Kamis, 07 Juni 2012

HARGA SEBUAH PENGAMPUNAN 
(Sebuah kesaksian)

Di Paris, sebelum Perang Dunia II, tinggal seorang Perancis
keturunan Italia bernama Enrico. Dia berusaha di bidang bisnis
konstruksi. Tidak lama setelah mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juru Selamat secara pribadi, dia keluar pada larut malam,
berjalan-jalan di tempat penjualan kayu miliknya.

Pada saat itu, dia melihat dua bayangan melompat dari sebuah truk
dan berjalan memasuki tempat penjualan kayunya. Dia berhenti dan
berdoa.

"Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Sebuah rencana memasuki
pikirannya.

Dia berjalan menuju kedua orang yang sedang memuat beberapa batang
kayunya itu ke truk mereka. Dengan tenang, dia mulai membantu
menolong mereka mengangkut kayu.

Setelah beberapa menit, dia bertanya kepada mereka, "Untuk apa
kayu-kayu ini?"

Mereka memberitahunya dan dia menunjuk ke tumpukan kayu yang lain.
"Kayu yang di sana itu lebih baik untuk itu," jelasnya.

Ketika truk itu sudah penuh, seorang dari mereka berkata kepada
Enrico, "Engkau jelas seorang pencuri yang baik!"

"Oh, tetapi aku bukan seorang pencuri," jawabnya.

"Tentu saja! Kau telah menolong kami tengah malam begini. Kau tahu
apa yang kami lakukan."

"Ya, aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku bukan seorang
pencuri," katanya. "Kalian tahu, aku bukan pencuri karena ini adalah
tempat penjualan kayu milikku dan ini adalah kayuku."

Kedua orang itu sangat ketakutan. Orang Kristen itu menjawab,
"Jangan takut. Aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku
memutuskan untuk tidak memanggil polisi. Jelas kalian belum tahu
bagaimana untuk hidup secara benar, jadi aku akan mengajari kalian.
Kalian boleh memiliki kayu itu, tetapi lebih dulu aku ingin kalian
mendengar apa yang perlu kukatakan."

Dia memiliki dua orang pendengar! Kemudian pria itu mendengarkannya,
dan tiga hari kemudian keduanya bertobat. Yang satu menjadi pendeta
dan yang lainnya menjadi pemimpin gereja. Sejumlah kayu adalah harga
yang terlalu murah bagi dua jiwa. Yesus mengajar kita, bahwa satu
jiwa jauh lebih berharga daripada seluruh dunia.

Jadi, bukan pemberian kayu itu yang membuat kedua orang itu datang
kepada Kristus, melainkan tindakan pengampunan yang diulurkannya
ketika mereka tertangkap sedang mencuri. Mereka tahu Enrico dapat
saja membuat mereka tertangkap dan mereka tahu juga, bahwa orang ini
mengampuni mereka, bahkan sebelum mereka bertobat. Tindakan seperti
itulah yang dilakukan Yesus di kayu salib. Dia mengulurkan
pengampunan-Nya kepada kita sebelum kita bertobat.

Langkah pengampunan berikutnya yang dilakukan oleh Enrico lebih
mahal daripada sejumlah kayu.

Peristiwa ini terjadi setelah Nazi menginvasi dan mengambil alih
Perancis. Pada suatu malam, sebuah keluarga Yahudi datang ke
rumahnya. Dia membawa mereka masuk, menyembunyikan mereka dari
Gestapo selama dua tahun. Akhirnya, seseorang menemukan rahasianya
dan melaporkannya. Gestapo datang dan mengambil keluarga Yahudi itu,
kemudian menangkap Enrico.

Natal 1944, beberapa bulan setelah penangkapannya, Enrico masih di
penjara. Komandan kamp memanggilnya untuk melihat hidangan lezat
yang tersaji di atas meja. Komandan itu berkata, "Aku ingin kamu
melihat makan malam Natal yang dikirimkan istrimu untukmu sebelum
aku menikmatinya. Istrimu juru masak yang hebat! Dia telah
mengirimimu makanan setiap hari selama kamu di penjara dan akulah
yang menikmati semua makanan itu."

Saudara Kristen kita ini amat kurus, hanya tinggal tulang dibungkus
kulit. Matanya kosong memancarkan rasa lapar. Tetapi dia melihat ke
makanan yang tersaji di atas meja itu dan berkata, "Aku tahu istriku
ahli masak yang hebat! Aku yakin engkau pasti menikmati makan malam
Natal ini."

Komandan itu memintanya untuk mengulangi apa yang dikatakannya.
Enrico mengulangi ucapannya dan menambahkan, "Aku harap engkau
menikmati makan malam ini karena aku mengasihimu."

Komandan itu berteriak, "Keluarkan dia dari sini! Dia sudah gila!"

Perang berakhir dan Enrico dibebaskan. Perlu waktu dua tahun baginya
untuk memulihkan kembali kesehatannya. Dan Allah juga mulai
memberkati usahanya kembali.

Dia memutuskan untuk mengajak istrinya kembali ke kota tempat dia
dipenjarakan, untuk mengucapkan syukur kepada Allah yang telah
menyelamatkan nyawanya.

Ketika mereka tiba, mereka mendapat kabar, bahwa mantan komandan
penjara itu tinggal di desa yang sama. Sekali lagi, Allah memberi
sebuah gagasan kepada Enrico untuk pengampunan yang kreatif. Dia
teringat bahwa komandan itu senang pada masakan istrinya. Mereka
berbelanja, mencari sebuah tempat untuk memasaknya dan tidak lama
kemudian, mereka muncul di pintu rumah komandan itu dengan dua
keranjang makanan.

Mereka diundang masuk. Kemudian Enrico berkata, "Engkau tidak
mengenali saya, bukan?" Enrico jelas telah berubah. Berat badannya
telah kembali seperti semula.

Komandan itu menggelengkan kepalanya.

Kemudian Enrico mengingatkannya, "Pada hari Natal tahun 1944, saya
sedang berada di kantormu. Saya mengatakan bahwa saya mengasihimu
dan engkau menganggap saya gila."

Mantan komandan itu tampak pucat dan menjauhinya. Teman Kristen kita
berkata, "Jangan takut! Kami tidak datang untuk menyakitimu. Dulu
saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan saya masih tetap
mengasihimu."

Komandan itu berdiri terpaku dengan mata menerawang.

"Saya tidak gila, saya benar-benar mengasihimu. Dan saya ingin
menunjukkan kepadamu bahwa saya serius. Perang telah usai. Sekarang
waktu damai. Istri saya dan saya ingin duduk bersamamu dan istrimu
untuk makan bersama. Maukah engkau menerima permohonan kami?"

Saat mereka mulai menikmati makanan melimpah yang dimasak istri
Enrico, komandan itu tiba-tiba menurunkan pisau dan garpunya.

"Apa yang hendak kaulakukan terhadapku?"

Teman Kristen kita menjawab, "Tidak ada. Kami hanya ingin engkau
tahu bahwa kami mengasihimu. Kami mengampunimu."

"Bagaimana engkau dapat melakukan hal itu?"

"Kami jelas tidak mampu melakukan hal ini dengan kekuatan kami
sendiri," kata Enrico, "tetapi Yesus Kristus mengajari kami untuk
mengampuni." Enrico bersaksi tentang Yesus, dan sebelum orang itu
dapat melanjutkan makannya, dia berlutut untuk menerima Yesus
sebagai Juru Selamatnya pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar