mengucap syukur atas
pemberian Tuhan. Terima kasih juga kepada tim besuk yang telah
membantu doa untuk kami sekeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar