Kamis, 12 Juli 2012

KESAKSIAN : "JOSE ROBERTO JUNIOR DA SILVA - ZE ROBERTO" Filed under: KESAKSIAN PARA PEMAIN SEPAKBOLA by: SETANGKAI BUNGA KEHIDUPAN Zé Roberto, bernama asli José Roberto da Silva Júnior, (lahir di Ipiranga, Brasil , 6 July 1974; umur 37 tahun) adalah gelandang tim nasional brasil yang bertinggi badan 172 cm dan 78 kali memperkuat negaranya dan mencetak 5 gol (data 11 Juni 2006). Dia memperkuat Bayern München dari tahun 2002 hingga 30 Juni 2006. Ia memperkuat tim nasional brasil pada Piala Dunia 1998 dan Piala Dunia 2006. Allah mengijinkan banyak hal terjadi dalam hidup kita, terkadang untuk menguji kita dan untuk memperkuat iman kita. Kita harus dipersiapkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari Firman yang keluar dari mulut Allah. Hidup tidak hanya dipenuhi dengan kegembiraan saja, tetapi ada juga tantangan. Saya berasal dari keluarga miskin yang tidak pernah memiliki sesuatu. Terkadang kami harus berjuang keras untuk mendapatkan apa yang kami butuhkan, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari kami sangat kekurangan. Sekarang saya dapat melihat perubahan dalam hidup saya -- saat dimana saya tidak memiliki sesuatu, dan saat ini saya dapat memiliki segalanya. Segala sesuatu yang saya maksudkan di sini bukanlah uang ataupun kepopuleran, tetapi sukacita atas hidup yang saya miliki. Hal ini berawal saat ibu saya menerima Yesus secara pribadi dan setia dalam doa-doanya. Dia tidak pernah memaksa kami -- saya dan kakak-kakak laki saya -- untuk pergi ke gereja. Namun, suatu hari Roh Kudus menjamah hati saya dan saya menyerahkan diri kepada Yesus sama seperti yang dilakukan ibu saya. Semenjak saat itu, Yesus mengubah hidup saya. KARIER CLUB Portuguesa (1994–Maret 1997) Real Madrid (Maret–Desember 1997) Flamengo (Januari–Juni 1998) Bayer 04 Leverkusen(1998–2002) Bayern München (2002–2006) Santos (2006–2007) Bayern Munich (2007-)

Selasa, 10 Juli 2012

~ KESAKSIAN ERNI JOHAN: "PERTOLONGAN TUHAN DALAM KESULITAN" ~ Menghitung kebaikan Tuhan memang tidak pernah ada habisnya. Erni Johan pernah merasakannya. Lulus Diploma 1 Akuntansi di Solo, tahun 2001 aku ke Jakarta. Kerja apa sajalah, pikirku. Asal rajin, kerja keras, nggak gengsi, pasti bisa hidup. Begitulah kata orang tentang Jakarta. Tiba di Jakarta, aku langsung ke kost-an kakakku, Catur. Dia melayani di persekutuan doa, di Cipinang dan gereja di Bekasi. Aku anak ketujuh dari delapan bersaudara. Dari kecil kami terbiasa hidup sederhana. Bapak meninggal selagi kami masih kecil. Ibulah yang banting tulang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Berjualan nasi soto, pecel, sambal goreng, dan beberapa makanan. Aku bisa kuliah atas kebaikan kakakku, Mas Harso. Dialah yang menopang biaya selama satu tahun kuliah. MENJADI PENJAGA TOKO “Er, ada lowongan jaga toko buku rohani, mau?” tanya Mbak Catur ketika kami ngobrol berdua di kamar. Mendengar info itu aku senang sekali. Karena sudah tiga bulan di Jakarta tanpa pekerjaan. Bosan dan mulai stres.Pada hari yang ditentukan aku datang ke toko buku rohani di Kebon Jeruk, Jakarta Barat untuk wawancara. Gaji yang ditawarkan Rp350 ribu. Dalam hatiku berapa sajalah yang penting dapat pekerjaan. Aku setuju. Tiga hari kemudian mulai kerja. Terima kasih Tuhan, doaku dikabulkan. Sepanjang perjalanan pulang, aku mulai menghitung-hitung pengeluaran sebulan. Kalau pulang pergi dari kost Mbak Catur, selain jauhnya nggak kira-kira, gajiku habis untuk ongkos. Kost? Aku dengar di Kebon Jeruk tak kurang dari Rp250 ribu. Lalu dari mana aku makan? DITOLONG TEMAN Hari pertama kerja, aku bertemu dengan Ci Lily. Pekerja gereja yang juga akan bersamaku mengelola toko buku itu. “Erni, mau tinggal sama aku?” tanya Ci Lily membuyarkan lamunanku. Ku-pandang wajah Ci Lily yang tersenyum padaku. Ia sedang tidak basa-basi. “Nggakngerepotin, Ci?” tanyaku meyakinkan tawarannya. “Nggak Erni, ngerepotin apa? Sudahlah, nggak usah kamu pikirin. Kita bisa sama-sama,” katanya. Kuucapkan terima kasih padanya. Dua bulan aku menumpang di rumah Ci Lily. Semakin mengenalnya, aku melihat ketulusan hatinya. Ia baik pada setiap orang. Aku ingin mandiri, nggak enak terus-terusan numpang. Tapi kalau kost, uangku tak cukup. Aku tetap berdoa menyampaikan kerinduanku pada Tuhan. Tak lama, aku berkenalan dengan Erni Claudia, bekerja di gereja. Dia menawarkan kost yang sangat murah hanya Rp75 ribu saja. Aku menempati kamar seharga Rp250 ribu. Puji Tuhan! Selalu saja ada pertolongan, itu yang aku rasakan ketika kesulitan datang. Begitu juga dengan keperluan sehari-hari, aku mencoba mencukupkan diri dengan apa yang ada. Mengucap syukur dalam segala perkara. Kalau dirasa uang kurang, aku belajar untuk tidak berpikir ngutang. KEBAIKAN TUHAN Oleh gereja aku dipindah ke pelayanan orang tua asuh, namanya Kota Daud. Memberi bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Salah satu pengurusnya Ibu Meijanti Wijaja, aku memanggilnya Ci Mei.“Er, sini…”, kata Ci Mei satu siang. Aku datang mendekat. Wah… jangan-jangan aku melakukan kesalahan. Kuterka-terka dan kuingat apa yang kulakukan di waktu lalu. “Ini ada berkat untukmu, semoga pas dan kamu senang….” Ci Mei mengulurkan tas. Aku masih terdiam. “Pakaian…” kupandang wajah Ci Mei, kuterima tas itu dan mengucapkan terima kasih padanya. Air mataku jatuh ketika mencoba satu per satu lima potong pakaian itu. Selama ini mana terpikir membeli pakaian. Bisa makan tiap hari saja sudah sangat bersyukur. Kebaikan Ci Mei tidak hanya itu saja. Setiap kali dia pergi ke luar kota atau ke luar negeri selalu membawa oleh-oleh untukku dan beberapa teman pelayanan. Aku terharu dengan perhatiannya, sempat-sempatnya orang sesibuk dia masih mikirin oleh-oleh untuk kami. Satu kali Ci Mei memberiku kalung. Kali lain, ia memberi cincin emas. Dan setiap ulang tahun, dia selalu memerhatikanku. Tuhan juga mengirimkan kebaikannya melalui Bu Hartati, salah satu jemaat gereja yang memberiku amplop berisi Rp100 ribu per bulan selama setahun. Padahal waktu itu Bu Hartati dalam keadaan susah. Suaminya telah dipanggil Tuhan saat usaha yang dijalankannya bangkrut sehingga Bu Hartati harus berurusan dengan banyak pihak. Aku tak dapat menghitung kebaikan Tuhan yang memeliharaku di waktu lalu, kini, dan selamanya. Terima kasih… TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Erni Johan ]
~ KESAKSIAN WAHYUDI: "MENAKLUKKAN SANG MAUT" ~ Pukul 07.00, sebuah sepeda motor seperti merangkak dari Laweyan di barat daya kota Solo. Begitu perlahan sehingga beberapa kendaraan melewatinya dengan membunyikan klakson. Sisa hujan semalam masih tampak pada bekas genangan air di sisi-sisi jalan. Apakah si pengendara enggan meninggalkan pagi yang basah, ataukah motor tuanya yang tidak bisa lagi diajak ngebut? Entahlah. “Jam berapa ya nanti sampai Jogja?” gumam Wahyudi (40), si pengendara, seorang diri. Motor itu bermerk Honda, bikinan tahun 1980-an, jadi masih bisa diajak ngebut 50-60 km/jam sebenarnya. Tetapi dengan kecepatan seperti itu sudah serasa terbang bagi Wahyudi. Dia hanya berani memacu 20-30 km/jam. “Setelah makan pagi di Gondang Klaten, saya coba lari 40. Tetapi rasanya sudah seperti pembalap, he-he-he,” ujarnya terkekeh di ruang tamu Divisi Marketing Majalah Bahana. Wahyudi butuh waktu 3 jam untuk bisa sampai ke Yogyakarta. “Mukjizat, saya sampai dengan selamat ke sini. Doakan juga bisa kembali dengan selamat,” cetusnya. Suara Wahyudi sengau, tak jelas intonasinya. Mirip orang menyeracau. DITABRAK BUS Setiap detik dalam kehidupan orang percaya adalah mukjizat. Demikian Wahyudi menghayati kehidupannya sekarang. Bisa bangun pagi bertemu istri dan anaknya adalah mukjizat. Dapat mengedarkan Majalah Bahana dan buku-buku rohani ke seantero kota Solo juga mukjizat. Masih bisa bernafas, apalagi. “Saya mendapat mukjizat luar biasa dari Tuhan. Ia sudah memberi saya banyak sekali.” Suara Wahyudi parau. Ia menengadah, menatap langit-langit kantor. Tahun 1987 hingga 1989, Wahyudi bekerja sebagai tenaga administrasi di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Saat koran Yogya Pos terbit di kota yang sama, Wahyudi pindah sebagai kepala staf composing di sana. Tetapi “nafas” Yogya Pos kelewat pendek. Wahyudi ber-tahan sampai tahun 1991 sebelum koran ini benar-benar mati. Tahun 1992, alumnus SMEAN II Yogyakarta itu mengadu untung ke ibukota. “Saya ke Jakarta coba kerja di (majalah) Tempo. Tetapi baru dua bulan saya dapat kecelakaan,” terang anggota Full Gospel Bussines Men’s Felowship International Solo, Chapter Manahan itu. Sebuah bus PPD menabrak motor yang dikendarai Wahyudi hingga remuk, pada 18 Agustus 1992. Tangan kiri patah, tempurung lutut kiri remuk. Wahyudi mengalami gegar otak berat yang menyebabkan dia koma. “Dokter bilang saya tidak ada harapan lagi. Gegar otak saya sangat parah, sehingga orangtua menyediakan peti mati dan bus untuk membawa mayat saya ke Yogya,” kata Wahyudi. Dalam keadaan koma Wahyudi dibawa keluarganya. Tetapi Tuhan berkeinginan lain. Setelah koma tiga bulan, Wahyudi yang kini tinggal di Gang Markisah I No.13 D, Karangasem RT 01/VIII, Laweyan, Solo itu berangsur sembuh. “Ini benar-benar mukjizat Tuhan,” kata Wahyudi. DEPRESI BERAT Begitu “bangkit” dari kematian, persoalan Wahyudi belum selesai. Ia teramat depresi dengan cacat permanen yang diperolehnya. Tempurung lutut yang remuk membuat kaki kirinya lebih pendek tujuh centimeter. Tangan kiri lumpuh dan tidak bisa digunakan. Suaranya menjadi sengau seperti baru terkena stroke berat. “Tangan kiri tidak berfungsi sama sekali. Kaki bisa, tapi untuk jongkok tidak bisa. Saya depresi berat. Saya pikir Tuhan terlalu berat mencobai saya. Tetapi berkat doa banyak orang, saya bisa keluar dari depresi itu,” kata Wahyudi sambil mengutip Mazmur 118:18 – 19. Mukjizat paling besar bagi Wahyudi adalah dirinya masih diizinkan hidup oleh Tuhan.Di Pleret Bantul Yogyakarta, di rumah orangtuanya, Wahyudi mengisi hari-hari dengan menulis. Rasa galau, namun juga keinginan untuk hidup sebagaimana orang normal lainnya ia tuangkan dalam tulisan-tulisan itu. “Habis mau bikin apa lagi. Dalam keadaan seperti itu saya hanya bisa menulis,” kata Wahyudi. Beberapa tulisan Wahyudi dimuat oleh majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang yang terbit di Yogyakarta. “Honor pertama saya Rp15 ribu. Senangnya bukan main,” kenangnya. TIADA YANG MUSTAHIL Mustahil untuk manusia, tidak bagi Allah. Dalam kondisi tubuhnya yang serba terbatas, sebenarnya mustahil bagi Wahyudi mendapatkan jodoh. Tetapi jalan Tuhan susah ditebak. Seorang gadis membaca tulisannya. Mereka berkorespondensi. Suatu saat sang gadis minta ketemu. Gayung bersambut. Tiga bulan pacaran, mereka sepakat menikah. Maka Dra. Febe Tri Wuryan Taruni, dosen Bahasa Indonesia dan Kepala Administrasi ABA STIE Pignatelli Surakarta resmi menjadi istri Wahyudi pada 11 Februari 1998. Mereka diberkati di GBIS Nusukan, Solo. Perihal motor yang kini didesain khusus dengan dua roda di belakangnya? “Saya dikasih Megawati waktu dia masih jadi presiden. Saya senang sekali karena dengan motor ini saya bisa ke mana-mana mengantarkan Majalah Bahana dan renungan harian untuk pelanggan,” kata Wahyudi yang salah satu pelanggan-nya adalah wakil walikota Solo. Wahyudi menjadi Star Agent, program penjualan dengan bonus memikat, untuk menjual majalah Bahana, Renungan Malam, dan buku-buku rohani.Setelah empat tahun merindukan kehadiran seorang anak, tahun 1992 lahir Theofillus Dian Gegana. Saat melahirkan, Wahyudi memangku istrinya. “Saya melihat sendiri proses kelahirannya. Begitu kepalanya keluar, saya deg-deg-an. Saya bersyukur sekali. Puji Tuhan, satu lagi mukjizat bagi kami,” kata jemaat GKJ Kerten, pepathan Ka-rangasem, Solo itu yang selalu berdoa puasa setiap Selasa dan Kamis itu. Melihat Wahyudi berjalan, beringsut langkah demi langkah, barangkali kita segera dihinggapi rasa belas-kasihan. Ia seperti menyeret bagian tubuh sebelah kirinya. Tetapi Wahyudi juga seperti menempelak kita. Dalam keadaannya yang cacat, ia bekerja keras untuk menghidupi istri dan anaknya. Sejak tahun 1995, Wahyudi terus menu-lis untuk majalah Djaka Lodang dan mengirim beragam buku rohani, majalah rohani, renungan harian ke berbagai persekutuan di Solo. “Saya senang, walaupun dalam keadaan begini, saya bisa bertemu banyak orang,” kata Wahyudi. BELAJAR DARI WAHYUDI Hari menjelang siang. Wahyudi pamit. Berdiri di samping motor roda tiganya, ia menginjak starter beberapa kali. Sesungguhnya bukan menginjak. Berat badan ditumpukan pada kaki kanan, lalu “ditekan”. Tiga jam lagi ia baru sampai ke Solo, hanya dengan sebelah tangan memegang setir. Mungkin kita berpikir Wahyudi pantas bersyukur atas setiap detik dalam hidupnya. Bukankah ia telah diberi Tuhan berbagai mukjizat? Tetapi ketidakpekaan dan kekeraskepalaan kita jualah yang membuat Allah mengirimkan seseorang seperti dia, lengkap dengan rasa tak berdaya, putus asa, minder, kepingin cepat-cepat lenyap dari bumi, tetapi juga kegigihan, pantang menyerah, dan rasa syukur atas apa yang ia dapatkan hari ini. Wahyudi telah keluar dari peristiwa tak terhindarkan, maka kita patut belajar padanya. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ bahana-magazine.com ]
~ KESAKSIAN ERLAN BATUBARA: "KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN" ~ Tuhan bisa hadir di mana saja, termasuk melalui teman dan tetangga. Erland Batubara pernah merasakan. Kupegang pinggulku. Kupijat perlahan. Dengan harapan nyeri yang kurasa hilang. Ah, paling cuma salah tidur atau salah gerak. Bentar lagi juga lenyap, pikirku. Sebentar-sebentar memang sakit itu hilang. Tapi bisa dengan tiba-tiba muncul lagi. Bahkan lebih parah. Tulang belakang seperti dipukul-pukul pakai benda keras. Saking sakitnya kubayangkan tulangku dipukul pakai martil. Aku berusaha menahan sakit. Waktu itu aku tinggal bersama 4 temanku yang mengontrak rumah sederhana. Maka ketika sakit itu, aku berusaha sedapat mungkin tidak membuat repot mereka yang juga hidup pas-pasan. Syukur-syukur dapat tumpangan. Pekerjaan mereka sopir dan kondektur bis. Aku sendiri sudah beberapa bulan nganggur dari pekerjaanku sebagai ‘kondektur layang’ bis PPD. Maksudnya semacam kondektur serep saja. Kalau dibutuhkan, baru diminta kerja. TAK ADA UANG Di Jakarta, aku tak punya saudara. Betul-betul merasa sendirian. Seminggu, sakit tulang belakangku makin parah. Ampun sakitnya. Saking nggak tahan lagi, aku menangis meraung-raung.Kesedihanku kian mendalam. Tidak ada uang sedikit pun untuk ke dokter. Kalau menahan lapar sih sudah biasa. Tapi sakit seperti ini, oh… tersiksa sekali. ”Tuhan… Tuhan… tolong aku,” teriakku dalam hati. Kalau teman-temanku serumah ‘diam’ saja, aku tahu betul mereka pun juga sedang tak punya uang. Aku sangat maklum. Karena tak tahan lagi, aku bermaksud keluar rumah. Jalan ke mana saja. Kalau mati di jalan, matilah! Terlintas untuk bunuh diri saja karena sakit yang nggak tertahankan. Sore itu aku keluar rumah. Pergi tanpa tujuan. Di jalan aku ketemu seorang kenalan marga Panjaitan. Ia melihatku dan langsung mengajak untuk kembali ke rumah. Apalagi waktu dia tahu kepergianku nggak jelas. ”Ayolah …. pulang,” ia sedikit menarikku berbalik arah. MENDAPAT PERTOLONGAN Tak lama di rumah. Tiba-tiba berkumpullah lima pria tetangga kami. Salah satunya Bp. Rindu, pemilik rumah kontrakan. Dia asli Palembang, seorang muslim. Mereka bermaksud membawaku ke dokter. Panjaitanlah yang memberitahukan mereka. ”Nggak usah dipikirkan….. Pokoknya berangkat saja” kata salah satu diantara mereka. Oh, Tuhan, ini pertolongan-Mu! Terimakasih ya….. Terbayanglah telah lama tidak pergi ke gereja. Tak pernah berdoa. Aku sudah meninggalkan Tuhan. Bahkan ‘kerjaanku’ ngutip uang judi istilah kami leng atau marbento Seringkali rumah kontrakan menjadi tempat berjudi. Nah, aku ambil Rp 500,- sampai Rp 1.000,- dari yang menang. Istilahnya uang ‘rantang’ yang menjadi hakku. Kupakai uang itu untuk makan atau beli rokok. ”Berangkat sekarang, Bang….” kata mereka membuyarkan lamunanku. Sore itu, aku diantar ke klinik oleh rombongan dengan mobil Bp. Rindu.Dokter menyuntikku. Biaya pengobatan kalau tak salah dengar Rp 40.000,-. Mereka patungan atau saweran untukku. Setelah ke dokter, tulang punggungku berangsur-angsur membaik. Bahkan sampai saat ini tak pernah kambuh. KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN Namun setengah tahun kemudian aku kembali jatuh sakit. Paru-paru yang menyesakkan dada. Bapak dan ibu Rindu memerhatikanku. Memberiku uang dan sekaleng susu. Mereka menyuruh pembantunya untuk memberiku makan. Peristiwa 10 tahun lalu itu adalah bukti pertolongan Tuhan meskipun kala itu cara hidupku tak berkenan di hadapan-Nya. Tuhan Yesus selalu saja memperlihatkan kasih-Nya. Melalui proses yang panjang dan berliku aku telah kembali ke jalan Tuhan. Dalam segala keterbatasanku aku belajar memerhatikan orang lain. Belajar dari peristiwa-peristiwa yang kualami. Begitu banyak persoalan yang menghimpit. Tapi aku selalu melihat kebaikan Tuhan. Teman-teman yang memberi tumpangan saat aku ngang-gur, sahabatku Panjaitan yang ‘memaksaku’ ke kontrakan supaya aku mendapat pertolongan, tetangga dan bapak ibu Rindu yang peduli padaku. Semua itu bukti cinta-Nya TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu...
~ KESAKSIAN MARIA BEATRIX: "WANITA CACAT SPEKTAKULER" ~ Namaku Maria Beatrix. Aku lahir tahun 1980, aku waktu itu sehat sekali dan aku baik-baik aja, sebagai bayi atau anak kecil yang sehat. Lalu pada umur 5 aku mulai terkena satu penyakit yang menyerang sistem kekebalan yang terkena pada otot dan kulitku. Aku dah mulai susah jongkok, mulai jatuh melulu kalau jalan, terus muka aku merah-merah dan aku gampang lesu banget. Orang tuaku bawa ke dokter disini dulu, terus bawa ke pokter di luar negeri, cek ini itu, dan ternyata ditemukan pernyakit itu dan yang nggak enaknya banget penyakit itu ternyata belum ada obatnya. Ibunda Maria: “Saya mempunyai semangat luar biasa. Saya ingin anak saya sembuh. Saya akan melakukan apapun juga sekuat tenaga saya” Setelah itu aku masih coba sekolah dalam satu tahun, tapi semua itu terus nggak bisa dilanjutin lagi. Dramatis banget. Aku sudah mulai nggak bisa jalan dan dokter juga bilang kalo aku nggak boleh kena matahari karena itu bisa jadi pemicu parah banget. Jadinya aku berhenti sekolah. Aku umur 8 atau 9, kulit aku kayak borok tapi satu badan. Sampai kulit kepalaku juga merah dan mengelupas setiap hari. Berdarah dan asli, perih banget. Diri aku buruk rupa dulu. Aku ngelihat di kaca, aku sendiri sampai merinding. Aku nggak mau lihat diri aku di kaca karena sangat menakutkan dan menyedihkan. Setiap kali orang lihat aku juga mereka melihat terus habis itu mereka membuang muka karena mereka tahu itu mengerikan dan mereka bilang ih jangan deket-deket nanti nular lho. Kadang aku marah ama Tuhan, aku nggak mau doa. Empat tahun atau lima tahun aku pikir omong kosonglah berdoa, ngapain berdoa, berdoapun nggak didengar. Nangispun nggak didengar. Orang membenci aku. Diriku terus terang waktu itu, maaf, bau. Sakit bukan main. Aku mau mati aja, aku nggak mau hidup. Maria Beatrix hadir di studio SOLUSI dalam kondisi yang jauh berbeda dari kisahnya diatas…..Apa yang mengubah Maria? Host: “Maria, kamu kan sempat mengalami putus asa. Sekarang kamu terlihat berbeda, ada semangat dan sukacita. Kok bisa begitu?” Tuhan Yesus yang memberikan semuanya. Dia yang merubahkan, Dia yang menambahkan dan yang memberi segala yang baik untuk aku. Dulu aku nggak ada pengertian, hanya ada ketakutan, putus asa. Sekarang digantikan dengan pengharapan, janji yang indah dan terpenuhi dan kesehatan yang dikembalikan. Walau aku tidak berjalan. Tapi pikiran aku dan hati aku berjalan dengan keinginanNya. Itu yang terpenting. Host: “Tadi kamu cerita sempat 5 tahun kecewa sama Tuhan. Boleh kita tahu siapa orang-orang yang mendorong kamu sampai kamu jadi bangkit?” Orang-orang banyak. Mama, saudara, semua. Tapi aku menemukan pengertian itu lalu aku baik sama Tuhan. Tapi kemudian ada banyak pencobaan lagi. Tapi terakhir ini Tuhan memberikan orang yang bisa menyayangi aku yang tadinya aku pikir nggak mungkin ada orang menyayangi aku. Tapi dia mau care, dia mau datang, dia mau angkat aku dan menerima aku apa adanya. Dan itu sebuah anugerah yang wow, yang luar biasa. Host: “Kalau perubahan yang dialami Maria sendiri, Maria kan sempat tidak bisa apa-apa, tidak bisa keluar rumah dan sakit kena matahari. Sekarang merasa perubahan nggak?” Oh banyak banget, mangkanya sekarang happy banget. Satu bisa kena matahari, dua bisa berenang…. Host: “Oh ya?” Iya. Justru karena ketemu Michael, dia mendorong aku untuk berenang, dia mengajari aku berenang. Habis berenang aku sudah bisa kena matahari. Dulu semua yang tidak mungkin sekarang mungkin karena Tuhan menunjuk orang yang tepat, orang yang tepat itu mengurus aku, dan aku punya keberanian dan semangat yang Tuhan tanamkan dan percaya diri juga. Dan kulit aku sekarang, walau banyak bulu, it’s okay. Kalau kita bahagia dengan diri kita, bahagia dengan Tuhan Yesus, kita bahagia dengan semua orang, maka Tuhan Yesus akan memberikan yang terbaik untuk semuanya. Host: “Kamu sekarang suka bikin karya seni sendiri ya?” Iya. Saya suka bikin kristik, kerajinan tangan, bikin sarung bantal. Dulu kan sempat putus asa karena nggak bisa kerja dan nggak bisa ngerjain sesuatu. Tapi balik lagi, dalam proses itu Tuhan Yesus membuat aku punya taste dan bisa menikmati. Dan itu yang terpenting. Orang bisa melihat bahwa Tuhan Yesus membuahkan yang terbaik. Kalau kita bekerja terlalu keras tanpa menikmatinya Tuhan dan orag-orang juga nggak suka. Tuhan Yesus yang bekerja dalam saya, murni. Dalam percakapan ini, Michael, kekasih Maria yang merupakan warga negara Inggris dihubungi SOLUSI lewat telepon untuk ikut berbincang bersama Maria dan host. Host: “Michael, bisakah bercerita kepada kami tentang hubungan anda dengan Maria?” Michael: “Ya tentu saja. Saya menemukannya di internet. Saya menulis kepada dia awalnya untuk menjadi teman biasa. Kemudian dia membalas, dan begitu selanjutnya sampai 6 bulan. Lalu ketika Maria ulang tahun, saya memutuskan untuk datang ke Jakarta. Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya pergi ke gereja bersamanya untuk pertama kali. Untuk orang yang memiliki banyak keterbatasan seperti dia, saya melihatnya sebagai orang yang begitu bahagia dan penuh iman. Saya tidak bisa untuk tidak sangat menyukainya. Saya kemudian pulang pergi ke Jakarta sebanyak 5 kali dan kami sering ke gereja bersama termasuk waktu di Bali. Bersamanya membuat saya tenang. Dia juga cantik. Kurang lebih begitulah pertemuan kami. Host: “Jadi sekarang apa hubungan anda dengan Maria?” Michael: “saya benar-benar mencintainya sekarang. Saya sebelumnya tidak sadar itu. Bahkan saya pernah menduduki kakinya suatu kali, saya tau itu pasti menyakitkan dia, dan lebih menyakitkan saya. Lalu kemudian saya sadar bahwa saya mencintainya sekarang. Host: “Sungguhkah?” Michael: “Iya” Host: “Apakah anda punya rencana masa depan dengan Maria?” Michael: “Ya, saya punya. Tergantung pihak yang berwenang di Jakarta. Saya akan terus mengunjungi Jakarta. Di waktu yang dekat ini, saya akan datang Januari, dan itu kembali tepat saat ulang tahun Maria. Saya punya rumah disini yang disewa oleh sebuah keluarga muda dengan anak kecil. Saya berjanji tidak akan menjual rumah itu sampai anak-anak tersebut bisa tumbuh besar. Tapi kalau mereka sudah besar, saya bisa menjual rumah itu, mengambil uangnya dan pergi menetap di Jakarta. Host: “Ini giiran kamu Maria. Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu pada Michael?” Michael akhirnya… apa kabar? Michael: “Baik sekali, senang mendengar suaramu. Saya senang kamu baik-baik saja. Saya mendoakanmu di gereja kemaren. Terimakasih, doamu sudah bekerja tampaknya dan saya ada disini sekarang tanpa rasa sakit dan saya bahagia dan tak sabar menunggu sampai Januari. Dan saya bahagia bisa bicara dengan kamu. Dan terimakasih sudah membuat semua ceria dan kamu mengasihiku. Michael: “Dengan senang hati…” Kamu juga sudah kemari lima kali, dan mau mengasihi orang seperti aku… itu tidak mudah untuk sebagian orang, tapi kamu menunjukkannya tanpa ada keraguan. Kamupun percaya padaku dan pada Yesus dan itu bagus sekali, terimkasih. Michael:”Kamulah yang membuat imanku makin kuat” Oh, itu manis sekali Michael: “Kamu adalah teladan yang baik”. Ya, kamu juga… Host: “Maria, terimakasih sudah hadir di SOLUSI. Apa Maria punya pesan yang ingin disampaikan kepada orang tua yang memiliki anak yang cacat fisiknya atau kepada orang-orang yang secara fisik emang sudah cacat? Ya, ada. Jangan malu. Tuhan menciptakan kita indah, dan kita semua special, dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Ada orang yang cantik tapi dia tidak bahagia, ada orang yang tidak cantik tapi tidak bahagia, ada orang yang berjuang tapi dia bahagia, ada orang yag kalah tapi tahu dia akan menang. Orang tua jangan pernah malu kalau anaknya sakit, dan anak juga jangan malu keluar kalau dia sakit, tapi keluarlah, karena Tuhan yang membuat kita indah, dan gunakan juga talenta kita. Itu akan menjadi baik buat kita semua. Yesaya 43:4a “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau…” TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Maria Beatrix ]
~ KESAKSIAN PAULUS DAN LENA: "KISAH CINTA SEJATI" ~ Pada perjumpaan pertama, saya sebenarnya kurang tertarik dengan isteri saya karena postur tubuhnya yang pendek. Akan tetapi ada hal lain yang menjadi kelebihan isteri saya dan berhasil memikat hati saya, yaitu sorotan matanya. Tepat satu tahun sejak perkenalan, kami memutuskan untuk menikah. Sampai saat ini, setiap kali saya melihat isteri saya, saya selalu terkenang akan masa-masa indah bersamanya. Paulus dan Lena memasuki perkawinan yang bahagia. Mereka dikaruniai empat orang anak. Mereka menjalani kehidupan berkeluarga dengan saling mengasihi dan sangat bahagia. Namun masa-masa indah itu harus diguncang dengan ujian yang berat. Putera kedua mereka yang bernama Sigit menjadi korban tabrak lari dan meninggal dunia. Paulus: "Sebelumnya kejadian tersebut kehidupan rumah tangga saya begitu bahagia. Saya juga mengalami masa-masa paling indah bersama isteri saya. Seperti ada link yang putus, ada sesuatu yang hilang kehidupan keluarga kami." Lena : "Saya sangat kehilangan akan kepergian Sigit yang begitu tiba-tiba. Saya amat bersedih karena saya sangat mencintai anak saya. Kejadian ini membuat Lena larut dalam kesedihan yang mendalam. Jiwanya tertekan dan berakibat buruk pada kesehatannya. Lena terserang stroke. Hari demi hari saya menemani Lena yang terbaring lemah dan tidak bisa diajak bicara. Tim dokter yang menangani mengatakan bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Menurut mereka sudah 90 persen jiwa isteri saya tidak terselamatkan lagi. Kalaupun Lena hidup maka keadaanya tidak akan membaik. Ia akan tetap terbaring di tempat tidur, tidak bisa berjalan dan berbicara lagi. Saat itu saya sangat sedih karena saya belum siap jika harus ditinggalkan oleh orang yang saya cintai. Dengan setia dan penuh kasih Paulus menjaga dan merawat Lena. Ia juga tidak pernah berhenti berdoa untuk kesembuhan Lena. Paulus dengan sabar melayani isterinya." Lena : "Saya sangat terharu dengan apa yang dilakukan suami saya. Saaat itu saya benar-benar merasakan betapa besar kasih sayang yang diberikan olehnya." MUKJIZAT TERJADI. Secara tiba-tiba keadaan Lena berangsur-angsur pulih dengan mengagumkan. Kaki dan tangannya sudah mulai bisa digerakkan. Segala diagnosa dokter yang pernah diberikan dipatahkan oleh kasih sayang dan perhatian dari Paulus terhadap isterinya. Doa Paulus dijawab oleh Tuhan. Lena sembuh total, pulih seperti sediakala. Paulus : "Saya sungguh takjub dengan bukti keagungan Tuhan. Betapa Tuhan sangat mengasihi dan perduli atas kehidupan saya dan isteri saya. Satu permintaan saya kepada Tuhan supaya saya diberi kesempatan untuk mencurahkan kasih sayang saya kepada isteri saya sampai masa tua. Supaya saya juga bisa membahagiakannya sampai Tuhan memanggil." “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”(Matius 19:6) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber Kesaksian: Paulus & Lena ]
~ KESAKSIAN TUTIK MARSUDI: "DOA DALAM KESESAKAN" ~ Pada waktu saya berangkat kerja, saya tidak berada dalam keadaan sakit. Tapi saat saya sampai di kantor, saat melakukan kegiatan seperti biasa, tahu-tahu saya merasa sakit secara mendadak. Ibu Tutik Marsudi merasakan kesakitan yang sangat di bagian perutnya. Saat itu juga ia dibawa pulang ke rumah oleh seorang temannya. Sampai di rumah saya muntah-muntah, terus masih sakit lagi dan badan saya juga panas tinggi. Saya dan suami lalu pergi ke UGD. Karena panas yang tinggi dokter curiga saya mengalami gejala typus. Dokter memberi surat pengantar saya periksa ke laboratorium. Hasilnya sangat tidak baik untuk saya. Dokter mendiagnosa adanya masalah di ginjal ibu Tutik. Merasa tidak puas saya kembali ke dokter lain di tempat saya bekerja. Melihat hasil laboratorium, dokter ini mengatakan bahwa ginjal saya mengalami kerusakan. Secara manusia saya “down”, saya merasa selama ini telah melayani Tuhan secara maksimal. Saya pikir tidak akan ada lagi hal-hal yang seperti ini. Dokter itu juga mengatakan hal-hal yang menakutkan, saya harus segera masuk rumah sakit, dan itu tidak bisa ditunda-tunda. Suatu malam ibu Tutik terbangun. Ada suara yang mendorong ibu Tutik untuk datang kepada Tuhan dan berdoa memohon kesembuhan. Sekitar jam 2 malam itu saya terbangun dan saya pikir ‘saya harus berdoa’. Saya harus melawan semua ini karena saya tahu penyakit ini datangnya dari kuasa gelap dan saya bangkit. Dengan susah payah saya bangkit dan saya duduk. Saya merasakan badan saya panas tinggi dan saya berdoa. Saya katakana : “Tuhan, kalau Tuhan mau mengambil nyawa saya “silakan Tuhan” karena hidupku ada di dalam cengkraman tanganMu. Tapi Tuhan, aku tahu Yesusku luar biasa yang sanggup menyembuhkan. Aku tahu Engkau sanggup menyembuhkan. Jika Engkau sanggup menyembuhkan orang lain, Tuhan juga sanggup menyembuhkan saya. Marsudi, suami Tutik juga dilanda kecemasan. Kami juga sempat cemas dan takut karena kami juga manusia biasa. Saya dengan anak-anak sepakat untuk berdoa memohon mujizat dari Tuhan supaya istri saya lekas disembuhkan. Ternyata Tuhan menjawab doa-doa saya dan anak-anak, istri saya makin hari makin baik keadaannnya. Tutik tahu dengan pasti kepada siapa dia harus berharap ketika dia sakit. Tutik percaya Yesus yang sudah mati di kayu salib sanggup menyembuhkan segala penyakit. Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu, ibu Tutik menjalani hari-harinya dengan ucapan syukur. Dia kembali memeriksakan diri ke dokter. Puji Tuhan, haleluya Tuhan itu luar biasa. Besoknya saya ke laboratorium dan periksa darah lengkap, luar biasa hasilnya : “tidak ada satupun penyakit”. Saya bersyukur memiliki anak-anak dan suami yang setia. Mereka mendukung saya, ketika saya down mereka membangkitkan iman saya. Dalam masa-masa kesukaran dan kesulitan hidup kita harus ingat bahwa pengharapan hanya ada dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah." (Roma 5:5-6) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu...
~ KESAKSIAN BELLA SAPHIRA: "SAYA DEKAT DENGAN TUHAN YESUS" ~ Segudang prestasi disandang dara manis bernama lengkap Bella Saphira Veronika Simanjuntak ini. Jika sekarang Bella dikenal sebagai bintang iklan dan sinetron, ini tentu tidak terjadi begitu saja. Waktu SMA ia pernah menjadi cover girl, lalu nominasi peran utama wanita di Festival Sinetron Wanita Indonesia tahun 1996, finalis Voice of Asia, main sinetron “Rumah Beton“, “Hangatnya Cinta“, “Di Antara Dua Pilihan“, “Dewi Fortuna” (masih diputar di teve), dan yang terakhir ia terpilih sebagai Bintang Lux. Sebenarnya menjadi artis bukanlah cita-citanya. Waktu kecil ia pingin menjadi penari balet, lalu berubah ingin menjadi arsitek, tapi sekarang ia malah kuliah di Fakultas Ekonomi Trisakti, Jakarta. Dari namanya yang cukup panjang, orang akan tahu kalau Bella berasal dari Sumatera, tapi sebenarnya ia dilahirkan di Magelang 26 tahun yang lalu dari keluarga TNI, yaitu pasangan Ir. A. Simanjuntak, MBA dan E. Veronika. Diakui bahwa orang tuanya sangat berpengaruh dalam kehidupan rohaninya. Sebagai anggota TNI, ayahnya sangat disiplin dan tak pernah memanjakan anak-anaknya secara berlebihan. Ayahnya selalu mengingatkan kalau Bella tidak ke gereja sehingga yang namanya berdoa dan ke gereja menjadi suatu kebutuhan dan tanpa disuruh pun pasti dilakukan karena kesadaran. Ayahnya adalah seorang Ketua Majelis di gereja HKBP, jadi tak heran apabila kedua orangtuanya begitu memperhatikan kehidupan rohani anak-anaknya. Di saat lagi syuting atau berada di luar kota pun Bella masih sering di telepon untuk jangan lupa berdoa dan ke gereja. Sejak kecil Bella dibiasakan membaca Alkitab, dan itu diakuinya membuat hubungan dengan Yesus jadi akrab. Semakin hari makin mengenal Yesus, yang sudah dianggapnya sebagai teman, bapak, juga sahabat. “Pokoknya saya merasa sangat dekat dengan-Nya. Yah, sesuatu yang sangat sulit dijabarkan karena me-nyangkut sesuatu yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan,” jelasnya. Menurut Bella, memuliakan Tuhan itu luas maknanya dan tidak hanya dengan kata-kata. Karya nyata justru lebih penting, dan hal ini dibuktikannya dengan tak pernah absen memberikankan sumbangan pada gereja dan menjadi orang tua asuh anak SD yang sering ia kunjungi pula untuk melihat perkembangannya. Perhatiannya yang besar kepada orang lain yang membutuhkan itu pula rupanya yang menjadikan Bella mengidolakan Ibu Teresa. “Saya mengidolakannya karena pilihan hidup dan pelayanannya sungguh luar biasa. Bagi saya ia itu ‘malaikat’. Saya tahu di Kalkuta, India banyak orang miskin. Saya pernah baca, dia nolongin orang kusta yang badannya penuh borok, hi …” kata Bella yang senang makan sea food, dan Italian food. Bicara soal pasangan hidup, Bella mendukung banget agar orang menikah dengan yang seiman. Bagaimana dengan Bella sendiri, kapan menikah? Sampai saat ini Bellla mengaku belum punya rencana menikah. “Gimana mau nikah, pasangan atau calon aja belum punya,” Ah Bella, masak sih … TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber Kesaksian: Bella Saphira ]
~ KESAKSIAN BENI WIJAYA: "TUHAN UBAHKAN FAKTA MEDISKU" ~ Waktu itu saya naik ke atas, saya sedang memasang tower yang tingginya 4,5 meter. Sampai diatas tower itu saya tersengat listrik dan langsung jatuh ke bawah dan tidak sadarkan diri lagi. TETANGGA MENOLONGNYA. Saat itu saya sedang bekerja, sekitar jam setengah sembilan pagi. Tiba-tiba keluarga dari keluarga bapak Beni teriak-teriak minta tolong, katanya pak Beni jatuh. Saya bersama teman saya langsung mendatanginya, kami langsung naik ke atas dan mendapati pak Beni sudah tergeletak di tanah. Keadaannya sangat parah, darah mengalir dari mulut dan telinganya. Saya buru-buru mengakatnya dan menurunkannya pelan-pelan dan menggotongnya ke mobil. ISTERI BENI TIDAK PERNAH MENYANGKA KECELAKAAN ITU. Pada waktu kejadian itu saya dan anak-anaka kami sedang berpergian. Otomatis di rumah hanya suami saya dan satu pembantu. Saya sendiri tidak bisa membayangkan jika akan terjadi kecelakaan terhadap suami saya, apalagi kecelakaan apa sih yang bisa terjadi di rumah sampai akibatnya separah itu. Saya tidak pernah menyangka apa yang suami saya alami, sampai akhirnya saya tiba di rumah sakit. Saya melihat keadaan suami saya begitu parah. Hampir dari semua bagian ddi kepala, dari mata, hidung dan telinga semuanya mengeluarkan darah. Tulang panggulnya hancur. Dan setelah dilakukan CT scan akhirnya juga diketahui jika ada retak di tulang tengkoraknya sepanjang 12 centimeter sehingga terjadi pendarahan hebat di otaknya. Tim dokter pada waktu itu bilang kepada saya jika kemungkinannya sangat tipis untuk tertolong. Para dokter hanya bisa melakukan tindakan mengeluarkan darahnya saja, tidak bisa melakukan hal yang lain. Namun saya katakan kepada dokter supaya melakukan apa yang dilakukan saja, saya percaya Tuhan hadir di dalam ruang operasi dan akan menolong suami saya. BENI HILANG INGATAN. Setelah dioperasi akhirnya saya sadar. Namun saya cuma membuka mata saja, belum bisa bicara dan belum bisa apa-apa sama sekali. Bahkan saya sempat hilang ingatan sementara. Jadi untuk menyebut isteri atau saudara saya tidak tahu. Saya tidak mengenali mereka sampai beberapa saat. ISTERI BENI TETAP BERHARAP. Kejadian ini amat luar biasa sehinga jika untuk menggambarkannya seperti bumi ini terbelah dan saya masuk di dalamnya dan kemudian tertutup kembali. Saya tidak tahu kapan suami saya sembuh, saya juga tidak tahu apakah suami saya bisa berjalan dan berbicara kembali. Saya tidak tahu masa depan keluarga saya akan seperti apa. Namun ada satu keyakinan saya bahwa dibalik semua ini pasti akan indah pada masanya. DOKTER PUN TAKJUB. Ketika saya melihat foto hasil Rontgen-nya saya juga kaget. Jadi saya tidak berani ngomong banyak kepada isterinya karena memang keadaanya parah sekali. Menurut pengalaman saya selama diri, dari kaeadaan yang begitu kritis hingga pulh sepeerti sekarang, baru kali ini saya menemuinya. Biasanya bisa saja pulih tapi pasti masih ada gejala sisa-sisanya. Para dokter hanya bisa berusaha saja, yang menentukan segalanya itu adalah kuasa Tuhan. Saya benar-benar bersyukur bahwa Tuhan itu begitu baik buat saya dan keluarga saya. Tuhan telah menyembuhkan saya dengan caranya yang sungguh ajaib dan tidak terselami. Saya pulih hingga sekarang. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2 2:24) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Beni Wijaya ]
~ KESAKSIAN HERCE ROMPIS: "KADO ULANG TAHUN TERINDAH" ~ Hari itu, Herce Rompis berulang tahun yang ke 53. Tapi itu mungkin merupakan ulang tahun yang terakhir dalam hidupnya. Karena hari itu, ia terbaring tanpa harapan di sebuah rumah sakit. Herce: "Saya nggak tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahun saya. Saya lagi nggak sadar karena saya di ICU. Tapi semua anak-anak, kakak dan adik saya serta keponakan-keponakan, merayakan ulang tahun saya di ruang jaga, tapi dengan hati yang menganggap bahwa ini untuk yang terakhir kali." Suami: "Kenapa harus terjadi pada saat ulang tahun itu… Padahal seharusnya kami sama-sama bersukacita, tapi kok Tuhan ijinkan hal ini terjadi." Kakak sulung: "Perasaan kami sangat sedih sekali dan kami menyanyikan Happy Birthday sambil menangis. Dan satu persatu kami berdoa, kami minta pada Tuhan Yesus supaya menolong adik kami. Kami benar-benar minta tolong dan sembah sujud pada Tuhan supaya adik kami disembuhkan." Suami: "Waktu pertama kali dianval, saya memang melihat sudah tidak ada harapan lagi, sebab badannya sudah dingin semua, sudah tidak sadarkan diri. Saya merasa pada waktu itu dia sudah tidak tertolong lagi." Prof. Bob: "Waktu itu saya juga pesimis, karena kalau orang sudah tidak ada nafasnya itu sudah buruk sekali. Dia juga kan lumpuh." Akhirnya ditemukan bahwa Herce menderita miastenia gravis yang akut. Miastenia gravis merupakan penyakit auto-imune, ini berarti imunitas Herce terganggu, sehingga terjadi kelumpuhan. Menurut dokter, oksigen yang ada di kepala Herce hanya tinggal 10%. Anak: "Saya sedih sekali waktu itu, saya nggak tahu harus berbuat apa karena kabar dan kejadiannya sangat tiba-tiba. Kami semua nggak ada yang siap dengan peristiwa ini." Kakak sulung: "Kami semua langsung berdoa, saya bilang Tuhan kami percaya bahwa Engkau akan mendengar doa-doa kami." Herce: "Di ICU itu saya merasa melihat film “The Passion of The Christ”, saya melihat Yesus itu mati untuk saya. Saya hanya melihat itu dan saya berkata bahwasanya untuk selamanya kasih setia Tuhan. Itu yang saya sebut. Saya memang merasakan ada yang selalu membelai saya, seperti ada sesuatu yang menguatkan saya." Selama 2 minggu di ruang ICU, kondisi kesehatan Herce perlahan-lahan mulai membaik. Doa yang dipanjatkan oleh keluarganya dijawab Tuhan. Prof. Bob: "Memang itu mukjijat Tuhan… Karena sudah tiga kali dia dalam kondisi kritis tapi bisa sembuh." Suami: "Tuhan itu luar biasa, Tuhan masih ijinkan dia hidup dengan kami, dan Tuhan kabulkan doa kami." Kakak: "Kami semua bersukacita dan mengucap syukur, Tuhan itu baik." Herce: "Walaupun dokter pernah mengatakan bahwa saya sudah tidak bisa hidup lagi, dan diagnosa dokter bahwa penyakit saya tidak bisa disembuhkan lagi, tetapi Tuhan mengasihi saya. Sampai saat ini saya bisa merasakan kehangatan keluarga dari suami dan seluruh keluarga saya. Semua ini karena kasih dan anugrah Tuhan kepada saya." TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Herce Rompis ]
~ KESAKSIAN IBU FANG FANG & LINAWATI KUSUMA: "KU AMPUNI PENEMBAK IBUKU" ~ Segala sesuatu terjadi dengan waktu sekejap. Ketika Linawati Kusuma keluar dari mobil yang dikemudikan ayahnya, Irwan Kusuma, perampok bermotor mendatangi dirinya. Linawati berusaha mempertahankan tas yang ia miliki. Mendengar keributan di jalan, sang ibu, Fang Fang segera menghampiri Linawati. Sambil merebut tas milik Lina, perampok yang panik segera melepaskan tembakan kearah perut ibu Fang Fang. Linawati Kusuma begitu terkejut : Dari jarak kurang lebih setengah meter, mama saya ditembak Di dalam mobil Irwan Kusuma hanya bisa tertegun: Saya sempat nggak percaya, bahwa ia benar-benar ditembak. Saya nggak percaya. Begitu orang-orang kasih tahu, semuanya teriak-teriak begitu, seketika itu juga saya turun. Irwan Kusuma segera melarikan sang istri ke rumah sakit : Saya sebentar-sebentar melongok, sebentar-sebentar melongok. Di bangku mobil itu memang ada darah. Di depan pintu rumah sakit, di depan UGD, dia sudah kehabisan suara. Disana dia ditolong dengan pertolongan pertama yaitu untuk memberhentikan darah. Peluru masih bersarang di dalam tubuh. Namun dokter tidak bisa mengoperasi ibu Fang Fang : Karena alatnya nggak lengkap dokter nggak berani mengoperasi. Kita lalu cari tempat lain. Setelah itu saya menghubungi salah satu temen yaitu bapak Mangkunarko. Dia lalu telepon ke rumah sakit pantai Indah Kapuk. Sampai di RS pantai Indah kapuk, dokter bilang bahwa istri saya tidak bisa dioperasi karena darahnya sudah terlalu banyak keluar. Nanti kira-kira jam sebelas malam baru bisa dioperasi karena dia harus mendapat tambahan darah dulu. Melihat ibunya kritis, Linawati diliputi kepedihan : Saya hanya bisa nangis terus. Terus terang saya tidak tega melihat mama seperti itu. Saya sayang sama mama walaupun saat ini saya belum bisa membahagiakan mama, tapi kehidupan saya menjadi lebih berwarna ketika mama itu ada. 17 Juli 2006 jam 23.00 malam operasi dilakukan. Tampaknya operasi berlangsung dengan baik. Namun pasca operasi, hal yang ditakutkan terjadi. Ibu Fang Fang mengalami pendarahan parah. Ia bahkan mengalami muntah darah akibat pendarahan di bagian perutnya. Dr. Riki Tenggara Spd Pd yang merawat ibu Fang Fang : Setelah masuk ICU ternyata pendarahan masih berlangsung terus. Dokter bedahpun memutuskan untuk melakukan re-operasi. Itu bukan keputusan mudah karena itu artinya melakukan operasi dalam kondisi yang lebih berat. Dokter mengatakan beberapa organ vital dari ibu Fang- Fang harus diangkat. Dalam keadaan yang kritis, beberapa kerabat tetap : mempersalahkan Linawati yang ketika terjadi perampokan tetap mempertahankan tas yang dipegangnya. Mereka mengatakan kalau saja Lina menyerahkan tas itu maka mamanya tidak akan mengalami keadaan kritis seperti itu. Mereka mempersalahkan Lina yang dianggap tidak punya belas kasihan pada mamanya. Linawati begitu tertekan dan merasa amat bérsalah : Saya semakin penuh perasaan berdosa. Sepertinya saya menganggap semua ini penyebabnya adalah saya. Saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Sebagai manusia saya sedíh sekali. Hati saya hancur, saya hanya bisa menangis. Kesedihan yang sama dialami Irwan Kusuma : Menyendiri, saya hanya banyak menyendiri. Kadang-kadang cuma merenungi kenapa kok sampai begini?. Saya merasa sedíh sekali, hanya khan kadang-kadang saya tidak mau orang tahu kesedihan saya 19 Juli 2006 dilakukan operasi kedua. Ibu Fang Fang mengalami luka berat. Banyak organ tubuhnya hancur karena peluru. Organ tubuh yang diangkat adalah sebagian pánkreas, keseluruhan ginjal kirinya, limpa yang sudah hancur, dan liver yang robek-robek akibat diterjang peluru. Ibunda Lina ini mengalami penolakan transfusi : Setelah operasi yang kedua mama saya tidak bisa menerima darah. Setiap masuk kamar ICU saya tanya : “Dokter, kondisi mama bagaimana?” Dokter bilang : “Mama kamu nggak bisa tarima darah. Darah yang dimasukin – yang ditransfusi, keluar lagi. Karena Lina mempertahankan hal yang bersifat materi, ibunya menjadi korban. Peluang hidupnya tinggal 25%. Lina tidak bisa membalikkan waktu untuk memperbaiki keadaan. Lina hanya bisa meratap dengan penuh penyesalan. Malam itu saya bergumul, saya meratap pada Tuhan. Saya hanya bisa bilang : “Tuhan tolong mama saya. Mama saya tidak bisa terima darah. Kalau kondisinya seperti ini dokterpun bilang tidak ada harapan.” Saya mau berserah karena saya tahu hidup mama ada didalam tangan Tuhan. Saya bilang : “Tuhan, saya mau mengampuni orang-orang yang menjahati keluarga kami” Saat itulah Lina melihat harapan dari Tuhan : Pada saat itu saya hanya melihat dengan pandangan rohani saya, ranjang di rumah sakit dimana mama saya tidur, saya melihat dia tidur. Dan saya bilang : “Tuhan, saya tahu Engkau hadir disana. Dan saya melihat dari tanganNya itu ada satu selang yang mengalir ke tangan mama saya. Saya tahu yang mengalir di dalam tubuh mama saya adalah darah Tuhan Yesus. Mulai saat ini saya tahu mama saya pasti bisa menerima darah.” 4 Hari kemudian kondisi ibu Fang Fang semakin tidak karuan. Ia mengalami perubahan total. Ingatannya mengalami trauma, ibu Fang Fang mengalami penglihatan aneh-aneh. Ia melihat kaca-kaca ditembaki, penglihatannya sudah lain. Lina seakan putus harapan : Saya bilang : “Tuhan saya menderita, saya tidak kuat.” Saat itu Roh Kudus mengingatkan saya : “Kenapa kamu tidak mengucap syukur, bahwa Aku masih menyertai kamu, bahwa Aku ada selalu untuk kamu.” Kondisi ibu Fang Fang tampak membaik. Malamnya Lina masih bisa bercanda dengan mama pada waktu jam besuk. Saat Lina kembali ke rumah, adiknya menelpon dan mengabarkan kembali bahwa ibu Fang Fang ada dalam keadaan kritis Tapi kemudian ada telepon : “Ci cepat kembali ke rumah sakit!”. Saya sempat panik karena suaranya panik . Saya bilang : “Mama kenapa?, mama kenapa?”. “Pokoknya cepetan saat ini juga harus balik.” Lina mulai memikirkan hal-hal buruk : Saat itu di mobil saya hanya bisa berdoa, saya menangis. Saya terus berdoa karena saya sempat terpikir pikiran negatif : “Ohh tadi tuh seneng-seneng sama mama mungkin yang terakhir kalinya.” Malam itu jantung ibu Fang Fang tiba-tiba berhenti. Dapatkah ia bertahan dalam kondisi yang sangat lemah?. Lina hanya bisa berdoa. Di ruangan ICU itu hanya ada adik saya, Yoseph yang melihat mama diberikan pertolongan pertama. Saat itu kita semua hanya bisa berdoa. Saya tahu ini merupakan proses, tapi tolong Tuhan beri kekuatan. Saya bilang : “Tuhan tolong selamatkan mama saya”. Tuhan mendengar doa Lina dan keluarganya. Ibu Fang Fang berhasil melewati masa krisis. Namun tantangan belum berakhir bagi keluarga Irwan Kusuma dan putrinya Lina. Selama berada di rumah sakit, biaya yang harus ditanggung besarnya hingga 360 juta rupiah. Dalam hal ini kembali Tuhan menyatakan kasihNya. Irwan Kusuma yang mengalami kebaikan Tuhan : Dalam 22 hari, hari demi hari setelah drop itu dia mulai ada perkembangan yang bagus. Walau tidak secara drastis, tapi sedikit demi sedikit dia semakin baik. Setiap hari selalu ada saja orang membantu, tidak ada henti-hentinya. Bantuan doa apalagi. Bantuan makanan, bantuan dana, semua diberikan. Saya bersyukur dan berterima kasih. Setelah satu bulan berada di RS, ibu Fang Fang dinyatakan sehat dan bisa meninggalkan RS dan pulang ke rumah. Bahkan Dr. Riki Tenggara Spd Pd merasa digerakkan Tuhan untuk meringankan biaya pengobatan. Kita hanya mengatakan súdahlah, mungkin untuk biaya dokternya tidak usah bayar. Yang penting apa yang sudah kita upayakan itu bisa menjadi suatu kehidupan. Penyembuhan dari ibu Fang Fang ini lebih merupakan mujizat dari Tuhan Saat ini ibu Fang Fang telah bisa melakukan aktifitasnya seharí-hari tanpa ada keluhan sedikitpun. Hanya syukur yang ada dalam hidup Irwan Kusuma : Ini adalah satu mujizat yang bisa kita lihat dengan mata karena menurut siapapun juga, termasuk dokter sebetulnya telah angkat tangan dan mengatakan tidak ada harapan. Linawati Kusuma : Tuhan Yesus itu adalah papa saya, sahabat saya, Juruselamat saya dan Allah yang hidup karena dia telah memberikan anugerah untuk kehidupan mama saya dan juga keluarga kami. Dia pemberi mujizat yang luar biasa, tidak ada Tuhan seperti Dia. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Mazmur 18:5-7) TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Ibu Fang Fang & Linawati Kusuma ]
~ KESAKSIAN BAMBANG SYUMANJAYA: "IMPIAN SIRNA DALAM SEKEJAP AKIBAT SEBUAH TABRAKAN MAUT" ~ Saya merasa menjadi anak yang spesial pada waktu kecil. Saya bisa melakukan segala hal yang ada di sekolah dan juga menjadi harapan keluarga,” ujar Bambang kepada Tim Solusi. Bambang memiliki keluarga yang sangat sederhana dan sangat mengasihinya. Ia menjadi harapan keluarga. Pada waktu kecil Bambang sering diajak naik motor oleh Ayahnya. Selama perjalanan Ayahnya selalu bilang bahwa ia harus menjadi orang yang berhasil. Kata-kata itu yang selalu dingat oleh Bambang dan ia selalu berusaha membahagiakan ayahnya. Demi masa depan yang lebih baik, keluarganya rela memberikan yang terbaik bagi Bambang. Menurut Franky Darmawan, kakak kandung Bambang, karena orang tua mereka terbentur biaya, maka sebagai kakak-kakaknya Bambang mereka mengalah. Mereka berharap biarlah Bambang yang sukses menjadi sarjana, mereka sudah rela. Masa depan yang penuh kepastian siap menanti untuk digapai oleh Bambang. Namun sebuah peristiwa tragis terjadi dan mengubah sejarah hidupnya. Suatu siang bersama teman-teman kuliahnya, Bambang hendak pergi ke suatu tempat menggunakan sebuah mobil. Di tengah perjalanan ternyata rem mobil tidak berfungsi sama sekali dan sebuah tabrakan maut pun terjadi. Ketika sadar dari pingsannya, Bambang menemukan dirinya terbaring di tengah jalan dan kap mobil menindih sebagian kakinya. Setelah kap mobil itu diangkat, sebagian kaki Bambang dipenuhi darah, pasir dan kaca. Bambang pun kemudian dilarikan ke rumah sakit dan kakinya langsung dioperasi saat itu juga. Saat Bambang tersadar setelah menjalani operasi, hati Bambang menjerit dengan keras saat menyaksikan kaki kirinya dalam keadaan meyedihkan. Rasa sakit yang dirasakannya pun sungguh tak tertahankan. Selama Bambang dirawat di rumah sakit, kedua orang tuanya dengan setia menemani Bambang. “Dunia ini terasa gelap, karena harapan kami hanya kepada Bambang. Kami sungguh berharap dia akan menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sarjana,” ujar Lili Widjaja, ibunda Bambang, sambil menangis. Selama berada di rumah sakit, perasaan kecewa mulai menyelinap ke dalam hatinya. Bambang kecewa kepada Tuhan dan ia tidak dapat menerima musibah yang telah dialaminya. Ia selalu mempertanyakan Tuhan, kenapa bukan teman-temannya yang mengalami hal seperti ini. Hari demi hari, perasaan kecewa yang dirasakan Bambang terhadap Tuhan semakin mendalam. Namun Bambang sadar, seringkali Roh Kudus berbicara di dalam hatinya. “Ketika saya sedang sedih di rumah sakit, saya mendengar satu suara yang berbunyi, ‘Bambang, sekalipun manusia meninggalkan kamu, Aku tidak akan meninggalkan engkau’,” ujar Bambang. Hati Bambang mulai diliputi kebingungan. Yang ia ingin agar Tuhan atas dirinya adalah secepatnya keluar dari rumah sakit dalam keadaan sembuh. Namun impiannya itu tidak juga terwujud. Apalagi sampai pada akhirnya saat dokter mengijinkannya pulang, ia divonis akan menjadi cacat seumur hidup. Kecelakan itu menghancurkan seluruh mimpi dan harapan keluarganya. Bambang pulang dari rumah sakit dengan hati yang hancur dan pedih. Ia merasa telah gagal mewujudkan harapan keluarganya. Hati Bambang semakin hancur setelah mendengar apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Mereka mengatakan bahwa Bambang telah melakukan suatu dosa makanya ia dihukum Tuhan dan menjadi orang cacat. Namun Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Bambang seorang diri. “Saya berharga di mata Tuhan. Itulah yang membuat saya bersemangat. Perlahan tapi pasti, saya mulai bangkit. Kuliahpun dapat saya selesaikan dan menjadi lulusan yang terbaik. Semua karena kasih anugerah Tuhan semata,” ujar Bambang. Saat ini Bambang telah menjadi pemilik dari “Family Discovery”, sebuah pelayanan konseling keluarga yang memulihkan begitu banyak keluarga yang berada di ambang kehancuran. Hidupnya begitu diberkati Tuhan. Dan secara luar biasa Tuhan memakai hidup Bambang untuk memberkati orang lain. Pelayanan keluar negeri acap kali telah dilakoninya. Dan penyertaan Tuhan Yesus atas hidup Bambang sungguh nyata. Janji Tuhan yang dinyatakannya secara pribadi saat Bambang berada dalam titik nadir terendah dalam hidupnya telah digenapi dengan indah. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Bambang Syumanjaya ]
~ KESAKSIAN JORWIL: "NYARIS DIJEMPUT AJAL" ~ Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pada tanggal 15 Februari 2007, Jorwil sedang mengendarai sepeda motornya. Waktu itu pukul 3 sore dan ia pulang kerja melewati jalan Cibadak. Namun mendekati perempatan, ia merasa agak kurang nyaman. Perempatan yang akan ia lalui tampaknya rawan karena hanya lampu kuning saja yang menyala dan tidak ada cahaya dari arah kiri. Namun entah bagaimana, tiba-tiba dari arah kiri itulah melintas sebuah mobil. Jorwil tak melihat mobil itu datang dan ia tak sempat menghindar sehingga tabrakan pun tak terelakkan. Menurut saksi mata yang berada di tempat kejadian, Jorwil langsung ‘mental’ begitu ditabrak. Setelah itu, ia sekali lagi terlindas oleh ban mobil dan kemudian tubuh Jorwil masih terseret hingga 9 sampai 10 meter. Ketika Ana, istri Jorwil, mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan dan tengah berada di UGD, ia mengira kecelakaan itu hanya tabrakan biasa. Namun sesampainya di rumah sakit, ia sangat terkejut. Rasa sedih, kuatir dan ngeri menjadi satu karena melihat kondisi sang suami yang ternyata sangat parah: kaki terlindas dan tempurung sebelah kiri lepas. Kengerian dan keterkejutan tak hanya dirasakan Ana. Veronika, adik Jorwil, tak urung shock melihat kondisi kakaknya. “Saya punya keinginan dan doa bahwa Tuhan akan menyelamatkan keluarga kami. Tapi, mengapa caranya harus seperti ini?” protes Veronika kepada Tuhan pada waktu itu. Veronika yakin Tuhan akan menyelamatkan nyawa kakaknya tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa Tuhan akan memakai cara ‘kecelakaan maut’ untuk menuntun Jorwil kembali di dalam Tuhan. Veronika takut, AW, panggilan akrab Jorwil, merasa frustasi dan tidak kuat menghadapi kenyataan pahit yang menimpa dirinya. Apalagi menurut dokter, cidera yang diderita Jorwil cukup berat. Ia terlindas oleh ban mobil dan mengalami cidera pada tulang dada dan paru-paru yang cukup parah sehingga Jorwil harus menerima nafas bantuan dengan bantuan mesin. Tak hanya itu, Jorwil juga mengalami patah pada tulang paha, lengan atas, dan tulang selangka. Kalau saja tidak cepat ditolong dan tindakan menyadarkan pasien (resusitasi) tidak segera dilaksanakan, Jorwil dipastikan akan meninggal di tempat atau sesaat setelah tiba di UGD. Cidera paru-paru yang cukup berat, kemudian ditambah dengan cidera pada anggota-anggota gerak serta kehilangan darah yang banyak hanya memberi peluang fifty-fifty bagi Jorwil alias Jorwil bisa meninggal atau hidup. Sementara itu, Ana yang shock merasa bahwa harapan untuk suaminya bisa bertahan hidup sudah tidak ada. Pada saat itu, perasaannya yang paling dalam pada sang suami meliputi dirinya. Di dalam hatinya yang paling dalam, Ana bisa merasakan betapa ia sangat menyayangi dan mencintai Jorwil dengan tulus, apa pun keadaannya. Namun kepada Ana dokter telah menyatakan bahwa mereka tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan saja. Kesedihan meliputi hati Ana. Di dalam benaknya terus terbersit apakah suaminya akan normal kembali. Saat itu tidak ada yang dapat dilakukan Ana kecuali berdoa kepada Tuhan. “Setiap hari saya berdoa dan itu membuat saya merasa dekat dengan Tuhan dan saya merasa Tuhan menguatkan hati saya. Saya percaya, Tuhan Yesus pasti memberi mukjizat buat keluarga kami sehingga suami saya bisa bangun dari koma karena saya sangat percaya, Tuhan itu ada di hati saya dan mendengar doa saya,” ujar Ana berharap. Dan benar, selang 3 hari lamanya Jorwil berhasil melewati masa kritisnya. Namun akankah sang suami bisa pulih dan normal kembali? Oleh dokter, Jorwil kemudian dioperasi di bagian kepala, tangan dan kaki selama 6 – 7 jam. Perjuangan di dalam doa untuk Jorwil masih terus berlanjut. Walaupun Ana tahu bahwa secara medis, mustahil bagi Jorwil untuk sehat kembali seperti sedia kala, toh ia memohon juga kepada Tuhan untuk kesembuhan Jorwil yang sempurna. Dan ternyata Tuhan telah menjawab apa yang Ana minta dalam doanya. Seperti mimpi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, lewat doa Ana, sang istri, Tuhan memberikan kesembuhan bagi Jorwil. “Semua ini mukjizat dari Tuhan dan saya percaya Tuhan Yesus selalu bantu saya,” ujar Ana dengan bersukacita. Masa-masa kritis akhirnya berlalu dan Jorwil kini melewati masa-masa terapi untuk melatih anggota-anggota tubuhnya yang sudah lama terbujur kaku sampai akhirnya Jorwil dapat melakukan semua kegiatannya seperti semula. “Yang membuat saya benar-benar terkesima, Tuhan benar-benar memulihkan Koko AW step by step sampai Koko AW bisa beraktivitas dan mengendarai mobil secara manual,” ujar Veronika takjub melihat kenyataan yang terjadi pada diri sang kakak. Begitu pula dengan Jorwil. Ucapan syukur terus terucap dari bibirnya: “Rasanya seperti hidup kembali. Padahal waktu tabrakan maut itu terjadi saya merasa seperti mau meninggal. Buat saya, Tuhan Yesus luar biasa.” TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Jorwil ]
~ KESAKSIAN TOTO SUKANTO: "MISKIN MENJADI KAYA" ~ Aku dibesarkan dari lingkungan keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi. Keluargaku sering berpindah-pindah karena kondisi ekonomi yang tidak pernah membaik. Karena tidak memiliki dana, aku hanya sanggup bersekolah sampai kelas 5 SD. Kemudian di usiaku yang ke 12, aku pindah ke daerah Cikampek untuk mencari pekerjaan, tapi semuanya sia-sia. Tidak ada perusahaan yang mau memperkerjakanku karena aku hanya tamatan kelas 5 SD. Akhirnya aku hanya menjadi tukang rokok di terminal dan menjadi kuli bangunan demi mencukupi kebutuhan hidupku. Hal itu berlangsung sangat lama, sampai pada puncak penderitaanku di tahun 1973. Ayahku meninggal dunia dan hal itu menjadi tekanan yang sangat besar buatku. Sejak saat itu sifatku berubah total. Aku menjadi seorang pemarah. Emosiku tidak dapat terkendali dengan baik, bahkan aku menjadi mudah tersinggung. Di usiaku yang ke 14 tahun, aku pergi merantau ke Pamanukan dan bekerja di sebuah toko kelontong milik seorang berkebangsaan Cina. Satu setengah tahun kemudian aku kembali ke Cikampek dan menjadi kondektur angkutan umum. KETEKUNAN MENJALANI PROSES HIDUP. Ternyata di balik segala kesusahan yang aku alami, Tuhan punya rencana yang luar biasa dalam hidupku. Pada suatu hari aku merasa kasihan pada seorang pendeta di dekat rumahku. Jemaatnya hanya sedikit, bahkan bisa dihitung dalam hitungan jari. Akhirnya, aku memutuskan untuk datang ke gereja karena ingin memenuhi tempat kosong disana. Semakin sering aku datang ke gereja, ternyata Firman Tuhan yang dibawakan selalu menyentuh hatiku dan aku terus mendapat pengajaran tentang siapa itu Yesus. Dari saat itulah hidupku diubahkan. Aku merasakan kuasa Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Di tengah penderitaanku ini, Ia tetap menyertaiku dan terus menjagaiku. Buktinya, sampai saat ini aku masih dapat hidup dan bernapas. Akhirnya, 5 Maret 1978 aku menyerahkan diriku padaNya dan dibaptis serta mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat dalam kehidupanku. Setelah menerima Yesus dalam hidupku, kehidupanku mulai mengalami perubahan yang luar biasa. Ada kuasa damai sejahtera yang melingkupi kehidupanku. Perubahan yang terbesar adalah di bidang ekonomiku. Aku mengawali usahaku dengan mulai berjualan es yang kutitipkan di warung-warung kecil untuk dijual. Berkat ketekunanku di dalam Tuhan, aku berhasil memperoleh keuntungan yang cukup besar sehingga aku dapat membeli bahan mentah, yaitu kayu, dan mengolahnya menjadi barang jadi, seperti lemari dan sebagainya. Dari usaha itu aku dapat membeli sepeda motor. Kuasa Tuhan memang luar biasa dalam hidupku. Karena kasih Tuhan sangat kurasakan dalam hidupku, aku memutuskan untuk taat datang beribadah ke gereja. Di sanalah aku menemukan pasangan hidup, tulang rusukku. Tahun 1981, aku menikah dengan Cindra Ningsih, wanita yang kukenal di gereja. Satu tahun kemudian kami dikaruniai seorang anak yang luar biasa, dan 6 tahun kemudian lahirlah anak kami yang kedua. Kami menjadikan Yesus sebagai kepala keluarga dalam kehidupan keluarga kami dan aku sangat bersyukur karena kasih Tuhan yang luar biasa mengalir dalam keluargaku. MASA DEPAN PENUH HARAPAN MENJADI MILIKKU. Setelah sekian lama hidupku terbelenggu kemiskinan dan menjalani kehidupan yang penuh perjuangan, aku menjadi semakin yakin bahwa kuasa Tuhan memang dahsyat dalam hidupku. Sejak aku menyerahkan hidupku bagiNya, ada banyak berkat yang kuperoleh. Setelah menikah, mertuaku memberi sejumlah uang untuk modal usaha. Dari modal tersebut, aku membeli sebuah kios kecil. Sedangkan aku masih tinggal di rumah mertuaku. Usaha pertamaku saat itu adalah menjadi pedagang makanan ringan eceran. Dari usahaku itu, aku bisa mengembalikan modal yang diberikan oleh mertuaku hanya dalam jangka waktu 1 tahun. Kemudian usahaku meningkat menjadi pedagang grosiran. Dari hasil itu aku dapat membeli sebuah mobil box tipe HIZ 1000 secara kredit selama satu tahun. Karena kuasa Tuhan benar-benar luar biasa dalam hidupku, enam bulan kemudian aku sanggup membeli sebuah mobil box lagi, Toyota L300, secara tunai. Tidak hanya sampai disitu, aku dapat membeli sebuah mobil box lagi dengan ukuran yang lebih besar. Kemudian, tahun 1990 aku dapat membeli rumah dan tahun 1996 aku bisa merasakan jalan – jalan ke Thailand dan Singapore. Tahun 1997 aku mendapat kesempatan untuk merasakan keindahan Hongkong, Swiss, dan Paris. Bahkan, aku dapat menyekolahkan anak pertamaku sampai meraih S1 di STIEB dan membelikannya sebuah mobil Suzuki Katana. Sedangkan anak keduaku saat ini duduk di bangku SMA di Bandung. Berkat Tuhan juga mengalir begitu ajaib sampai saat ini. Aku sekarang telah memiliki mobil Mitsubishi Kuda dan BMW. Karena tuntunanNya dalam hidupku, aku berhasil menjadi salah seorang pengusaha makanan ringan yang sukses di wilayah Cikampek. Dan berkat kekuatanNya atasku, aku tidak menjadi orang yang sombong karena aku tahu apa yang aku miliki saat ini bukanlah milikku, tapi milikNya yang dititipkan padaku. MELAYANI TUHAN. Sebagai bukti pengabdianku padaNya, aku menjadi pelayan Tuhan sebagai ketua kaum pria dan ketua sidang majelis, sebagai ketua pelayanan pengusaha untuk wilayah Subang, Karawang, dan Purwakarta, dan juga aktif terlibat dalam yayasan yang melayani di bidang hubungan masyarakat di wilayah Cikampek. Satu yang pasti di balik kesuksesanku adalah bahwa Tuhan satu-satunya kunci dari semuanya itu. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Toto Sukanto ]
