Senin, 28 November 2011

Tanu Wijaya, Kecanduan Seks & Pornografi

Video Kisah Nyata – Pertobatan dari Kecanduan Seks dan Pornografi
Tanu Widjaya, kecanduannya pada seks membuat ia terikat pada dosa pornografi selama bertahun semenjak ia kecil hingga dewasa.
“Pertama kali saya melihat hal-hal yang sifatnya erotis, pada waktu masih duduk di bangku sekolah dasar. Oleh beberapa teman, saya diajak melihat wanita yang sedang mandi dari atas atap,” ujar Tanu kepada Tim Solusi.
Berawal dasi situlah rasa penasaran Tanu terhadap pornografi semakin menjadi-jadi. Dan itu dilakukannya bersama-sama teman sepergaulannya.
Dari pergaulan dengan teman-temannya semasa sekolah dasar, ia mulai mengenal buku-buku yang berbau pornografi, dan dari mereka juga ia mengetahui cara berhubungan dengan hewan seperti ayam.
Di lain waktu tanpa sengaja, Tanu melihat Ayahnya sedang nonton film porno di kamar. Mulai dari situ Tanu mengetahui bahwa Ayahnya ternyata memiliki banyak koleksi film porno dan gambar-gambar erotis.
“Kalau ayah saya pergi dan rumah kosong, maka kesempatan itu saya gunakan untuk nonton film porno, karena saya sudah tahu di mana biasanya Ayah saya menyimpan filmnya,” ujarnya lagi.
Biasanya setelah menyaksikan film porno Tanu langsung onani, dan hal itu bisa dilakukannya sampai 7 kali dalam sehari. Tanu semakin terikat dengan pornografi dan seks, bahkan berlanjut sampai ia dewasa.
Pada suatu hari, orang tua Tanu memberikan beberapa foto masa kecilnya dimana dalam foto tersebut Tanu mengenakan baju wanita. Dan ketika Tanu menanyakan kepada Ibunya kenapa ia dipakaikan pakaian wanita, ibunya hanya menjawab bahwa ia memang cocok dengan pakaian wanita dan seharusnya Tanu menjadi seorang wanita bukan pria. Apa yang dikatakan oleh orang tuanya tertanam dalam diri Tanu, hingga ia berperilaku layaknya seorang wanita.
“Sifat saya cenderung ke arah wanita, dan saya pernah mencoba menjadi seorang wanita dengan tampilan yang benar-benar wanita. Akan tetapi saya bukan gay atau homo, karena saya masih tetap menyukai wanita. Dan saya juga pernah belajar bagaimana caranya berhubungan dengan sesama jenis, dimana saya melakukan percobaannya kepada adik saya ketika ia tertidur,” ujar Tanu dengan wajah penuh penyesalan.
Kecanduannya terhadap pornografi terus berlanjut sampai ia menikah pada tahun 2002.
“Awal pernikahan kami berjalan dengan baik dan bahagia. Tetapi memasuki bulan kedua istri saya hamil dan semenjak itulah saya meresa kesepian lagi dan mulai beralih kepada wanita lain,” ungkap Tanu.
Walaupun Tanu sudah menikah, ia semakin terpuruk dengan keterikatannya terhadap pornografi sehingga akhirnya dosa perselingkuhan dan pengkhianatanpun dilakukannya.
Menurut Naomi, istri Tanu, suaminya sering mengantar jemput wanita selingkuhannya dan Naomi pun dapat merasakannya melalui naluri seorang istri. Dan ternyata hal itu memang benar. Akan tetapi Tanu selalu berkata bahwa hal itu biasa dan wajar saja.
Perselingkuhan yang di jalani Tanu akhirnya berujung pada satu resiko yang harus ditanggungnya. Selingkuhan Tanu datang kepadanya dan berkata bahwa ia sudah terlambat datang bulan. Mendengar pengakuan itu, Tanu menjadi stres dan terus dilanda kecemasan.
Justru dari sinilah awal teguran Tuhan kepada dirinya. Pikirannya menjadi kalut dan ia pulang ke rumah dengan wajah yang tegang karena merasa tidak tahu harus berbuat apa lagi, ditambah lagi dengan perasaan bersalah ketika ia berhadapan dengan istrinya sendiri.
Malam berikutnya Tanu tidak bisa tidur, ia sudah putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Akan tetapi ia teringat akan Tuhan. Dalam doanya, sambil menangis Tanu berkata, “Tuhan, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Pertama saya sudah berdosa terhadap Engkau dan yang kedua kalau wanita selingkuhan saya ini hamil, saya tidak tahu harus berbuat apa.”
Kembali Tanu memohon kepada Tuhan, katanya, “Tuhan, saya minta satu mujizat saja. Kalau wanita itu tidak hamil, saya akan benar-benar bertobat dan akan meninggalkan wanita tersebut. Saya akan kembali kepada istri saya dan memulai hidup yang baru. Dan saya akan meninggalkan semua dosa-dosa saya yang lama termasuk pornografi.”
Akhirnya doa Tanu dijawab oleh Tuhan, namun masalahnya tidak selesai begitu saja. Tanu harus mengalami resiko penolakan dari istrinya.
“Waktu saya mengakui perbuatan saya, saya pikir istri saya akan mengampuni saya, ternyata tidak sama sekali, istri saya sulit untuk mengampuni saya,” ujar Tanu.
Akhirnya setelah 2 tahun berlalu barulah Naomi benar-benar mengampuni Tanu. Menurut Naomi, itu semua sebuah proses dimana ia harus menerima Tanu apa adanya. Kasih mula-mula ia munculkan kembali dan dari situ Naomi mulai belajar mengampuni Tanu.
Diawali dengan pertobatan yang sungguh-sungguh, sejalan dengan waktu, perlahan tapi pasti, Tuhan pun memulihkan kehidupan keluarga Tanu Widjaya.
“Saya bersyukur kalau saya bisa bebas dari dosa pornografi yang telah mengikat saya dari kecil sampai saya menikah. Dan saya melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya itu bukan kebetulan, tetapi itu semua karena Tuhan,” ujar Tanu menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 29 Oktober 2008 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Nara sumber :
Tanu Widjaya

Terkena Typhus Karena Jajan Sembarangan

Sumber Kesaksian: Pati Ginting
Karena kebiasaannya jajan sembarangan seorang pemuda yang bernama Pati Ginting harus berurusan dengan ruang operasi. Pasalnya ia sering jajan makanan sembarangan tanpa memperhitungkan kebersihan tempat dan makanan yang dijajakan itu sendiri. Hal tersebut membuat ia menderita Tipus, yang pada awalnya ia merasakan sakit perut yang luar biasa dan rasa sakit itu semakin luar biasa.
Akhirnya keadaan itu diketahui abangnya, kemudian ia dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit dokter memvonisnya untuk dioperasi karena ia mengalami komplikasi pada bagian usus, yang menyebabkan pendarahan setiap kali buang air besar. Seluruh sprei sudah penuh dengan darahnya, sementara itu dua orang perawat sedang menyiapkan tempat tidur baru untuk memindahkannya keruang operasi…..tiba-tiba terdengar ketukan pintu, seorang pendeta masuk dengan langkah yang pasti dan segera minta ijin untuk mendoakan Pati.
Kedua perawat mempersilahkan dan meninggalkan keduanya di dalam kamar. Si pendeta mengajak Pati untuk berdoa dan saat itu Pati mengimani kesembuhan dari Tuhan pasti terjadi. Setelah berdoa si pendeta berkata “Pati engkau sudah sembuh!”
Setelah si Pendeta meninggalkannya Pati tertidur, tak lama kemudian dokter yang hendak mengoperasi masuk ke ruangan itu. Karena melihat Pati tertidur ia menugaskan perawat untuk membangunkan Pati satu jam lagi. Setelah satu jam kemudian seorang perawat mulai mengadakan pemeriksaan rutin pada tubuh Pati. Ada hasil pemeriksaan yang aneh menurut perawat, akhirnya dokterpun dipanggil untuk memeriksa Pati kembali. Ternyata benar keanehan yang dilihat perawat tersebut adalah kenyataan yang sebenarnya…Pati sudah sembuh total setelah bangun dari tidurnya, Tuhan menyembuhkannya.
Mukjizat adalah sesuatu yang nyata sampai saat ini untuk orang yang berharap pada Tuhan. Pati mengakui bahwa ada sedikit keraguan saat diberitahu bahwa Tuhan dapat menyembuhkannya. Ia Yakin Tuhan sanggup namun ia tidak yakin kalau Tuhan mau menyembuhkannya. Yang ia lakukan hanya berharap dan berserah dan akhirnya terjadi sesuatu………ia sembuh total.

Mayasari, Masih Ada Kasih Di Hati

Mayasari lahir dan di besarkan di lingkungan seniman. Ibunya adalah seorang penyanyi. Beranjak dewasa ia sebenarnya ingin seperti remaja lainnya yang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, namun sebaliknya kasih sayang itu hanya sebuah mimpi bagi Mayasari.
Ketika berusia 19 tahun, hidupnya mulai berantakan walaupun Mayasari sukses menjadi seorang penyanyi. Dari satu panggung ke panggung lain, uang pun dapat ia peroleh dengan mudah. Apapun yang ia inginkan pasti akan terpenuhi.
Kasih sayang yang selama ini ia cari ia dapatkan dari para tamu yang sering mengajaknya kencan. Pergaulan bebas menjadi jalan hidupnya.
“Aku merasa nyaman kalau aku berhubungan dengan orang yang lebih dewasa. Aku butuh kasih sayang, apapun akan kukorbankan, asalkan orang itu sayang sama aku,” ujar Mayasari kepada Tim Solusi.
Dari hubungan bebasnya itu akhirnya Mayasari hamil, tetapi ia memutuskan untuk melakukan aborsi. Saat berbaring di tempat tidur setelah melakukan aborsi, Mayasari teringat akan masa lalulnya ketika ia masih kecil. Sebuah kenangan pahit yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Dalam kenangannya tergambar sebuah pertengkaran hebat antara ibu dan ayahnya. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat sang ayah menampar wajah ibunya.
Saat itu juga ia menjadi rebutan antara kedua orang tuanya. Ia dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit untuk ukuran seorang anak kecil. Ia diharuskan untuk memilih, ikut ibu atau ikut ayah… Karena ia melihat ayahnya yang menampar ibunya, maka ia memilih untuk ikut bersama sang ibu.
Ternyata pilihannya salah. Beberapa waktu kemudian sang ibu tidak lagi memperhatikan kehidupannya, bahkan ia ditelantarkan dan dititipkan kepada saudaranya. Sejak itulah Mayasari benci sekali kepada ibunya.
Berkali-kali Mayasari mencoba bunuh diri karena kekecewaan yang mendalam akan keluarganya, tetapi selalu saja ia diselamatkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. “Aku benci sekali dengan hidupku, aku ingin mati saja,” ujar Mayasari sambil menangis.
Setelah melakukan aborsi, Mayasari kembali menjalani hidupnya dengan penuh ketidakpastian dan kebimbangan. Kembali ia tengelam dalam nikmatnya shabu-shabu. Sampai pada suatu titik ia benar-benar sudah bosan dengan shabu-shabu karena ia tidak bisa menemukan jalan keluar yang baik bagi hidupnya. Pada suatu malam ia tengah menyaksikan sebuah acara rohani di televisi.
“Dalam acara itu dikatakan ada seseorang pada malam ini sedang mengalami kepahitan yang mendalam kepada orang tuanya,” ujar Mayasari. Dan dengan yakin ia percaya pasti orang itu adalah dirinya. Pada saat itu juga tangis Mayasari pun pecah, apalagi pada acara tersebut ada ucapan yang berbunyi, ’Anak-Ku, Aku tidak akan meninggalkanmu menjadi yatim piatu’. Setelah menyaksikan acara tersebut, Mayasari kemudian berdoa kepada Tuhan dan ia juga mengambil langkah iman untuk mengakhiri semua jalan hidupnya yang kelam. Dan ia pun berjanji di hadapan Tuhan untuk bertobat.
Akhirnya Mayasari benar-benar meninggalkan semua kehidupan liarnya dan kembali ke jalan yang benar. Kerinduan terbesar dalam hidup Mayasari adalah memulihkan hubungannya dengan orang tuanya. Beberapa waktu kemudian terjadi pemulihan antara Mayasari dengan ibunya. Mereka saling memafkan dan saling mengampuni. Dan saat ini yang paling Mayasari rindukan adalah bertemu dengan papanya yang sudah meninggalkannya selama 30 tahun.
“Aku menemukan kasih yang sejati, yaitu kasih Tuhan, dan ini yang membuat aku merasa hidup kembali sekarang ini,” ujar Mayasari menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 27 Oktober 2008 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber kesaksian :
Mayasari

Impian yang Sirna Akibat Sebuah Tabrakan Maut

Video Kisah Nyata & Kesaksian
“Saya merasa menjadi anak yang spesial pada waktu kecil. Saya bisa melakukan segala hal yang ada di sekolah dan juga menjadi harapan keluarga,” ujar Bambang kepada Tim Solusi.
Bambang memiliki keluarga yang sangat sederhana dan sangat mengasihinya. Ia menjadi harapan keluarga. Pada waktu kecil Bambang sering diajak naik motor oleh Ayahnya. Selama perjalanan Ayahnya selalu bilang bahwa ia harus menjadi orang yang berhasil.
Kata-kata itu yang selalu dingat oleh Bambang dan ia selalu berusaha membahagiakan ayahnya. Demi masa depan yang lebih baik, keluarganya rela memberikan yang terbaik bagi Bambang.
Menurut Franky Darmawan, kakak kandung Bambang, karena orang tua mereka terbentur biaya, maka sebagai kakak-kakaknya Bambang mereka mengalah. Mereka berharap biarlah Bambang yang sukses menjadi sarjana, mereka sudah rela.
Masa depan yang penuh kepastian siap menanti untuk digapai oleh Bambang. Namun sebuah peristiwa tragis terjadi dan mengubah sejarah hidupnya.
Suatu siang bersama teman-teman kuliahnya, Bambang hendak pergi ke suatu tempat menggunakan sebuah mobil. Di tengah perjalanan ternyata rem mobil tidak berfungsi sama sekali dan sebuah tabrakan maut pun terjadi.
Ketika sadar dari pingsannya, Bambang menemukan dirinya terbaring di tengah jalan dan kap mobil menindih sebagian kakinya. Setelah kap mobil itu diangkat, sebagian kaki Bambang dipenuhi darah, pasir dan kaca. Bambang pun kemudian dilarikan ke rumah sakit dan kakinya langsung dioperasi saat itu juga.
Saat Bambang tersadar setelah menjalani operasi, hati Bambang menjerit dengan keras saat menyaksikan kaki kirinya dalam keadaan meyedihkan. Rasa sakit yang dirasakannya pun sungguh tak tertahankan. Selama Bambang dirawat di rumah sakit, kedua orang tuanya dengan setia menemani Bambang.
“Dunia ini terasa gelap, karena harapan kami hanya kepada Bambang. Kami sungguh berharap dia akan menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sarjana,” ujar Lili Widjaja, ibunda Bambang, sambil menangis.
Selama berada di rumah sakit, perasaan kecewa mulai menyelinap ke dalam hatinya. Bambang kecewa kepada Tuhan dan ia tidak dapat menerima musibah yang telah dialaminya. Ia selalu mempertanyakan Tuhan, kenapa bukan teman-temannya yang mengalami hal seperti ini.
Hari demi hari, perasaan kecewa yang dirasakan Bambang terhadap Tuhan semakin mendalam. Namun Bambang sadar, seringkali Roh Kudus berbicara di dalam hatinya.
“Ketika saya sedang sedih di rumah sakit, saya mendengar satu suara yang berbunyi, ‘Bambang, sekalipun manusia meninggalkan kamu, Aku tidak akan meninggalkan engkau’,” ujar Bambang.
Hati Bambang mulai diliputi kebingungan. Yang ia ingin agar Tuhan atas dirinya adalah secepatnya keluar dari rumah sakit dalam keadaan sembuh. Namun impiannya itu tidak juga terwujud. Apalagi sampai pada akhirnya saat dokter mengijinkannya pulang, ia divonis akan menjadi cacat seumur hidup.
Kecelakan itu menghancurkan seluruh mimpi dan harapan keluarganya. Bambang pulang dari rumah sakit dengan hati yang hancur dan pedih. Ia merasa telah gagal mewujudkan harapan keluarganya.
Hati Bambang semakin hancur setelah mendengar apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Mereka mengatakan bahwa Bambang telah melakukan suatu dosa makanya ia dihukum Tuhan dan menjadi orang cacat. Namun Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Bambang seorang diri.
“Saya berharga di mata Tuhan. Itulah yang membuat saya bersemangat. Perlahan tapi pasti, saya mulai bangkit. Kuliahpun dapat saya selesaikan dan menjadi lulusan yang terbaik. Semua karena kasih anugerah Tuhan semata,” ujar Bambang.
Saat ini Bambang telah menjadi pemilik dari “Family Discovery”, sebuah pelayanan konseling keluarga yang memulihkan begitu banyak keluarga yang berada di ambang kehancuran. Hidupnya begitu diberkati Tuhan. Dan secara luar biasa Tuhan memakai hidup Bambang untuk memberkati orang lain. Pelayanan keluar negeri acap kali telah dilakoninya. Dan penyertaan Tuhan Yesus atas hidup Bambang sungguh nyata. Janji Tuhan yang dinyatakannya secara pribadi saat Bambang berada dalam titik nadir terendah dalam hidupnya telah digenapi dengan indah. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 15 Oktober 2008 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Nara sumber :
Bambang Syumanjaya

Mujizat Terjadi Setelah Di Vonis Lumpuh & Meninggal

Aku tak pernah mengira bahwa satu waktu dalam hidupku aku akan menjadi orang yang tidak berguna. Pada saat usia kehamilanku mencapai 2 bulan, aku mengalami pendarahan. Sejak kejadian itu, dokter menyatakan bahwa aku mengalami sakit yang aneh. Seluruh badanku memang terasa sakit dan menurut analisa dokter, aku mengalami infeksi kandungan karena waktu dikuret tidak bersih. Obat demi obat sudah aku minum tetapi aku tidak kunjung sembuh. Aku mencoba mendapatkan diagnosa dari berbagai dokter. Namun tidak ada kepastian mengenai penyakit yang aku derita.
Satu kali, aku ingin membuatkan anakku Indomie rebus. Jadi, aku tuang air panas dari termos ke atas mangkok berisi Indomie, yang aku taruh di atas pangkuanku. Saat air panas dituang, mangkok sedikit goyang dan mengenai pahaku. Aku pun bergerak refleks tetapi air panas itu malah tumpah semua dan mangkok pun jatuh ke lantai. Karena peristiwa itu, aku merasa kesakitan dan shock. Sebagai seorang mama, aku merasa tidak berguna karena untuk menyiapkan Indomie rebus buat anakku saja, aku tidak mampu. Jadi, untuk apalagi aku hidup?
Beberapa waktu kemudian, seorang temanku merekomendasikan nama seorang dokter spesialis tulang yang sangat terkenal dan dengan berbekal informasi ini, aku memberanikan diri sekali lagi pergi ke dokter. Aku berharap aku bisa bebas dari penderitaan yang sudah berjalan selama 2 tahun ini. Namun sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan justru aku terima. “Kedua tulang pinggul Ibu Lily sudah rusak dan hancur. Ibu mengalami osteoporosis dan tulang sendi yang berbentuk bulat pun sudah tidak ada bantalannya lagi karena remuk”, kata dokter spesialis itu kepadaku dan suamiku.
Dokter menyarankan, agar tulang panggulku segera dipotong dan diganti dengan tulang dari bahan titanium. Untuk itu, aku harus menjalani operasi yang menelan biaya hampir Rp. 200 juta! Masih menurut dokter, pasca operasi, si pasien kemungkinan besar akan lumpuh total dan bahkan pada akhirnya meninggal muda. Dokter lalu melanjutkan penjelasannya: “Kalau untuk penyembuhan seperti ini sangat sulit. Bahkan pengobatan yang bertahun-tahun pun belum tentu membawa kesembuhan bagi si pasien. Apalagi, si pasien harus diberikan suntikan yang berkali-kali. Menurut prediksi saya, sudah paling top bila Ibu Lily bisa mencapai umur 38 tahun”.
Penuturan dokter membuatku seakan-akan tahu hari kematianku dan aku tidak punya harapan lagi untuk bisa hidup. Hanya di dalam doa, aku bisa berseru kepada Tuhan: “Aku akan meninggalkan anak-anakku. Namun kenapa Engkau, Tuhan mau mengambilku yang masih harus mendidik dan membesarkan anak-anaku? Aku ingin hidup lebih lama karena tugasku di dunia belum selesai…” Walaupun aku tahu bahwa aku bakalan lumpuh dari mulai pinggul dan merembet hingga ke tulang belakang, aku tetap masih menyimpan harapan kepada Tuhan.
Atas permintaanku, suamiku membelikan aku sebuah lukisan Yesus dan menempelkannya pada dinding kamar kami. Lukisan itu mengingatkan aku akan kebaikan Tuhan dalam hidupku dan aku teringat kembali akan firman Tuhan yang sudah pernah aku dengar bahwa Tuhan sanggup menyembuhkanku. Aku merasa bersalah selama ini karena aku tidak percaya dan aku meninggalkan Tuhan.
Sampai satu hari, seorang teman suamiku datang ke rumah dan menawari 2 tiket untuk hadir di ibadah kesembuhan di Ancol oleh hamba Tuhan dari luar negeri, yang luar biasa dan sudah ditunggu-tunggu banyak orang. Akhirnya kami ambil tiket itu dan bersama-sama pergi ke sana. Namun di sana aku malah ditaruh di kumpulan orang-orang yang memakai kursi roda. Dalam hati aku mengeluh: “Aduh, koq seperti ini, ya. Aku masih muda tapi koq udah parah banget.” Malam itu, aku tidak menerima kesembuhan dan aku pulang ke rumah dengan badan yang cape dan lemas.
Hari kedua aku tidak mau datang karena merasa kecewa dan aku merasa Tuhan tidak sayang padaku. Suami sempat bingung karena aku tidak mau pergi. Namun teman-teman kami terus berusaha membujuk. Mereka berdoa dan mengatakan bahwa masih ada peluang di hari ketiga, yaitu esok harinya. Seorang hamba Tuhan bahkan bernubuat: “Kamu harus datang karena kamu pasti disembuhkan pada hari ketiga,” katanya. Aku pun semangat lagi dan yakin bahwa hari terakhir adalah kesempatan terakhir bagiku.
Keesokan harinya kami pergi ke ibadah kesembuhan dan pada pukul 4 sore, seorang nenek mendekati kami dan menanyai suamiku. Suamiku kemudian menjelaskan bahwa aku adalah istrinya dan bahwa seluruh sendiku terasa ngilu dan tidak bisa digerakkan lagi. Lalu sang nenek bersimpuh di dekat kakiku dan berdoa. Dalam doanya, ia mengatakan bahwa Tuhan sanggup melakukan mukjizat dan Tuhan sanggup membangkitkan orang yang lumpuh. Doanya benar-benar membuatku yakin bahwa Tuhan sanggup sembuhkan aku dan pada saat itu di pikiranku sama sekali tidak ada keraguan. Seperti orang normal yang diperintahkan untuk berdiri, aku lalu mencoba berdiri dan aku bisa berdiri tanpa rasa sakit!
Lalu si nenek menantang aku untuk terus berjalan dan berjalan. Puji Tuhan! Setiap langkah aku berkata: “Puji Tuhan. Tuhan luar biasa, Tuhan dahsyat!” Aku benar-benar merasakan Tuhan itu ada dan Tuhan itu ajaib. Ketika aku pergi ke dokter, ia merasa kagum dan kaget melihat aku bisa sembuh. “Saya turut berbahagia dan saya yakin semua berkat Tuhan Yesus,” ujar dokter yang memeriksaku. Suamiku pun merasakan sukacita yang aku rasakan: “Sebagai seorang suami melihat pendamping hidup saya sudah sembuh, saya senang sekali. Kehidupan saya sebagai suami jadi normal kembali. Apalagi, Tuhan mengizinkan istri saya bisa bekerja kembali dan keluarga juga bisa diberkati”.
Bagiku, kebaikan Tuhan itu luar biasa. Kalau dulu aku berharap kepada manusia tetapi ternyata aku salah. Ternyata cuma Tuhan Yesus yang bisa sembuhkan kita dan memberikan mukjizat yang luar biasa. Dan bahwa hanya Tuhan Yesus saja yang bisa melakukan perkara yang luar biasa! (Kisah ini sudah ditayangkan 14 Juli  2008 dalam acara Solusi di SCTV)
Sumber kesaksian:
Lily Sugiarto

Nyaris Di Jemput Ajal

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pada tanggal 15 Februari 2007, Jorwil sedang mengendarai sepeda motornya. Waktu itu pukul 3 sore dan ia pulang kerja melewati jalan Cibadak. Namun mendekati perempatan, ia merasa agak kurang nyaman. Perempatan yang akan ia lalui tampaknya rawan karena hanya lampu kuning saja yang menyala dan tidak ada cahaya dari arah kiri. Namun entah bagaimana, tiba-tiba dari arah kiri itulah melintas sebuah mobil. Jorwil tak melihat mobil itu datang dan ia tak sempat menghindar sehingga tabrakan pun tak terelakkan. Menurut saksi mata yang berada di tempat kejadian, Jorwil langsung ‘mental’ begitu ditabrak. Setelah itu, ia sekali lagi terlindas oleh ban mobil dan kemudian tubuh Jorwil masih terseret hingga 9 sampai 10 meter.
Ketika Ana, istri Jorwil, mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan dan tengah berada di UGD, ia mengira kecelakaan itu hanya tabrakan biasa. Namun sesampainya di rumah sakit, ia sangat terkejut. Rasa sedih, kuatir dan ngeri menjadi satu karena melihat kondisi sang suami yang ternyata sangat parah: kaki terlindas dan tempurung sebelah kiri lepas.
Kengerian dan keterkejutan tak hanya dirasakan Ana. Veronika, adik Jorwil, tak urung shock melihat kondisi kakaknya. “Saya punya keinginan dan doa bahwa Tuhan akan menyelamatkan keluarga kami. Tapi, mengapa caranya harus seperti ini?” protes Veronika kepada Tuhan pada waktu itu. Veronika yakin Tuhan akan menyelamatkan nyawa kakaknya tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa Tuhan akan memakai cara ‘kecelakaan maut’ untuk menuntun Jorwil kembali di dalam Tuhan. Veronika takut, AW, panggilan akrab Jorwil, merasa frustasi dan tidak kuat menghadapi kenyataan pahit yang menimpa dirinya. Apalagi menurut dokter, cidera yang diderita Jorwil cukup berat. Ia terlindas oleh ban mobil dan mengalami cidera pada tulang dada dan paru-paru yang cukup parah sehingga Jorwil harus menerima nafas bantuan dengan bantuan mesin. Tak hanya itu, Jorwil juga mengalami patah pada tulang paha, lengan atas, dan tulang selangka. Kalau saja tidak cepat ditolong dan tindakan menyadarkan pasien (resusitasi) tidak segera dilaksanakan, Jorwil dipastikan akan meninggal di tempat atau sesaat setelah tiba di UGD. Cidera paru-paru yang cukup berat, kemudian ditambah dengan cidera pada anggota-anggota gerak serta kehilangan darah yang banyak hanya memberi peluang fifty-fifty bagi Jorwil alias Jorwil bisa meninggal atau hidup.
Sementara itu, Ana yang shock merasa bahwa harapan untuk suaminya bisa bertahan hidup sudah tidak ada. Pada saat itu, perasaannya yang paling dalam pada sang suami meliputi dirinya. Di dalam hatinya yang paling dalam, Ana bisa merasakan betapa ia sangat menyayangi dan mencintai Jorwil dengan tulus, apa pun keadaannya. Namun kepada Ana dokter telah menyatakan bahwa mereka tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan saja. Kesedihan meliputi hati Ana. Di dalam benaknya terus terbersit apakah suaminya akan normal kembali. Saat itu tidak ada yang dapat dilakukan Ana kecuali berdoa kepada Tuhan. “Setiap hari saya berdoa dan itu membuat saya merasa dekat dengan Tuhan dan saya merasa Tuhan menguatkan hati saya. Saya percaya, Tuhan Yesus pasti memberi mukjizat buat keluarga kami sehingga suami saya bisa bangun dari koma karena saya sangat percaya, Tuhan itu ada di hati saya dan mendengar doa saya,” ujar Ana berharap. Dan benar, selang 3 hari lamanya Jorwil berhasil melewati masa kritisnya. Namun akankah sang suami bisa pulih dan normal kembali?
Oleh dokter, Jorwil kemudian dioperasi di bagian kepala, tangan dan kaki selama 6 – 7 jam. Perjuangan di dalam doa untuk Jorwil masih terus berlanjut. Walaupun Ana tahu bahwa secara medis, mustahil bagi Jorwil untuk sehat kembali seperti sedia kala, toh ia memohon juga kepada Tuhan untuk kesembuhan Jorwil yang sempurna. Dan ternyata Tuhan telah menjawab apa yang Ana minta dalam doanya. Seperti mimpi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, lewat doa Ana, sang istri, Tuhan memberikan kesembuhan bagi Jorwil. “Semua ini mukjizat dari Tuhan dan saya percaya Tuhan Yesus selalu bantu saya,” ujar Ana dengan bersukacita.
Masa-masa kritis akhirnya berlalu dan Jorwil kini melewati masa-masa terapi untuk melatih anggota-anggota tubuhnya yang sudah lama terbujur kaku sampai akhirnya Jorwil dapat melakukan semua kegiatannya seperti semula. “Yang membuat saya benar-benar terkesima, Tuhan benar-benar memulihkan Koko AW step by step sampai Koko AW bisa beraktivitas dan mengendarai mobil secara manual,” ujar Veronika takjub melihat kenyataan yang terjadi pada diri sang kakak. Begitu pula dengan Jorwil. Ucapan syukur terus terucap dari bibirnya: “Rasanya seperti hidup kembali. Padahal waktu tabrakan maut itu terjadi saya merasa seperti mau meninggal. Buat saya, Tuhan Yesus luar biasa.” (Kisah ini sudah ditayangkan 14 Juli 2008 dalam acara Solusi di SCTV)
Sumber kesaksian:
Jorwil

Selama 16 Tahun Berzinah Dengan Istri Orang

Kisah Nyata -
Separuh dari kehidupannya dihabiskannya untuk mengkonsumsi narkoba, seks bebas dan kehidupan malam. Itulah kehidupan yang telah dijalani oleh Hilmar Sitinjak. Sekalipun dididik dengan keras oleh kedua orang tuanya, namun sebagai seorang anak remaja yang masih mencari jati diri, Wilmar ingin tahu kehidupan lain yang ada di luar sana. Maka mulailah Hilmar berkenalan dengan obat-obatan terlarang, kehidupan malam dan juga seks bebas. Bisa melakukan semuanya itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Wilmar.
“Narkoba itu menjadi suatu kebanggaan bagi saya saat itu, saya pikir saya tidak gaul jika ke kafe atau ke diskotik tapi tidak menyentuh itu,” demikian Hilmar menceritakan masa lalunya.
Tidak berhenti sampai di situ. Setelah dia mulai mengenal dunia malam, Hilmar semakin terjerumus dalam kehidupan seks bebas. Tante-tante hingga para pekerja seks digilir untuk tidur bersamanya.
Berkali-kali Hilmar harus berurusan dengan polisi karena perkelahian dan narkoba, namun tidak pernah ada kata menyesal dalam hidup Hilmar. Hatinya telah menjadi beku. Meskipun hati yang beku itu pernah cair oleh suatu peristiwa dalam hidupnya, namun hal itu tak dapat mengubahnya menjadi manusia yang lebih baik. Saat itu ayah Hilmar dirawat di rumah sakit PELNI dan sempat beberapa kali keluar masuk rumah sakit hingga akhirnya sang ayah meninggal dunia.
“Pada saat meninggal, saya ada dalam pelukannya. Tapi tetap saya tidak pernah sungguh-sungguh bertobat.” Kematian sang ayah tidak mempengaruhi kehidupan Hilmar untuk insaf dari kehidupan lamanya, tetapi malah sebaliknya membuatnya semakin tenggelam dalam dunia narkoba.
“Saya selalu jatuh dalam dosa perzinahan, terhadap wanita dan terhadap narkotika. Di rumah juga kalau ditanya orang tua, hanya masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Mami saya tidur, saya keluar. Pulangnya ngga tahu kapan.”
Selama enam belas tahun Hilmar hidup dalam perzinahan dengan seorang wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak. Dia terbuai dengan hubungan gelap bersama wanita itu sampai lupa segalanya. Walaupun hubungan itu telah melukai hati ibunya, tetapi Hilmar tetap tidak memperdulikannya.
Selain berselingkuh dengan istri orang, Hilmar juga terobsesi untuk meniduri para gadis perawan. Semakin banyak jumlahnya, semakin besar pula kebanggaannya.
Pengaruh narkoba telah membuat Hilmar gelap mata. Adik kandungnya pun menjadi sasaran kekerasannya. Bahkan ia pernah berniat ingin membunuh seluruh anggota keluarganya. Karena sepak terjangnya, seluruh keluarganya pun takut kepadanya.
Suatu saat Hilmar membutuhkan uang untuk membeli narkoba dan Hilmar mengancam kakaknya bahwa dia akan membunuhnya jika tidak diberikan uang itu. “Saya takut sekali, saya yakin dia berani membunuh karena itu di luar pikiran normalnya. Dia punya keberanian karena di bawah pengaruh narkoba,” demikian ungkap kakak Hilmar.
Suatu saat seorang kekasih Hilmar hamil. Dia akhirnya meminta kekasihnya untuk menggugurkan kandungannya. Dengan dibantu oleh seorang dokter yang menjadi kenalannya, kandungan kekasihnya itu digugurkan. Rintihan kekasihnya saat menjalani aborsi tidak membuat Hilmar bergeming. Bahkan setelah mengantarkan kekasihnya yang masih abg pulang, Hilmar melanjutkan malamnya dengan berpesta-pora seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Hingga pada suatu malam di tahun 2005, Hilmar sempat berpikir untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Namun pada saat sedang mempertimbangkannya, Hilmar tertangkap dan terjerat oleh hukum. Harus menjalani hukuman yang cukup lama membuat Hilmar berpikir banyak tentang apa yang harus dilakukannya dengan hidupnya.
“Saya harus bagaimana lagi dengan hidup saya? Sekarang saya ditahan. Pada tahun ’85 saya pernah ditahan, dan sekarang setelah 20 tahun harus mengalami lagi. Maksud Tuhan apa dengan mengijinkan hal ini saya alami?” demikian Hilmar berseru pada Tuhan. “Tuhan, tolong saya supaya saya bisa bertobat. Bagaimana supaya saya bisa bertobat dengan benar dan sungguh-sungguh.”
Hingga suatu hari Hilmar bertemu dengan Ibu Jane yang menjadi pembimbing rohaninya. Saat itu ibu Jane memberi sebuah tantangan, “Jika di antara saudara ada yang mau sungguh-sunguh bertobat dan datang pada Tuhan, pasti Tuhan akan mengampuni dosa-dosa saudara.” Ibu Jane menyadari bahwa orang-orang seperti Hilmar ini ingin diterima oleh lingkungannya dan masyarakat.
Ibu Jane berkata kepadanya, “Begini ya Hilmar, kalau kamu mau sungguh-sungguh bertobat, hidup di dunia yang penuh dengan kenakalan dan pesta-pora pernah kamu jalani. Sekarang apa yang belum pernah kamu alami buat Tuhan? Mau tidak kamu benar-benar mati-matian buat Tuhan? Tuhan mencari bukan orang yang benar, tetapi mencari orang yang mau bertobat.”
Sewaktu itu Hilmar mulai berpikir, “Apakah mungkin saya ini masih bisa berguna dan bermanfaat bagi orang lain? Sewaktu orang tua saya kena stroke, saya kasihan dan saya yakin kena strokenya juga pasti karena saya. Kalau saya tetap seperti ini, apakah saya harus jadi penjahat besar atau saya harus bertobat dan benar-benar menjadi anak Tuhan?”
Sebuah perubahan besar terjadi dalam hidup Hilmar. Dulu dia adalah orang yang tidak pernah menghormati maupun mengurus orang tuanya, namun sekarang dia melayani orang tuanya.
“Dengan kembalinya Hilmar, itu seperti kembalinya anak yang hilang. Dengan pertobatan Hilmar, mami bisa bicara lagi. Mungkin mami saya umurnya panjang karena Hilmar kembali. Mulai terasa ada damai di rumah ini. Dulu saya merasa malu dengan tetangga, karena ada masalah sedikit ribut. Tapi sekarang hal seperti itu tidak terjadi lagi,” dengan haru kakak Hilmar menuturkan apa yang dirasakannya.
“Saya belajar hidup di dalam kasih itu. Yang penting saya rendah hati. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, segenap kekuatan jiwamu dan kasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Sekarang saya hilangkan semua kebiasaan buruk saya dan saya belajar sungguh-sungguh pada firman Tuhan,” Hilmar menyatakan pertobatannya dengan penuh sukacita. (Kisah ini sudah ditayangkan 19 Mei 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :
Hilmar Sitinjak

Seks Bebas Dengan Para Pria Bule

Kisah Nyata -
Berpetualang mencari cinta dengan para pria asing telah membawa Magda jatuh ke dalam dunia yang paling hina dan menjijikkan. Dengan semua orang asing yang dikenalnya, Magda pasti melakukan hubungan seks. Layaknya suami isri, hubungan itu dilakukan Magda tanpa suatu beban dan hanya dianggap sebagai bagian dari hidupnya saja, hanya untuk memuaskan keinginan biologisnya saja. Ada sekitar sepuluh pria asing yang pernah tidur dengannya.
Hal tersebut bermula dari suatu obsesi yang tak dapat dibendungnya sejak berusia 25 tahun. Magda ingin sekali memiliki suami orang asing karena secara fisik mereka menarik bagi Magda. Magda senang dengan gaya hidup modern dan Magda merasa bangga bisa memiliki pacar orang asing.
Di usia itulah untuk pertama kalinya Magda menjalin cinta dengan pria asing. Bahkan setelah tiga bulan berpacaran, Magda rela mengorbankan hal yang sangat berharga dalam dirinya. Saat itu memang Magda menangis karena merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Magda ingin menunjukkan kepada pria itu bahwa dirinya sudah berkorban banyak dan berharap agar pria asing ini tidak meninggalkan dirinya setelah pengorbanan yang dilakukannya.
Hidup serumah tanpa ikatan pernikahan dijalani oleh Magda. Di tahun keempat, ketakutan sempat mengancam kehidupannya. Magda sempat hamil. Saat itu yang terpikir olehnya hanyalah bagaimana mencari jalan selamat saja, mencari aman jangan sampai orang tuanya tahu tanpa ia sendiri berpikir untuk bertanggung jawab. Aborsi pun menjadi pilihan. Saat melakukannya pun Magda tidak merasa menyesal.
Sungguh perbuatan yang sangat biadab. Magda berharap semua pengorbanan yang dilakukannya dapat berakhir di pelaminan. Namun semuanya sia-sia. Setelah delapan tahun hidup tanpa kepastian, Magda memutuskan meninggalkan pria tersebut.
Obsesinya yang terus mendarah daging semakin membuat Magda menjalani kehidupan yang penuh dengan seks. Karena Magda hanya berpikir kesenangan yang ia dapatkan lebih banyak daripada rasa sakit yang harus ia terima. Meskipun tujuan sampai ke pelaminan tidak tercapai, Magda terus berganti-ganti pasangan di dalam pergaulan kehidupannya. Magda tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukannya itu salah di mata Tuhan.
Saat Magda berpacaran degan pria asing yang kesepuluh, sebuah konsekuensi akibat dosa seksual kembali diperhadapkan terhadap dirinya. Magda kembali hamil dan ia kembali memiliki niat untuk mengaborsi anaknya. Sedangkan pasangannya saat itu sama sekali tidak mau bertanggung jawab dan kembali ke negaranya.
Ketakutan mencengkeram kehidupan Magda. Saat Magda berniat untuk melakukan aborsi, secara tidak sengaja Magda bertemu dengan temannya dan ia menceritakan segala persoalannya. Temannya langsung menyarankan Magda agar tidak menggugurkan kandungannya karena anaknya nanti pasti cantik. Magda pun berpikir ulang untuk mengaborsi kandungannya. Karena memang setelah ia dulu melakukan aborsi untuk pertama kalinya, Magda sadar kalau hal itu tidak memecahkan masalah dan ia sempat bertekad untuk tidak melakukan aborsi lagi.
Dalam keadaan yang penuh beban, Magda hanya bisa berdoa. Sang bayi pun akhirnya lahir melalui operasi cesar. Itulah gunanya doa, sampai sekarang Magda percaya doa itu besar kuasanya. Apapun yang kita doakan, kita minta, kalau itu untuk sebuah kekuatan, Tuhan pasti kasih dan memberikan jalan keluar.
Magda akhirnya berjuang agar dapat menafkahi dirinya dan anaknya. Pengalaman masa lalu yang menyakitkan menimbulkan kebencian yang mendalam. Magda harus menyaksikan bagaimana tidak tenangnya hidup anaknya yang lahir tanpa ayah. Magda pun hidup dalam dendam, dendam yang ia pendam.
Melalui sebuah buku yang dibacanya dari seorang teman, Magda semakin mengerti apa yang telah ia lakukan selama ini salah. Buku itu membahas tentang perzinahan, dosa bila menghambakan diri terhadap uang dan Magda sadar kalau selama ini ia telah melakukan zinah. Dosa-dosa yang dulu ia lakukan selalu muncul kembali seperti film dan membuat Magda malu sampai menangis. Magda hanya berpikir bagaimana hidupnya telah menyakiti hati Tuhan.
Magda pun berdoa, meminta pengampunan atas segala dosa-dosanya dan ia menyadari apapun yang telah dilakukannya di masa lalunya, dirinya tetap berharga di mata Tuhan. Dan Magda sangat bersyukur akan hal ini karena Tuhan tetap mengasihi dirinya apa adanya.
Tidak berhenti sampai di sana, Magda akhirnya mengikuti sebuah camp atas ajakan seorang teman. Sesuatu yang sangat dahsyat akan segera terjadi di dalam hidupnya. Saat mengikuti sessi mengenai pengampunan, Magda benar-benar merasakan kebencian meluap di dalam hatinya dan ia tidak sanggup mengampuni pria yang telah menghamili dan meninggalkan dirinya. Sampai keesokan harinya Magda tetap menyimpan kebencian itu. Selama ini Magda berpikir dengan melupakan masalah dan melupakan orang yang telah menyakitinya berarti ia telah mengampuni orang tersebut. Namun ternyata Magda salah karena kebencian di hatinya masih sangat berbekas.
Magda berusaha untuk memaafkan bapak dari anaknya, tapi tidak bisa. Tetap saja Magda tidak sanggup mengampuninya. Ada satu lagu yang Magda tidak hapal benar liriknya tapi intinya berkata tentang ‘aku sayang Kristus, aku cinta Kristus’. Saat Magda menyanyikan lagu itu, ia mendengar bisikan, “Kalau kamu sayang sama Aku, maafkan dia.” Meskipun Magda benar-benar tidak tahu bagaimana ia bisa memaafkan bapak dari anaknya, namun akhirnya pengampunan itu keluar dari hati Magda. Gejolak-gejolak nafsu itu tidak lagi dirasakan Magda.
Magda telah bebas dari jeratan dosa yang telah mencengkeram hidupnya selama bertahun-tahun karena dosa tidak akan pernah membawa kedamaian. Saat ini Magda telah hidup bahagia dengan anaknya. Kepuasan pun dirasakan Magda. Saat ini Magda hanya merasakan bahwa Tuhan itu segalanya. (Kisah ini sudah ditayangkan 7 April 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Diambil dari :
Jawaban.com
Sumber Kesaksian :
Magda Paula Marpaung

Seks adalah Duniaku

Kisah Nyata -
“Kelas 3 SD, pembantu saya memaksa saya untuk melakukan hubungan seks. Barulah di SMP saya melakukan hal itu lagi, saya melakukan hubungan intim dengan pacar saya. Jadi akhirnya, semua perempuan yang saya pacari rata-rata saya setubuhi karena sudah ketagihan,” ungkap Ferry memulai kesaksiannya.
Menginjak kelas 2 SMP, Ferry mulai berhubungan dengan tante-tante. Menjelang kelulusannya dari SMP, Ferry pun pernah digilir oleh teman-teman tante-tante itu. Ferry tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap seks. Bahkan beberapa pacarnya sempat mengandung hasil dari hubungan intim mereka. Pada saat SMP dua orang, di SMA juga dua orang. Ferry pun mengambil abortus sebagai jalan pintas. Dari keempat pacarnya, hanya satu yang dibawa ke dokter dan sisanya melakukan abortus di dukun.
Dari sekian banyak perempuan yang dipacari Ferry, Ferry pun akhirnya bertemu dengan Ida yang saat ini menjadi istrinya. Hubungan Ferry dan Ida diwujudkan sampai ke jenjang pernikahan karena sebelum menikah, Ferry dan Ida sudah jatuh ke dalam dosa perzinahan. Setelah menikah, Ferry tetap melakukan kebiasaannya tersebut tanpa sepengetahuan istrinya. Seringkali Ferry membohongi istrinya dengan alasan kerja dan dinas ke luar kota, padahal sebenarnya ia hanya bemain dengan perempuan lain. Kemana pun ia pergi, Ferry selalu melakukan perselingkuhan disertai perzinahan.
Hal tersebut terus berlanjut sampai suatu hari Ferry merasa menyesal dan memberitahukan istrinya perihal perselingkuhannya. Pengakuan itu pun tidak dikatakannya dengan jujur sepenuhnya, karena Ferry mengaku ia baru melakukannya untuk pertama kali padahal sebenarnya ia sudah sering melakukannya. Hati Ida pun terluka. Ida merasa harga dirinya sebagai seorang wanita dan istri diinjak-injak. Sejak itulah Ferry dan Ida pun sering cekcok. Perbedaan pendapat sekecil apapun dapat menjadi masalah besar bagi mereka.
Keributan terus melanda rumah tangga mereka. Bahkan setelah dikaruniai anak pertama, kehidupan rumah tangga mereka tidak juga harmonis. Ida selalu teringat akan kelakuan Ferry dan membayangkan suaminya yang sedang berhubungan dengan perempuan lain. Kemarahan dalam hati Ida pun semakin berkembang.
Suatu hari Ida mengikuti sebuah persekutuan. Salah seorang hamba Tuhan yang juga menjadi teman Ida mengingatkan agar Ida mengikis semua rasa sakit hati yang dirasakannya terhadap Ferry. Semenjak saat itu, Ida selalu berdoa bagi Ferry, suaminya, sekalipun Ferry tetap berselingkuh. Ida pun mengambil keputusan untuk mengampuni dan mengasihi Ferry, bahkan dengan iman Ida bersyukur karena Tuhan sudah mengirim suami yang baik kepadanya, bertanggung jawab terhadap keluarganya dan banyak hal positif lainnya. Ida sering memperkatakan perkataan iman itu di dalam doanya.
Hari demi hari terus berlangsung seperti itu sampai suatu ketika, Ferry mengikuti sebuah camp khusus pria atas bujukan Ida. Dalam camp itu, ada salah seorang hamba Tuhan yang membahas tentang abortus. Ferry pun diingatkan mengenai kejadian di masa lalu hidupnya, bagaimana ia membunuh darah dagingnya sendiri. Pada saat itu, secara pribadi, Ferry berani mengadakan pengakuan dosa secara total dari hati sanubarinya yang terdalam. Hari itu juga, Ferry menelepon ke rumah dan mengakui dosanya di hadapan anak dan istrinya.
“Saya minta ampun sama mama, karena Tuhan sudah jamah saya. Yang saya rasakan, selama ini saya sudah menyiksa mama dan anak-anak,” ujar Ferry kepada Ida, istrinya.
Tidak cukup sampai di situ, keesokan harinya subuh-subuh, Ferry sudah kembali menelepon anak-anaknya dari camp. Saat anak sulungnya mengangkat telepon, Ferry pun berucap, “Kakak, papa minta maaf sama kakak karena selama ini papa suka marah-marah sama kakak. Sama adek juga, papa mau minta maaf karena papa selama ini suka nelantarin adek.” Anak Ferry hanya dapat menangis, ia tak dapat mengeluarkan kata-kata, hanya menangis mendengarkan semua ucapan ayahnya.
“Saya benar-benar merasakan seperti baru pertama kali menikah kembali. Kasih yang mula-mula itu tumbuh,” ujar Ida mengungkapkan perasaannya di awal pertobatan Ferry.
Perubahan mulai terjadi dalam kehidupan Ferry dan Ida. Dengan hati nuraninya, Ferry pun dapat melepaskan keterikatannya terhadap seks dan perselingkuhannya dengan wanita lain. Hubungan yang terjalin di antara Ferry dan Ida pun berjalan dengan baik sekali. Ferry jadi sering mengucapkan kata-kata ‘sayang’ kepada anak-anaknya dan menjadi seorang kepala keluarga yang sangat perduli terhadap keluarganya.
“Kalau berbicara Ferry sudah tidak meledak-ledak lagi. Tutur katanya juga sudah baik. Perubahan nyata tampak dari kerinduannya akan pengenalan terhadap Tuhan Yesus Kristus, lebih semangat,” ujar Fabianus Chandramata, pembimbing rohani Ferry.
“Kami semua dengan anak-anak merasakan damai sejahtera dan suasana sorgawi yang daripada Tuhan,” ujar Ida.
“Saya juga tidak mau hidup damai sejahtera yang Tuhan sudah berikan kepada saya, saya hilangkan begitu saja. Saya tidak mau. Saya sudah merasakan kehidupan damai sejahtera dengan keluarga yang saya bina saat ini,” ujar Ferry menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 24 Maret 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Diambil dari :
Jawaban.com
Sumber Kesaksian :
Ferry Daniel