~ KESAKSIAN CIPTA YOPA: "PERTOLONGAN TUHAN SELALU TEPAT PADA WAKTU-NYA" ~ Shallom, saya seorang TKW yang bekerja di Hong Kong dari tahun 2008, dan oleh karena anugrah-Nya saya dapat bergabung dengan GBI Hong Kong ini sedari pertama saya menginjakkan kaki saya di Hong Kong. Saya bertumbuh di gereja ini, dan saya selalu percaya kepada setiap visi yang Tuhan sampaikan melalui gereja ini. Saya hendak menyaksikan apa yang baru saya alami di Tahun 2012 ini, yaitu “Tahun Perkenanan Tuhan, Mujizat Masih Ada”. Seperti ada tertulis dalam 2 Korintus 6:2, “ ... Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Melalui firman ini akan ada 3 hal yang akan kita alami saat kita berkenan di hadapan-Nya, yaitu ALLAH akan mendengar, menyelamatkan serta menolong kita. Pada bulan Mei 2012 ini ada 3 kerinduan di hati saya untuk saya ikuti : 1. Saya rindu untuk bisa mendampingi anak saya yang akan ujian di awal bulan. 2. Saya rindu untuk bisa menghadiri WPA (World Praise Assembly) yang ada di Jakarta. 3. Saya rindu untuk bisa mengikuti KKR Bapak Gembala Pembina kita Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo pada tanggal 20 Mei 2012 di Hong Kong. Jauh sebelum saya mengajukan cuti kepada majikan saya, mereka sudah pernah bilang bahwa saya hanya bisa mendapatkan cuti pada bulan Juli atau bulan Agustus, dan itupun hanya 2 minggu saja. Karena saya sudah mengetahui ketentuan yang majikan saya berikan, saya bergumul serta berdoa kepada Tuhan, agar saya bisa mendapatkan cuti di bulan Mei saja. Setelah berdoa sekian lama dan juga memperkatakan firman Tuhan, saya beranikan diri untuk mengajukan cuti pada bulan Mei ini, dan puji Tuhan majikan saya pun menyetujuinya! Setelah saya mendapatkan ijin dari majikan, saya kembali berdoa memohon pimpinan- Nya, apa yang bisa saya lakukan pada saat saya cuti pulang kampung nanti. Lalu Tuhan menyuruh saya untuk mengumpulkan anak – anak remaja / pemuda dari seluruh denominasi gereja yang berada di lingkungan saya. Mendengar Tuhan berkata seperti itu saya tidak yakin dengan diri saya sendiri, karena saya belum memiliki pengalaman dalam bidang pengajaran, maupun saya pribadi mempunyai masa remaja yang tidak baik. Kembali saya bergumul dan berdoa karena saya tidak siap untuk melakukan hal ini. Dan pada satu ketika saya diingkat oleh pesan serta kesaksian Bapak Gembala Pembina kita, asalkan kita taat kepada Tuhan, maka Tuhan akan membuka pengertian untuk kita, dan akhir kata saya berkata “SAYA SIAP TUHAN!”. Pada awal tahun 2012, bapak Gembala Pembina kita berbicara mengenai buah sulung, dimana kita harus mempersembahkan buah sulung, saya bergumul kepada Tuhan karena kalau saya memberikan buah sulung pada awal bulan ini, saya akan kekurangan. Dan saya mengadakan tawar menawar dengan Tuhan, dan saya janji sehabis saya cuti saya baru akan mempersembahkan buah sulung itu. Lalu Tuhan berbicara kepada saya “AKU menyuruh kamu untuk membawa hasil pertama di tahun ini, BUKAN hasil pertengahan tahun” saya tertegun dan saya menuruti apa yang Tuhan katakan kepada saya. Saya percaya kalau Tuhan akan selalu menyediakan segala sesuatu tepat pada waktunya. Dengan uang pas – pas an, akhirnya saya pulang kampung. Dan sesampainya di kampung, saya mencoba untuk menghubungi semua pendeta / pimpinan gereja setempat, serta menyampaikan keinginan Tuhan untuk membuat seminar ini. Puji Tuhan ada 6 gereja yang merespon dan menyambut positif seminar ini. Dan tiap tiap gereja pun menghimbau anak – anak remaja serta para pemuda untuk menghadiri seminar tersebut. Saya pun terkejut karena mereka berkata bahwa ini adalah pertama kalinya semua gereja dapat duduk bersama seperti ini. Setelah pertemuan dengan gereja – gereja beres, saya berdoa mengucap syukur atas campur tangan Tuhan. Dan pada saat saya berdoa, Tuhan berkata kepada saya bahwa saya harus menyediakan makan bagi setiap peserta. Saya berpikir secara logika saya mana cukup dengan uang yang saya bawa, karena saya akan mengadakan kebaktian syukuran sebelum saya pulang nanti. Dan pada sore harinya saya menerima telepon dari teman saya yang ada di Hong Kong, mereka menanyakan bagaimana rencananya? Saya jelaskan bagaimana hasil dari pertemuan dengan gereja – gereja dan saya juga minta dukungan doa kepada teman – teman saya yang ada di Hong Kong. Puji Tuhan mereka mengirimkan sejumlah dana pas dengan jumlah yang saya butuhkan disini. Sungguh saya percaya Tuhan yang menggerakan hati mereka untuk mengirimkan dana tersebut. Dan akhirnya semuanya berjalan sesuai dengan rencanaNya. Saya percaya pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya. Mari kita terus melekat pada sumber pemberi berkat, terus masuk dalam hadirat TUHAN, serta lebih intim lagi kepada-Nya. Teruslah memperkatakan firman TUHAN dan percaya bahwa MUJIZAT MASIH ADA! Segala puji, syukur, hormat dan kemuliaan hanya bagi TUHAN kita YESUS KRISTUS, Halleluya, AMIN. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Cipta Yopa ]
~ KESAKSIAN TABITA WULANDARI: "RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA TUHAN BAGI TABITA" ~ Tabita lahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya hanyalah seorang penjahit kecil di Magelang. Untuk menopang ekonomi keluarga ibunya juga harus membantu ayahnya dengan berjualan di warung. Karena ditipu oleh orang. Orangtua Tanhita terbelit oleh hutang yang akhirnya membawa mereka ke jurang kemiskinan. Setiap harinya datang penagih hutang dan mau tidak mau Tabita harus berbohong kepada mereka. Jika datang para penagih hutang maka ibu atau ayahnya akan sembunyi di bawah kolong meja atau sembunyi di kamar mandi, dan kejadian itu berlangsung lama. Bahkan untuk melunasi hutang tersebut kedua orangtuanya pernah berniat menjual ginjalnya, namun uhan tidak mengijinkannya. Ketika ada peminat, golongan darah mereka tidak ada yang cocok. Tabita anak ke-2 dari 5 bersaudara. Dengan keadaan demikian, untuk kehidupan sehari-hari dan membayar biaya sekolah mereka harus menghadapi pergumulan yang berat. Hal itu semakin dirasakan ketika ia memasuki bangku SMP. Saat itu mereka sampai tidak bisa membayar uang sekolah. Namun Tabita tergolong anak yang memiliki prestasi di atas rata-rata di sekolahnya, sehingga ia mendapat beasiswa sampai lulus SMA. Mengenal Tuhan Yesus secara pribadi Ketika masa tenggang waktu kelulusan SMA menuju perguruan tinggi, seorang temannya memberikan Tabita sebuah buku yang menjadi momentum awal proses kelahiran barunya. Buku itu menceritakan tentang kesaksian seorang anak Tuhan di Jepang yang mengorbankan dirinya demi menyelamatkan orang-orang di dalam kereta api. Buku itu begitu menyentuh hatinya. Saat itu ia menangis merasakan jamahan Tuhan di dalam hidupnya untuk pertama kalinya. Saat itu juga ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan apapun panggilan Tuhan di dalam hidupnya. Doanya, “Tuhan, aku mau Engkau pakai aku jadi hambaMu.” Saat itu ia memutuskan untuk masuk sekolah Alkitab. Namun Tuhan punya rencana lain di dalam hidupnya. Pendaftaran di sekolah itu sudah ditutup. Tabitapun menangis dan bertanya apa maksud Tuhan dibalik semua ini. Kuliah karena mukjizat Suatu hari seorang teman ayahnya dari Jogya datang ke Magelang untuk mengunjungi keluarga mereka. Di situ mereka sharing mengenai apa yang mereka alami hari-hari ini. Akhirnya sahabat ayahnya itu mengajak Tabita ke Jogya untuk ikut tes UMPTN. Puji Tuhan, Tabita diterima di FISIP UGM tahun 1994. Namun keluarganya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan studinya. Di situ Tabita menangis lagi di kaki Tuhan supaya Tuhan buka jalan. Oleh kemurahan Tuhan, sahabat ayahnya itu menolong keluarga ini untuk membayar biaya pendaftaran supaya Tabita dapat meneruskan studinya ke perguruan tinggi. Di kampus inilah Tabita bertemu dengan kakak rohaninya yang membimbingnya untuk lahir baru dan kemudian ikut di dalam pemuridan di persekutuan kampus Maranatha yang dikomandoi oleh Eriel Siregar (eks-host SOLUSI). Tiga tahun setengah Tabita hidup dari satu mukjizat ke mukjizat lainnya. Ia hidup dan kuliah dari ketidakmampuan orangtuanya untuk membiayainya. Satu bulan sebelum wisuda, Tabita diterima bekerja sebagai tenaga accounting merangkap sekretaris di sebuah diskotek di Jogya. Bidang pekerjaan yang berbeda dengan ilmu yang dipelajarinya sewaktu kuliah. Tabita tidak pernah memiliki tabungan. Karena hidupnya dari hari ke hari sangat bergantung kepada pemeliharaan Tuhan. “Hidup saya bergantung kepada Tuhan seperti bergantung pada selembar benang. Kalau bukan pertolongan Tuhan, tidak tahu bagaimana hidup saya.” Di diskotek itu Tabita dianggap orang aneh karena gaya hidupnya tidak seperti mereka. Mereka bilang Tabita salah masuk kerja di sini. Meskipun kerja di tempat yang dianggap orang negative, tapi Tabita hidup benar dan tidak mau neko-neko karena tujuan utamanya adalah menghidupi keluarganya. Pencobaan demi pecobaan dihadapi Tabita Setelah tiga belas bulan bekerja di diskotek tersebut, Tabita dihadapkan pada pergumulan yang berat. Ibunya harus masuk penjara selama 6 bulan dengan tuduhan Kristenisasi. Sedangkan ibunya menjadi salah satu tulang punggung keluarga berhubung ayahnya suka ditipu ketika bekerja atau mencoba membuka usaha kecil-kecilan. Waktu itu adik-adik dan kakak Tabita semuanya masih sekolah dan sedang kuliah. Hanya Tabita sendiri yang sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Ketika mendengar berita itu Tabita menangis karena begitu berat beban yang harus ditanggungnya. Dialah yang harus menggantikan peran ibunya di dalam menghidupi keluarganya. Sementara keluarganya memiliki banyak hutang yang harus segera diselesaikan. Tahun 1998, suatu hari Tabita melihat ada lowongan di Departemen Tenaga Kerja. Waktu itu Depnaker membuka dua lowongan, yaitu menjadi pekerja pabrik di Malaysia atau menjadi pembantu rumah tangga di Singapura. Karena pertimbangan mendapatkan penghasilan yang lebih besar, Tabita memilih menjadi pembantu rumah tangga di Singapura. Padahal waktu itu di televisi sedang hangat pemberitaan banyak pembantu rumah tangga asal Indonesia yang mendapat perlakuan kekerasan fisik dan pelecehan seksual. Tabita sempat mengalami ketakutan dan hanya bisa berserah kepada Tuhan. Semua itu dilakukannya demi keluarganya. Akhirnya Tabita berhenti kerja dan ia diberi uang pesangon. Setelah itu ia masuk masa karantina di Cirebon untuk menunggu diberangkatkan ke Singapura. Tuhan menunjukkan perkenanNya atas Tabita. Baru 5 hari masuk karantina Tabita sudah memiliki majikan. Akhirnya pada hari ke-20, tepat pada tanggal 29 November 1998 Tabita berangkat ke Singapura, sementara calon TKW yang lain harus menunggu berbulan-bulan untuk diberangkatkan. Saat mau berangkat ke Singapura, Tabita berdoa supaya Tuhan memberikan majikan yang baik. Doanya dijawab Tuhan karena selama bekerja 4 tahun majikannya yang penganut Budha itu memang sangat baik dan memperlakukannya seperti anggota keluarga sendiri. Selama bekerja 4 tahun di Singapura, setiap bulan Tabita mengirim hampir seluruh gajinya kepada keluarganya di Magelang. Yang ada dipikirannya hanyalah apakah keluarganya masih bisa makan dan adik-adiknya masih bisa sekolah? Bagi