Hidup Diperbudak Nafsu

Kisah Nyata -
Maria Merry, seorang wanita asal Palembang. Pada usia 21 tahun, ia dipaksa menikah oleh pria pilihan mamanya. Namun pernikahan itu tidak seperti yang Merry bayangkan. Di dalam kehidupan rumah tangganya, Merry tidak mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri. Merry sendiri memiliki sifat seorang pemberontak. Jadi terhadap suaminya sendiri ia melawan sehingga percekcokan di dalam rumah tangganya menjadi hal yang biasa terjadi.
Saat anak terakhirnya lahir, Merry mulai mengenal dunia malam. Merry mulai mengenal banyak sekali laki-laki, sampai akhirnya ia menjabat sebagai seorang wanita panggilan yang bisa dibayar. Merry sangat menikmati apa yang dilakukannya saat itu. Ia mendapatkan uang, mendapatkan apa yang ia inginkan. Tipe laki-laki seperti apapun bisa ia dapatkan. Tapi Merry sama sekali tidak mengabaikan tugas rumah tangganya untuk mengurus anak-anak.
Ketika perselingkuhan Merry sering dipergoki oleh suaminya, Merry tetap menjalankan apa yang ia senangi itu. Merry sama sekali tidak memperdulikan perasaan suaminya. Setiap laki-laki yang Merry lihat, apalagi yang terlihat memiliki uang banyak, dengan segera didekati oleh Merry atau bahkan sebaliknya para pria itu yang mendekati Merry.
Tak tahan melihat perselingkuhan Merry, suami Merry pun memutuskan untuk berpisah dengannya. Awalnya Merry melakukan kesenangannya itu hanya demi uang namun dalam perjalanan hidupnya, akhirnya Merry mendambakan seorang laki-laki. Merry tak dapat hidup tanpa laki-laki dan seks.
Setelah tujuh tahun hidup bersama dengan seorang pria, Merry baru menyadari bagaimana ia sebagai seorang wanita hidup di atas penderitaan wanita lain. Pria ini adalah pria terakhir yang menjadi selingkuhan Merry karena Merry tidak dapat melupakan perlakuannya yang amat menyakiti hati.
Suatu hari Merry membutuhkan uang untuk membayar uang sekolah anaknya. Tetapi pria itu memperlakukan Merry seperti seorang pelacur jalanan. Ketika pria itu memberikan uang, saat itu juga dia minta dilayani berhubungan seks. Padahal pada saat itu Merry tidak ingin melakukannya. Saat itu Merry sedang risau karena pembayaran uang sekolah anaknya sudah terlambat.
Dari situlah mulai timbul perasaan benci terhadap pria itu dan cara hidupnya yang salah. Merry mencoba untuk menolak dan protes sampai akhirnya timbul dendam kepada pria itu, mengapa jika dia memberikan uang, Merry harus melayani kebutuhan seks dia terlebih dahulu. Namun tidak ada pilihan, mau atau tidak mau Merry tetap melayaninya pada saat itu.
Perasaan Merry pun terluka, kebencian dan dendam timbul di hatinya. Tidak ada kasih sama sekali, yang ada hanyalah nafsu belaka. Namun Merry tak dapat melakukan apa-apa karena ia memang membutuhkan uang itu. Tapi, semenjak saat itu Merry memutuskan untuk berhenti dari cara hidupnya yang salah. Apa yang Merry harapkan, kasih sayang dan perlindungan dari seorang pria, tidak pernah ia dapatkan. Yang ia dapatkan justru hidup yang hancur dan nama baik yang tercemar.
Akhirnya Merry bertekuk lutut di kaki Tuhan dan Merry memohon agar Tuhan mengubah hidupnya dan menolongnya untuk menahan gejolak birahi itu yang datang begitu kuat. Merry hanya dapat berteriak, “Tuhan, tolong saya Tuhan… tolong saya…”
Merry sering memukul tangannya di tembok dan mengakui di hadapan Tuhan, ia tak dapat menahan hawa nafsu ini.
“Saya berdoa minta tolong karena sangat sulit menahan hawa nafsu itu. Hingga akhirnya saya dibebaskan. Perasaan itu hilang dengan sendirinya. Tuhan menjamah saya. Dan sampai detik ini saya menjadi orang bebas berkat pertolongan Tuhan,” ungkap Merry penuh ucapan syukur.
Merry akhirnya dibebaskan dari keterikatannya akan seks dan Merry mendapati perasaan itu hilang dengan sendirinya. Tuhan menjamah hidup Merry dan perasaan itu tak dirasakannya lagi sampai saat ini. (Kisah ini sudah ditayangkan 17 Maret 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Diambil dari :
Jawaban.com
Sumber Kesaksian :
Maria Merry