Tabita, ia merasa cukup karena setiap hari bisa menikmati makanan yang wajar dan tempat tinggal yang layak di rumah majikannya itu. Tapi bagaimana keluarganya di Magelang? Belum lagi keluarganya memiliki banyak hutang yang harus diselesaikan. Namun majikannya sangat baik hati. Mereka selalu mengetahui jika Tabita memiliki pergumulan dan beban yang berat. Mereka menjadi sahabatnya dan selalu menguatkan, menghibur serta memberikan kata-kata motivasi agar Tabita kuat menjalani proses hidupnya. Majikannya memperlakukan Tabita seperti keluarga sendiri. Di dalam keluarga besar dan rekan-rekannya, mereka tidak menganggap Tabita seorang pembantu rumah tangga di keluarga mereka. Bahkan mereka melewati makan malam bersama. Di salah satu sisi Tabita menghadapi pembentukan karakter lewat anak majikannya dan nenek tersebut, tapi di sisi lain ia merasa dihibur dengan kebaikan hati majikannya. Mereka mau memberikan telinga mereka untuk mendengar segala curahan hati Tabita. Selama 4 tahun bekerja di Singapura, ternyata Tuhan mempersiapkan Tabita untuk satu masa di mana ia akan mendapat berkat yang besar di kemudian hari. Tanpa ia sadari selama 4 tahun di Singapura, Tabita menguasai percakapan dalam bahasa Inggris dengan baik. Selain itu ia mendapat banyak pelajaran hidup dari majikannya. Namun tidak semua harapannya tercapai. Adiknya yang ia support secara finansial untuk kuliah ternyata memilih menikah ketika duduk di semester IV. Uang yang ia kirim kepada orang tuanya setiap bulan ternyata tidak dapat melunasi hutang-hutang keluarganya. Semua yang dilakukannya seakan-akan sia-sia dan tidak menghasilkan apa-apa. Sampai Tabita sendiri tidak dapat melihat gambaran masa depannya itu seperti apa. Akhirnya tepat pada tanggal 29 November 2002 Tabita pulang ke Indonesia. Tabita dipersiapkan Tuhan Sampai di Indonesia Tabita melamar ke 5 perusahaan setelah melihat lowongan di koran. Tabita di diterima bekerja di perusahaan direct marketing yaitu PT Arco Prima yang berkantor di Menara Imperium Kuningan. Tabita hanya bekerja selama 2 bulan di tempat ini karena jam kerjanya begitu padat. Ia nyaris tidak punya waktu karena pagi-pagi sudah harus berangkat ke kantor dari tempat tinggalnya di Cijantung ke Kuningan. Begitu juga pulangnya sudah larut malam. Waktu saat teduh dan membaca Alkitabnya ia lakukan di bis. Kemudian ia melamar pekerjaan di tempat lain dan akhirnya diterima bekerja di PT Andi Putra, sebuah perusahaan forwarder di daerah Pangeran Jayakarta. Di perusahaan ini Tabita mendapat gaji lebih tinggi dari karyawan lainnya. Kerinduan Tabita agar kehidupan keluarganya terangkat tidak pernah padam. Ia mencoba menggugah hati ibunya agar mau pindah ke Jakarta. Karena ibunya bisa membuka warung. Dengan berat hati karena harus meninggalkan suami dan anak-anaknya untuk sementara waktu, akhirnya sang ibupun berangkat ke Jakarta untuk membuka jalan bagi anggota keluarga yang lain di kemudian hari. Dan Tuhan buka jalan. Akhirnya ada seorang teman Tabita yang mau mengontrakkan kiosnya di daerah Mangga Dua. Namun kendalanya dari mana uang untuk membayar kontrakan tersebut? “Setiap kali ada masalah, pasti Tuhan sedang mau membawa kita ke tempat yang lebih tinggi,” ungkap Tabita. Pimpinannya bersedia membantu Tabita dengan memberikan pinjaman. Namun pada akhirnya pimpinannya berkata bahwa Tabita tidak perlu mengembalikan pinjaman tersebut. Akhirnya Tabita dan ibunya dapat menempati kios sekaligus tempat untuk mereka tinggal. Ketika menempati kios yang baru itu Tabita juga mulai mengajak kakaknya tinggal bersama mereka. Dari PT Andi Putra, Tabita kemudian memantapkan karirnya di Monash University. Belum lama bekerja di sini, Tabita mendapat kesempatan mendampingi mahasiswa homestay study ke Melbourne, Australia. Sebuah perjalanan yang belum pernah terlintas dipikirannya sebelumnya. Di dalam hidupnya Tabita memiliki 3 impian, yaitu membangun rumah untuk orang tuanya, membangun panti asuhan dan membangun sebuah gereja di dekatnya. Tuhan mulai mewujudkan impiannya itu. Tuhan menaruh keyakinan di dalam hatinya bahwa tahun 2004 Tuhan akan memberikan keluarga ini sebuah rumah. Dan hal itu diceritakan kepada teman-temannya. Namun tidak semua respon teman-temannya itu baik karena mereka tahu kondisi Tabita yang sebenarnya. Tabita justru memberanikan diri untuk survey rumah di beberapa perumahan. Tabita berdoa, “Tuhan, bagian saya kan mencari rumahnya, bagian Tuhan menyediakan uangnya.” Mimpi yang mulai digenapi Suatu hari, Minggu, 29 Agustus 2004 Tabita bersaksi di sebuah gereja (GBI PRJ Kemayoran). Kesaksian ini dia anggap sebagai hadiah ulang tahun buat Tuhan. Di situ Tabita menyaksikan perjalanan hidupnya. Ternyata kesaksiannya diperhatikan oleh seorang pejabat penting di President University. Orang ini memberikan kartu namanya dan menawarkan mungkin mereka bisa bekerja sama. Singkat cerita Tabita diterima bekerja di President University. Rumah impian, beasiswa untuk pendidikan adik-adiknya dan pelayanan anak-anak menuju visi memiliki panti asuhan sendiri… Ternyata apa yang menjadi impian Tabita selama ini mulai menjadi kenyataan. Dengan diterimanya Tabita sebagai manajer marketing di President University, otomatis ia harus pindah ke Cikarang. Dalam waktu bersamaan Tuhan sudah menyediakan sebuah rumah yang Dia janjikan. Tabita jatuh hati pada sebuah rumah yang ada di samping sungai. Ia sudah membayangkan di situ ia nanti akan mendirikan sebuah panti asuhan dan sebuah gereja kecil. Rumah itu kebetulan hendak dipindah tangankan oleh pemiliknya dan dihargai sebesar Rp.35 juta. Namun dari mana dapat uang sebesar itu? Setelah melewati pergumulan Puji Tuhan, dengan tabungan yang ada ditambah dengan berkat yang dikasih oleh teman-temannya yang tahu Tabita membutuhkan tambahan uang untuk membeli rumah, akhirnya mereka dapat menempati rumah itu tepat 19 Desember 2004. Sejak saat itu orang tuanya dan saudara-saudaranya dapat berkumpul bersama kembali di rumah impian hadiah dari Tuhan. Kemurahan dan perkenanan Tuhan tidak hanya sampai di situ. Kedua adik Tabita mendapatkan pendidikan yang terbaik di President University karena mereka memiliki prestasi yang baik. Kedua adiknya mendapat beasiswa dan pelajaran standar international di sekolah tersebut. Impian Tabita untuk mendirikan panti asuhan telah dimulainya dengan mengajar anak-anak kampung di dekat rumahnya itu setiap hari Minggu sore. Tabita mengumpulkan mereka di depan halaman rumahnya. Mereka diajar membaca, menulis, menyanyi dan hidup sehat. Bahkan anak-anak yang diasuhnya itu sudah pernah tampil di depan Presiden SBY sewaktu berkunjung ke President University. Tabita Wulandari, hidupnya kini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Seorang wanita tegar yang tidak hanya berani bermimpi. Akan tetapi berani berjuang sampai mimpi tersebut layak untuk dihidupi. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11) Sumber : LIFE TV
~ KESAKSIAN INTAN SARTIKA: "DOWN SYNDROME, PINTU ANUGERAH" ~ Nama saya Intan Sartika. Umur saya 23 tahun. Saya penyandang down syndrome. Intan Sartika adalah putri bungsu keluarga Januar Tasman dan Maisi Wiryadi. Sebagai penyandang down syndrome, Intan memiliki keistimewaan tersendiri diantara penyandang down syndrome pada umumnya. Maisi (ibu): "Saya terkejut kenapa saya bisa dapat anak down syndrome. Tapi saya serahkan diri saya pada Tuhan. Saya bilang sama Tuhan “Tuhan, terimakasih Engkau mempercayakan anak ini kepada saya, saya akan berbuat semaksimal mungkin. Tapi Tuhan, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Berilah Roh KudusMu kepada saya”. Kalau saya bawa Intan ada yang bilang “Kamu nggak malu yah, bawa anak ini?”. Pokoknya macam-macam cara orang melihat Intan karena face-nya nggak bagus, ya…jadi banyak yang ngeliatin dari atas sampai bawah. Sedih sih hati, tapi saya cuek aja dah….Saya percaya Tuhan mengirim Intan ini ada maksudnya." Maisi adalah seorang dokter gigi yang sudah mapan pada waktu itu. Tapi ia memilih untuk meninggalkan profesinya supaya bisa lebih konsentrasi dan mencurahkan seluruh perhatiannya pada pendidikan Intan. Maisi dan suaminya harus berjuang mengumpulkan informasi tentang down syndrome. Maisi: "Waktu itu masih langka sekali, dokter-dokterpun tidak begitu tahu apa yang mesti saya perbuat. Tapi saya banyak mendapat dukungan dari satu dokter, yang mengatakan “Ibu, harus kreatif!”. Jadi saya baca buku-buku." Melalui buku-buku tersebut, Maisi dan suaminya banyak belajar tentang bagaimana mendidik Intan. Maisi: "Saya memperlakukan Intan seperti anak normal. Saya suka bilang “Intan, nih, mama lagi ngapain, nih?”. Jadi saya taruh dia di box, walau saya masak atau bebenah, dia lihat. Karena anak down syndrome tidak bisa yang abstrak. Umur 8 bulan dia mulai saya ajar ngomong. Aduh, saya sampai nangis setengah mati. Kata kan begitu banyak, gimana nih cara ngajarinnya? Saya nggak tahu darimana itu, pasti itu Tuhan yang memberi kekuatan kepada saya. Ternyata anak ini bisa nyerocos." Januar (ayah): "Dengan kita menganggap bahwa tiap anak punya potensi, ya yang kita mau gali ya potensinya, gitu. Dari kecil keliatan kalau dia senang musik. Akhirnya kita kasih kesempatan. Kita belikan CD, kita belikan karaoke, sehingga benar-benar ia ekspresikan dirinya." Kerja keras dan perhatian penuh dari orang tua, membuat pertumbuhan Intan berkembang pesat. Seperti anak normal lain, Intan mampu mengerjakan pekerjaan rumah serta memiliki beberapa ketrampilan lainnya. Januar: "Ini semua kan kita nggak pengalaman, nggak tahu, nggak dididik. Tapi itu semua seolah-olah ada tuntunan Tuhan. Bahwa kita musti begini, begitu. Dalam mencari informasi dan mencari orang pun seolah ada yang menuntun. Kita nggak tahu, tiba-tiba bisa ketemu orang yang bisa memberikan buku, dll. Jadi dari situlah kita rasakan dan harus kita akui bahwa kita ini nggak ada apa-apanya, nggak ada artinya, kalau Tuhan tidak mau membantu kita." Kehadiran Intan mendorong Maisi bersama beberapa teman mendirikan sekolah DIAN GRAHITA, sebuah sekolah khusus bagi penyandang down syndrome. April 1999, Maisi kemudian membentuk Ikatan Sindroma Down Indonesia. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, ISDI mengangkat anak-anak penyandang down syndrome untuk mulai berprestasi di dunia internasional. Januar: "Jadi kita melihat bahwa ini semua karunia Tuhan. Jadi bukannya beban yang Tuhan berikan kepada kami, kita juga merasa bangga bahwa kita bukan bisa membimbing Intan saja, tapi banyak yang lain-lain juga kita bantu. Dan kita senang sekali kalau bisa membuat seorang anak yang tadinya diangap oleh orang tuanya nggak bisa apa-apa, tapi akhirnya bisa berbuat banyak. Itu sesuatu yang rasanya nggak bisa dibayar dengan uang. Dan jelas bahwa itu bukan kemampuan kita. Kita diberikan kekuatan itu oleh Yang Diatas." Saat ini, Intan menjadi asisten guru tari untuk anak-anak yang menyandang down syndrome, serta mempunyai penghasilan sendiri. Intan: "Intan berterimakasih sama Tuhan, karena Intan punya mama papa yang membantu Intan percaya diri." 1 Korintus 15:10, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Intan Sartika - Maisi Wiryadi ]
~ KESAKSIAN KENJI MICHITAKASAGO: "BOCAH PENUH PENDERITAAN" ~ Awalnya Kenji Michitakasago cukup bangga memiliki seorang papa yang asli Jepang. Setahun dua tahun, ia bersama keluarganya merasakan kebahagiaan, kasih sayang dari orang tua, dan bahagia sekali. Tapi sejak kehadiran orang ketiga, sikap papa Kenji menjadi berbeda sekali. Bahkan penyiksaan-penyiksaan yang tidak mereka sangka, itu bisa terjadi. Bujuk rayu dari wanita selingkuhan itu membutakan hati ayah Kenji. Ia tega melakukan perbuatan yang kejam kepada Kenji dan Akira, adik Kenji. Pernah ketika Kenji dan Akira mengganggu ayah Kenji bersama wanita selingkuhannya, ayah Kenji mengikat Kenji dan Akira lalu menggelindingkan mereka dengan tangga dari lantai atas ke bawah. “Waktu itu saya berpikir hidup saya hanya sampai disini. Sepanjang saya ditendang bergelinding saya hanya bisa menangis,” kisah Kenji. Kenji tak menduga bahwa perlakuan sadis papanya belum berakhir. Hingga satu malam peristiwa tak terduga mengejutkannya. Ketika ia beserta adiknya dan mamanya sedang tidur, papanya melemparkan kaleng susu yang terbuka yang berisikan kelabang-kelabang. “Saya terbangun ketika ibu saya berteriak minta tolong. Ayah saya melemparkan kaleng berisi kelabang itu bermaksud seandainya saja kami bisa dibunuh, jadi orang akan mengira kami mati karena ini. Tapi ternyata sewaktu itu saya merasakan bahwa Tuhan itu menjaga kami. Dan papa dengan santainya mengambil baju lalu pergi tidak terjadi apa-apa. Jadi kami seperti dianggap seakan-akan kami palingan akan mati. Ia tidak merasakan apa-apa jika istri dan anak-anaknya mati. Ia tidak meninggalkan uang atau apa-apa, setelah itu ia hanya mengangkut baju lalu pergi,” kisah Kenji. TINGGAL BERSAMA PAPA TIRI. Dikarenakan tak sanggup menanggung beban yang menindih hidupnya, Kenji bersama mama dan adiknya merantau ke Jakarta dan mencoba hidup yang baru. Di Jakarta Kenji dikenalkan dengan seorang pria yang akan menjadi ayah tirinya. Kenji MichitakasagoKenji berkisah, “Hubungan papa tiri dengan saya dari awal sudah tidak baik semenjak bertemu. Suatu ketika ketika subuh saya dibangunkan untuk menyiapkan makanan untuk dia, dan saya tidak bangun. Kemudian dia tendang saya, dia menyeret saya keluar dari kamar dan saya diikat. Mama saya tidak bisa menolong, dan hanya bisa diam saja. Dan ia hanya bisa menangis. Saya cuma merasa ketakutan sekali. Saya memikirkan ayah saya dan berpikir, ‘Kalau boleh papa saya tuh mati.’ Perihnya pukulan dan aniaya dari ayah tirinya membuat Kenji memutuskan untuk meninggalkan rumahnya. “Waktu saya di jalan, saya tidurnya di kolong jembatan, di stasiun rel kereta api, di pinggir jalan… Itu menjadi tempat tidur saya,” kisah Kenji. Kenji ingin bekerja dengan keringatnya, dengan halal, meskipun ia harus menyemir sepatu di jalan. “Dan waktu itu saya tidak berpikiran dengan uang yang berkelimpahan. Saya hanya berpikir saya mau merasakan tidak ada lagi orang yang menyiksa saya. Dan saya juga bisa bermain game, di tempat mainan ding-dong, dengan uang mainan saya sendiri tanpa penyiksaan dari ayah tiri saya. Itu yang saya cari di jalan.” Di jalanan saya mulai berani menawarkan diri untuk menyemir sepatu orang. Itu yang Kenji lakukan hari demi hari. Hingga suatu ketika Kenji bertemu dengan seorang pelanggan dimana ketika ia membayar tetapi Kenji tidak memiliki kembalian karena orang itu adalah pelanggan pertamanya di hari itu. Lagi-lagi Kenji menemukan siksaan. Pelanggan itu menganggap Kenji berbohong lalu mengusir Kenji dengan menendangnya. “Akhirnya saya jalan tanpa hasil uang yang seharusnya saya dapat. Selagi jalan saya merenungi nasib saya – “Kenapa kok penyiksaan ini datang lagi?” Di sepanjang jalan saya menangis. Saya bilang hidup saya itu seperti tidak ada artinya,” kisah Kenji. Penderitaan yang dialami Kenji seakan tak akan pernah berakhir. Ditinggalkan oleh ayah kandungnya. Disiksa oleh ayah tirinya. Hingga membuatnya memilih tinggal di jalan. Kenji merasakan bahwa hidupnya seakan tidak ada artinya lagi. “Ketika berjalan di pinggir jalan tuh ingin bunuh diri. Saya merasa kaki saya berat sekali untuk melangkah ke tengah jalan itu. Saya tidak tahu kenapa…” kisah Kenji tentang percobaan bunuh dirinya yang ia ingin lakukan ketika berusia 9 tahun. Tinggal bersama tante, apakah kehidupanku akan berubah? Selepas dari percobaan bunuh diri itu, Kenji diajak tinggal bersama dengan tantenya. Namun ia tak pernah menyangka akan apa yang harus ia hadapi di sana. Kenji Michitakasago“Waktu itu kebetulan tante saya pergi ke luar kota selama 3 hari. Dan waktu itu, anak-anak tante saya itu menyiksa saya. Mereka menyuruh saya menyeterika seragam sekolah mereka. Jika saya tidak lakukan apa yang mereka suruh, mereka akan menyeterika tangan saya. Setelah saya diseterika, mereka memperlakukan saya seperti binatang juga. Saya dimasukin di kandang anjing herder dan saya disuruh tidur disana bersama dengan adik saya. Disitu saya merasakan seperti binatang. Saya dijadikan satu dengan anjing, tidur disana, makannya disana, dan buang air juga disana,” kisah Kenji menceritakan bagaimana ia mendapati siksaan juga di tempat tinggalnya yang baru. Saudara-saudaranya melakukan itu semua dikarenakan sirik dengan perlakuan tantenya. Jadi saudaranya melakukan itu agar Kenji dan adiknya tidak betah di rumah. Terus siksaan itu Kenji alami dan mereka juga mengancam Kenji agar tidak menceritakan hal tersebut kepada mami mereka atau tante dari Kenji. TERKATUNG-KATUNG MENJADI ANAK JALANAN. “Suatu ketika akhirnya saya tidak tahan dan saya ngomong ama tante. Akhirnya tante emosi dan menghajar anak-anaknya. Setelah tante itu menghajar anak-anaknya, saya kabur, dan kembali lagi ke jalan,” kisah Kenji. Saat kembali ke jalanan, Akira, adik Kenji, memutuskan untuk berpisah dengan Kenji. Kenji tak bisa berbuat apa-apa. “Saya sempat sedih juga… Kenapa saya harus berpisah dengan adik saya padahal saya sudah berpisah dengan papa. Kenapa Tuhan itu jahat? Kenapa Tuhan itu tidak ada ketika saya mengalami penyiksaan begitu luar biasa, Tuhan itu tidak menolong saya… Hanya diam. Kenapa Tuhan seperti itu? Tidak ada Tuhan. Saya tidak bisa merasakan yang namanya Tuhan.” Hingga suatu hari Kenji belum makan selama dua hari karena belum mendapatkan pelanggan. Ia berdiri di depan rumah makan cepat saji dan memandangi sebuah keluarga yang begitu harmonis memakan makanan bersama. Kenji merasakan kerinduan menginginkan keluarga seperti yang ia lihat. Kenji hanya termenung saja dan terdiam. Setelah keluarga keluar sehabis makan, Kenji masuk dan memunguti tulang-tulang sisa makanan mereka. Ketika Kenji mengambil sisa makanan itu, ia dikejar sekuriti. “Waktu saya dikejar sekuriti saya lari dan berpikir saya mungkin akan ditangkap dan dipukuli lagi. Saya coba terus lari dan membawa tulang ayam yang saya dapatkan. Sampai di tempat yang aman, saya melanjutkan memakan makanan itu. Di situ saya merasa hancur. Kenapa penderitaan ini rasanya terus terjadi lagi tak habis-habis. Saya harus memakan makanan sisa orang. Saya hanya bingung dan saya menikmati makanan tulang ayam itu selayaknya orang makan,” Kenji berkisah sambil menitikkan air mata. Kehidupan di jalanan yang keras harus ia jalani selama bertahun-tahun. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupnya. Aon SantosoSeorang pria bernama Aon Santoso yang sedang dalam perjalanan menuju pelayanan. Ia melihat Kenji dan hanya berpikir mungkin Kenji hanya seorang anak nakal yang ingin bermain di jalan sampai malam dan belum pulang. “Setelah satu minggu saya telusuri dia, dia bercerita. Dua hari… satu malam… anak sembilan tahun untuk mengisi perut dengan tulang-tulang ayam bekas orang. Sebagai pelayan Tuhan saya bergumul dan akhirnya saya putuskan untuk membawa dia pulang,” kisah Aon Santoso mengenai terbebannya hatinya melihat keadaan Kenji. PERUBAHAN HIDUP MENGENAL TUHAN. Kenji pun berkisah mengenai perubahan hidupnya semenjak mengenal Ko Aon, “Perlahan-lahan kehidupan baik luka batin saya dan segala sesuatu yang saya alami semenjak masa kecil saya… Itu dipulihkan. Saya sepenuhnya mengampuni mama saya, papa tiri saya bahkan papa kandung begitu juga dengan saudara-saudara yang pernah menyiksa saya. Mulailah saya mengenal Tuhan yang sesungguhnya, bahwa Tuhan itu ada. Dan Tuhan itu tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan apapun.” Suatu ketika Kenji memainkan kibord di rumah ko Aon dan ternyata Kenji memiliki bakat untuk bermain kibord. “Sewaktu itu Kenji tidak mempunyai kepercayaan diri,” kata Aon. Tetapi karena Kenji ingin untuk belajar memainkan kibord, meskipun biaya belajar alat musik kibord cukup mahal… Kenji akhirnya pun giat belajar memainkan kibord. Dengan talenta yang dimilikinya, Kenji mengalami kemajuan pesat. Kasih karunia Tuhan menyertai Kenji hingga ia dapat menyelesaikan album pertamanya. “Saya berjumpa dengan Tuhan, saya bisa berubah drastis, karena saya diberikan kedamaian di hati. Suatu sukacita. Saya juga bisa melayani orang-orang yang membutuhkan kasih sayang. Di situ saya merasakan bahwa hidup saya berarti dan saya bisa menjadi berkat buat orang,” kisah Kenji mengenai perubahan hidupnya yang drastis setelah mengenal Tuhan. Kehidupan Kenji pun diubahkan saat ia menemukan kasih sejati dari Tuhan Yesus. “Perbedaan hidup saya dahulu itu… gelap dan kelam. Tetapi setelah saya mengenal Tuhan dan mencari jalan keselamatan, hidup saya itu cerah… ceria… dan senang sekali.” TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Kenji Michitakasago ]
~ KESAKSIAN RINI WIRAWAN: "ANAKKU ADALAH ANUGERAH TUHAN" ~ Rini Wirawan adalah seorang yang diberkati Tuhan. Bagaimana tidak, Rini mempunyai keluarga yang harmonis, bahkan segala keinginannya diberikan Tuhan kepadanya. Mulai dari diterimanya dia di univesitas terkenal, bisa bekerja di perusahaan yang terkenal, hingga memiliki suami yang sangat baik. Menurutnya, apa yang dia inginkan, pasti dapat. Hingga pada suatu ketika datanglah sebuah ujian di dalam kehidupan keluarganya. Rendi, anak pertama dari Rini dan suaminya yang pada awalnya lahir normal menderita autis. Mengetahui hal ini, Rini merasa seperti disambar petir di siang bolong. “Memang yang pertama kali terpikir berarti anak saya tidak normal. Jadi apa yang harus saya lakukan karena saya tidak tahu harus melakukan apa? Perasaan saya pada saat itu sangatlah sedih.” ungkap Rini. Namun, Rini tetap berusaha memperlakukan Rendi sebagai anak yang normal dan memasukkannya ke sekolah umum, meski harus menanggung resiko, yakni malu. Menurut Rini, kelakuan Rendi di sekolah waktu kecil memang berbeda dari anak-anak normal lainnya. Ketika anak-anak lain bernyanyi, Rendi malah naik ke meja. Bosan naik ke meja, dia lantas turun ke bawah (lantai), dia melentangkan badannya ke lantai dan menggerak-gerakkan badannya seperti mengepel. Lebih parahnya lagi, Rendi sering menjerit bila dipegang oleh gurunya agar membuatnya tenang. Sudah cukup dipusingkan dengan perilaku Rendi, Rini menghadapi kenyataan adanya perubahan yang cukup signifikan antara dia dan suaminya. Suami Rini yang terkesan lebih santai, sedangkan dia adalah begitu panik membuat keduanya seringkali berselisih paham. Hingga diakui oleh Rini, pada masa itu, hubungannya dengan suami agak renggang. Rini tidak mau menyerah pada kenyataan, segala usaha tetap diupayakan demi kesembuhan Rendi. Telah banyak waktu dan biaya yang dihabiskan, namun belum juga ada perubahan yang berarti. “Pada saat berusia 5 tahun, dia belum berbicara juga. Awal kan saya lakukan dengan terapi, terapi, terapi” kata Rini menjelaskan perkembangan anaknya pada waktu itu. Rini mulai putus asa, namun saat tampak tidak ada pengharapan lagi. Sebuah seminar mempertemukannya dengan seseorang yang membukakan pola pikir yang baru baginya. Rini berbicara dengan orang tersebut mengenai apa yang dialaminya. Saat dia mulai memperlihatkan keputusasannya, orang tersebut malah memberikan kata-kata penguatan bagi Rini. Orang tersebut mengatakan bahwa dia seharusnya bersyukur karena Tuhan memberikan kepercayaan dari Tuhan merawat anaknya dan tidak banyak orang yang dipercayakan seperti itu oleh Tuhan. Mendengar hal itu, keyakinan Rini kepada Tuhan kembali tumbuh. Keyakinan Rini kepada Tuhan yang semakin kuat membuat dirinya tidak berhenti berdoa kepada Tuhan bagi anaknya. Rini berkata kepada Tuhan, agar memberikan panjang umur supaya dia bisa menjaga anaknya dan melihatnya hidup mandiri. Dan mukjizat pun terjadi. Perkembangan Rendi semakin lama semakin luar biasa padahal menurut medis, dia tidak akan mengalami perubahan (stagnan). Rendi yang sekarang ini duduk di kelas 5 SD, menurut Rini merupakan anak yang cerdas. Terbukti dari nilai pelajaran yang diterimanya di sekolah, Rendi merupakan siswa dengan nilai kedua terbesar di kelas. Rini percaya hal itu dapat terjadi karena dia berserah kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya setiap hari. Rini mengakui kehadiran Rendi membuatnya menjadi orang yang berusaha hidup dalam jalan-jalan Tuhan. Dia merasa apa yang akan diambilnya, ia harus mempertimbangkan dengan matang, apakah dia berada di jalan Tuhan atau bukan. “Rendi sayang sama papa dan mama. Rendi sayang mama karena mama suka membantu saya belajar. Rendi sayang sama Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus sudah memberkati kita.” ujar Rendi. “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah memberkati kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa. Amin. ” doa yang dinaikkan Rendi kepada Tuhan dengan sedikit terbata-bata. “Saya sangat berterima kasih sekali bahwa Tuhan memberikan kepada saya dan mempercayakan kepada Rendi kepada saya. Saya merasa terpilih sama Tuhan dan memberikan kesempatan saya untuk bisa menunjukkan bahwa saya mampu” kata Rini mengakhiri kesaksiannya. TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai Anda selalu... [ Sumber: Rini Wirawan ]