Saat Hati Tak Lagi Berbelas Kasihan

Kisah Nyata -
Bayangan indah saat pacaran hanya tinggal kenangan. Masa pacaran dilalui Indra dan Desly dengan kecerobohan hingga akhirnya mereka melakukan hubungan suami istri. Pada waktu itu Indra baru setahun berdinas di kepolisian sehingga ia mempunyai ikatan dinas yang belum mengijinkannya untuk menikah. Kehamilan Desly membuat Indra kelabakan, apalagi orang tuanya juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Dalam kekalutannya Indra pun meminta Desly untuk meminum berbagai ramuan untuk menggugurkan kandungannya, namun Desly menolaknya karena ia tidak ingin melakukan dosa yang lebih keji lagi. Kehamilan yang tak diinginkan ini membuat Desly stress berat. Seringkali saat Desly mandi, ia menekan perutnya dengan keras ke bak mandi dengan harapan janinnya keluar dari kandungannya. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena Desly memilih untuk pasrah dan membiarkan janin itu bertumbuh di dalam rahimnya. Namun Indra tetap bersikeras agar Desly menggugurkan kandungannya. Tuntutan Desly agar Indra menikahinya tidak digubris sama sekali karena Indra tidak ingin mengambil resiko menerima sanksi dinas dan juga menerima penolakan dari keluarganya.
Karena rasa cintanya kepada Indra, Desly menerima usul Indra untuk pulang kepada kedua orang tuanya dalam keadaan hamil. Desly menyiapkan diri meskipun ia harus menghadapi kematian di tangan ayahnya sendiri. Karena ayah Desly adalah seorang polisi dan memiliki karakter yang sangat keras sekali. Hati Desly dipenuhi ketakutan. Desly hanya berani menceritakan kehamilannya kepada ibunya. Ibunyalah yang menyampaikan kemamilan Desly kepada ayahnya.
Dalam ketakutannya menghadapi kemarahan ayahnya, Desly membayangkan hidupnya akan berakhir hari itu. Ayahnya pasti akan mencabut pistol dan menembak dirinya. Desly tidak berani keluar kamar sama sekali. Ia hanya berpikir untuk melindungi bayinya dengan menutupi perutnya dengan bantal. Saat mendengar suara langkah ayahnya masuk ke kamarnya, ketakutan Desly tak dapat dibendung lagi. Desly semakin erat memeluk bantal di perutnya.
Namun saat masuk ke kamarnya, hati ayah Desly sangat hancur. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ayahnya hanya naik ke atas tempat tidur dan menangis. Desly pun hanya dapat memeluk kaki ayahnya dengan perasaan malu dan memohon ampun.
Saat itu juga ayah Desly meminta nomor telepon Indra dan menuntut pertanggungjawaban Indra untuk menikahi Desly. Demi memaksa Indra agar bertanggung jawab, Desly dan orang tuanya pun akhirnya menghadap atasan Indra dan melaporkan perbuatan Indra. Laporan Desly ditanggapi dan pernikahan itupun terjadi walaupun direkayasa hanya untuk menyelamatkan karir Indra.
Meskipun telah menikah dengan Indra, Desly tetap memendam kekecewaan. Karena setelah mereka menikah, Indra langsung meninggalkan Desly pulang ke Jakarta dengan alasan dinas. Desly tidak dapat sepenuhnya menerima hal ini. Komunikasi hanya diadakan seperlunya lewat telepon. Karena tanpa pengawasan inilah, Indra jatuh dalam perselingkuhan dengan seorang wanita. Dengan wanita ini pun Indra telah jauh melangkah sampai telah beberapa kali melakukan hubungan suami istri. Kepada wanita ini Indra mengaku belum menikah.
Dalam keadaan hamil besar, Desly pun mulai menyelidiki kehidupan Indra di Jakarta dan mendatangi kontrakannya. Ternyata Indra telah pindah kontrakan tidak jauh dari sana. Dari informasi teman-teman Indra lah Desly mengetahui bahwa Indra telah memiliki wanita lain. Hal ini memaksa Desly untuk kembali melaporkan perbuatan Indra kepada atasannya. Laporan Desly sempat membuat Indra ditahan.
Saat Desly hendak melahirkan anak pertamanya, Desly menjalani operasi cesar karena usia kandungannya telah memasuki usia 11 bulan sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk melahirkan normal. Saat dokter meminta Indra menandatangani surat persetujuan operasi, dengan kasar dan tampak tidak perduli sama sekali, sempat keluar dari mulut Indra kalau itu bukan anaknya. Mendengar perkataan Indra, Desly benar-benar kecewa terhadap suaminya. Setelah melahirkan, Indra sama sekali tidak mau menengok anaknya. Hati Desly sangat terluka karena hal ini. Indra benar-benar tidak mau tahu kondisi anak dan istrinya. Ditambah lagi anak yang dilahirkan Desly bukanlah bayi yang normal.
Dengan ribuan derai air mata, akhirnya Desly mendapati Indra kembali padanya. Akan tetapi hal itu tidak dapat berlangsung lama. Rekomitmen ulang dilakukan Indra dan Desly demi kelangsungan pernikahan mereka. Sikap Indra mulai berubah. Indra menyayangi Desly dan juga anaknya sampai akhirnya tanpa terasa mereka telah dikaruniai dua orang anak. Dengan kebanggaan memiliki suami yang baik, Desly pun dibutakan dengan kebaikan Indra sampai akhirnya Desly tidak menyadari kalau Indra telah mulai berselingkuh lagi.
Narkoba dan kehidupan malam memang bersentuhan langsung dengan Indra selama ia menjalankan tugas kepolisiannya. Hal inipun akhirnya menyeret Indra ke dalam pergaulan malam kelas bawah dan melakukan perselingkuhan dengan wanita malam jalanan. Kepekaan Desly sebagai seorang istri sangat terbukti. Setiap kali Desly tidur, di dalam pikirannya ia seperti sedang menonton video yang memperlihatkan Indra sedang bersama wanita lain. Desly hanya dapat membawa hal ini di dalam doa. Dengan alasan dinas Indra selalu membohongi Desly padahal sebenarnya ia sedang bersama wanita pelacur pinggir jalan. Kelakuan Indra kembali menusuk batin Desly.
Sampai akhirnya kecurigaan Desly terbukti. Tanpa sengaja, Desly membaca pesan singkat yang sangat mesra di telepon genggam suaminya. Membaca pesan singkat seperti itu, emosi Desly langsung memuncak. Dengan serta merta Desly mendatangi Indra yang sedang makan. Tidak cukup dengan pertanyaan-pertanyaan yang tajan dan keras, tangan Desly pun mulai menampar Indra. Kaki Desly pun ikut beraksi dan mulai menendangi Indra. Anak-anak mereka sangat ketakutan melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Desly bahkan sempat berniat membunuh Indra dengan mengambil pisau dari dapur. Untuk menghindari keributan yang lebih hebat lagi dengan Desly, Indra memutuskan untuk pulang ke Jawa dengan membawa salah seorang anaknya.
Keinginan dalam hati Indra tidak bisa dicegah lagi. Melalui bimbingan seorang hamba Tuhan, Indra menyatakan keinginannya untuk megikut Yesus sungguh-sungguh. Akan tetapi pertobatan ini harus dibayar Indra dengan mahal.
Dalam banyak kesempatan, Desly mengorek informasi dari Indra mengenai wanita-wanita selingkuhannya di masa lalu. Namun kejujuran Indra tak dapat diterima oleh Desly. Tak kuat memendam sakit hatinya, Desly pun mulai sering menghajar Indra hingga babak belur. Dengan latar belakang karate yang dimilikinya, pukulan dan tendangan bertubi-tubi diarahkan Desly kepada Indra. Menghadapi pukulan dan tendangan Desly, Indra tidak melakukan perlawanan sama sekali karena ia menyadari kesalahannya. Teriakan ketakutan dari anak-anaknya pun tak mampu menghentikan kemarahan Desly terhadap Indra. Desly benar-benar seperti kesetanan saat melakukan hal itu. Indra pun pernah pingsan dibuatnya akibat tendangan yang diarahkan ke mukanya. Setiap kali sehabis menghajar Indra, Desly selalu menangis dan menyesali perbuatannya. Namun setiap mengingat kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan Indra, kemarahannya seringkali tak dapat dibendung lagi.
Desly sering dinasehati oleh seorang ibu gembala di gerejanya. Dalam nasehatnya ia mengatakan, bahwa Tuhan sebenarnya sedang mempersiapkan Desly supaya nantinya ia dapat menjadi berkat dan memulihkan keluarga lain yang menghadapi kehancuran seperti rumah tangganya, hanya saja Desly harus kuat menghadapi cobaan dalam rumah tangganya saat ini.
Desly menyadari betapa jahatnya ia terhadap Indra, suaminya sendiri. Namun kesadaran itu tidak pernah berlangsung lama. Kebencian Desly kepada Indra melebihi segalanya. Meskipun Desly merasa ia telah mengampuni Indra, namun kekerasan tetap dilakukannya terhadap Indra. Desly pun menyadari kalau pengampunannya terhadap Indra hanya di mulut, belum dari hati.
Indra dan Desly pun membawa permasalahan keluarga mereka kepada seorang hamba Tuhan. Akhirnya hamba Tuhan ini menyarankan Indra untuk mengikuti camp pria sejati. Namun Desly berpendapat, kalau memang ada gerakan seperti itu, yang seharusnya ikut adalah dirinya karena memang Indra sebenarnya telah benar-benar berubah.
Keikutsertaan Indra ke camp pria sejati sangat berdampak pada Desly. Setiap makalah yang dibawa Indra merubah pandangan Desly tentang keluarga dan suami. Desly sadar kalau dirinya selama ini ternyata salah. Karena selama ini Desly merasa Indra yang salah sehingga segala tindakannya terhadap Indra dapat dibenarkan. Namun ternyata tidak demikian adanya. Semenjak itu, Desly mulai dapat menerima Indra apa adanya. Seringkali Desly menangis di hadapan Indra, menumpahkan semua keluh kesahnya. Pemulihan pun mulai terjadi dalam pernikahan Indra dan Desly.
“Apa yang kata manusia tidak mungkin rumah tangga saya bisa pulih, ternyata Tuhan bisa membalikkan semuanya dan keluarga saya bisa pulih seperti saat ini. Keluarga saya dipulihkan, anak saya menjadi luar biasa dan istri pun sudah menerima saya apa adanya, demikian juga dengan saya, pokoknya sangat jauh berbeda dengan dahulu. Sekarang dalam hal apapun istri sudah bisa mempercayai saya, saya pun demikian sudah sepenuhnya percaya kepadanya. Setiap malam kami berdoa bersama, sangat jauh dibandingkan dahulu yang hanya diisi dengan pertengkaran demi pertengkaran. Hubungan di antara kami juga semakin dekat dan rumah tangga saya dipulihkan secara luar biasa berkat Tuhan Yesus,” ujar Indra menutup kesaksiannya dengan tersenyum lebar.
“Kami yang pas-pasan bisa merasakan bahagia karena Yesus hadir dalam rumah tangga kami. Kami tidak pernah kekurangan,” kisah Desly dengan bahagia. (Kisah ini sudah ditayangkan 18 Februari 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Diambil dari :
Jawaban.com
Sumber Kesaksian :
Indra Joko